Share

63

Jenala tak menjawab, kini dia justru mengusap perutnya seraya menatap lurus ke depan. “Lihat, Sayang. Papa kamu tidak menuruti permintaan kita.” Perempuan itu berucap sedih, mengabaikan Abimana yang sedang membelalak menatapnya.

Bibir pria itu bergetar, matanya berkaca-kaca. Dia menyorot Jenala dengan tatapan tak percaya. “Jelaskan apa maksudmu mengatakan itu, Jena.” Abimana beringsut mendekat, sama sekali tak melepaskan tatapannya dari wajah sang istri.

“Maksud Mas Javi apa? Aku tidak paham.” Jenala tersenyum polos, seolah-olah apa yang dia katakan hanyalah candaan semata. Dia menarik selimutnya hingga sebatas dada. Sesaat kemudian dia menahan nafas ketika Abimana berbaring di sisinya, ranjang yang ditempati memang cukup besar. Muat untuk dua orang.

Baiklah, sepertinya Jenala terlalu meremehkan suami tampannya ini. Terbukti jika nyalinya cukup menciut melihat tatapan Abimana yang menghunus padanya, belum lagi jarak mereka yang sangat dekat. Membuat pasokan udara di sekeliling Jenal
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status