"Bagaimana keadaan ibu dan bayinya Dok?" tanya Rehan pada dokter yang mengoperasi Leona.
"Bayi dan ibunya sehat, hanya saja, akibat benturan yang hebat, kemungkinan dia kehilangan sebagian ingatannya, cuma … kami tidak tahu memori mana yang dia ingat, saat dia sudah menikah atau sebelum menikah, atau bisa juga dia lupa semuanya, jadi harap dokter lebih bersabar," kata dokter itu."Terima kasih Dok," jawab Rehan.Pihak rumah sakit ingin menguburkan Ryu disini tapi, Takeshi mengabarkan kalau dia akan datang dan membawa jenazah Ryu dan akan dikuburkan di dekat makam kedua orang tuanya.Kini, giliran Rehan memberi tahu dengan hati hati pada Rayyan perihal kematian sang Papi."Sayang, nama panggilanmu siapa?" tanya Rehan saat mereka menunggu Leona sadar."Iyan," jawabnya singkat."Iyan kan anak pintar, saat ini, Papi Iyan sudah berada di surga, nanti Om dan Iyan yang akan menjaga Mama dan juga dedek Iyan yang baru," terang Rehan hati hati."Apakah Papi Iya"Tidak, Om Dokter bohong, Om Dokter bukan Papaku," teriak Rayyan dengan deraian air mata.Rehan langsung menggendong putra kesayangannya keluar dari ruangan Leona. Dia tidak ingin Rayyan berkata yang sebenarnya."Sayang, Om Dokter tidak bohong, coba kamu lihat ini," kata Rehan sambil menunjukkan foto pernikahannya dengan Leona.Rayyan mengamati foto itu dengan seksama. Dia memang tahu kalau wanita yang ada di foto itu adalah Maminya, tapi, kenapa Maminya memakai kursi roda?"Ini Mami?" tanyanya tak percaya."Iya sayang, ini Mami. Om Dokter akan cerita semua masa lalu Mami dan Om Dokter. Iyan dengarkan baik baik ya," tekannya dengan nada sehalus mungkin."Dulu, Mami dan Om Dokter menikah, saat itu, Mamimu sakit hingga harus duduk di kursi roda. Hingga suatu saat, Om Dokter melakukan kesalahan fatal lalu Mami pergi dari rumah saat Mami sedang mengandung kamu," cerita Rehan."Lalu, kenapa Mami bisa menikah dengan Papi Ryu?" tanya Rayyan.Balita itu, mesk
"Sayang, aku mencarimu kemana mana, ternyata kamu disini," ujar seorang wanita cantik yang juga jas putih seperti Rehan.Kedua orang itu pun langsung melihat ke arah pintu. Leona langsung mendorong tubuh Rehan ketika melihat seorang wanita seksi mencari dirinya."Hehehe, maaf dokter, saya salah kamar, saya pikir dokter Daichi ada disini," ujar wanita itu sambil meringis.Leona langsung menutup wajahnya dengan tangan."Bawa Rayyan pergi makan!" titah Leona.Lelaki itu menghela nafas panjang, sepertinya dia harus memarahi Daichi karena kekasihnya yang salah masuk kamar. Leona pasti marah padanya."Ayo sayang, kita cari makan dulu," ajak Rehan pada sang putra.Dia menggandeng balita itu menuju ke kantin. Rehan dengan telaten menyuapi Rayyan membuat balita itu merasa senang. Setelah makan, Rehan membawa sang putra kembali ke kamar. Rehan melihat sang istri sedang mendesis sambil memegangi kepalanya."Sayang kamu kenapa?" tanya Rehan."Tidak tahu
"Ya Tuhan cobaanmu ini begitu berat," batinnya.Leona memandang suaminya yang begitu gelisah melihatnya."Kenapa Daddy melihatku seperti itu? Apa ada yang salah?" tanyanya."Tidak, aku keluar dulu," jawabnya gelagapan.Rehan pun segera keluar dari ruangan Leona, dia ingin mengalihkan perhatiannya dengan menelepon sang mertua. Lelaki itu ingin mengambil simpati dari kedua orang tua Leona."Pagi Pa," sapa Rehan saat lelaki itu meneleponnya."Ada apa Rehan?" tanya Papa Leona.Meski putrinya telah bercerai dari Rehan. Dia tidak membenci Rehan. Lelaki itu berpikir, kalau jodoh putrinya sudah habis dengan Rehan."Maaf Pa. Rehan bawa kabar buruk. Saat ini, Leona mengalami kecelakaan. Dia dan bayinya selamat. Sementara Ryu, lelaki itu tak dapat diselamatkan," Rehan mengawali ceritanya."Ya Tuhan, Leona," tangis sang ayah."Papa akan segera kesana.""Emmhh, begini Pa. Leona mengalami amnesia. Saat ini, dia tidak mengingat siapapun termasuk aku dan Rayyan. Jika kami memaksanya untuk mengingat, di
"Jadi, benar, Mami meninggalkan Daddy karena Tante itu?" ulang Rayyan.DegJantung Rehan berdetak kencang, dia lalu memandang sang putra yang menuntut jawaban darinya."Sayang, kamu ini masih kecil, tidak baik bicara seperti itu," elak Rehan."Daddy, umur Iyan memang masih 3 tahun, tapi Iyan bisa melihat kalau perawat itu suka sama Daddy," ujar Iyan."Dia suka atau tidak, itu bukan urusan Daddy, yang jelas, Daddy cuma cinta sama Mami kamu," tegas Rehan."Awas, kalau Daddy ketahuan Iyan deket deket sama Tante Tante centil. Iyan akan bawa Mami pergi jauh dari Daddy," ancam Rayyan."Tidak, Daddy tidak akan berani," ujar Rehan.Mereka pun kembali ke kamar Leona. Melihat Leona yang sedang tidur dengan Revan membuat hati lelaki itu menjadi tentram. Dia berjanji akan menjaga mereka dengan seluruh jiwa dan raganya.Tiga hari sudah Leona berada di rumah sakit, hari ini, dia sudah diperbolehkan pulang. Meski Leona sama sekali tidak mengingat Rehan, tapi per
Takeshi mendengarkan dengan seksama penyebab jantung Ryu berhenti berdetak dari dokter di rumah sakit Tokyo."Jadi, bukan karena kesalahan prosedur operasi?" tanya Takeshi."Bukan Dokter, apa yang dilakukan oleh dokter sebelumnya sudah benar," jawabnya."Baik Dokter terima kasih," sahut Takeshi."Tapi Dokter, ada suatu hal yang pasti membuat Anda tercengang," kata dokter itu."Apa itu Dok?" tanya Takeshi.Dokter itu berbicara hampir berbisik dengan Takeshi. Benar saja, lelaki bermata sipit itu pun menutup mulutnya saking terkejutnya.Apartemen RehanTengah malam, Leona terbangun karena mimpi buruk. Dia bahkan sampai menangis karena takut."Sayang, kamu kenapa?" tanya Rehan."Aku tidak tahu, aku bermimpi aku mengalami kecelakaan saat aku hamil besar, dan di-situ, aku melihat banyak darah," jawab Leona.Rehan segera memeluk istrinya. "Tenang, itu hanya mimpi buruk. Biar aku bikinkan coklat hangat supaya perasaanmu lebih tenang," kata Re
"Sayang, kamu mengingatnya?" ulang Rehan.Mendengar pertanyaan Rehan membuat kilasan memori itu muncul dan membuatnya sedikit pusing. Dia pun memegang kepalanya. Tak ingin sang istri kembali sakit, Rehan mendekatinya."Sudah, sudah, tidak perlu diingat, kita makan saja. Sini, biar Revan aku taruh di strollernya," ujarnya.Leona duduk di kursi masih dengan memegang kepalanya. Setelah rasa sakit itu sedikit menghilang, barulah dia bicara,"aku tidak tahu, aku hanya memasak apa yang aku inginkan.""Ayo kita makan," ajak Rehan.Saat mereka makan kepingan memori itu kembali lagi hingga membuat kepalanya terasa sakit kembali. Leona segera mengalihkan perhatiannya agar pikirannya sedikit tenang."Apa saja makanan kesukaan Daddy?" tanya Leona."Sebenarnya, aku bukan pemilih makanan. Namun, yang paling aku suka, rendang, ayam kecap,""Kalau Rayyan?" tanya Leona pada sang putra."Sama kayak Daddy," jawabnya.Setelah makan, dia pun mulai memandikan bayinya, barulah setelah itu memandikan Rayyan.
"Papi Ryu? Siapa dia?" tanya Leona pada sang putra.Rayyan menutup mulutnya, dia merasa bersalah karena keceplosan menyebut nama Ryu."Hehehe, bukan siapa siapa. Iyan tadi salah ucap saja," jawab balita itu sembari mengubah ekspresinya menjadi ceria kembali. "Ayo Mi, kita main, mumpung adik bayi lagi tidur," ajak Rayyan."Tunggu Iyan, jelasin dulu sama Mami siapa Papi Ryu?" kekeh Leona.Rayyan menghela nafasnya, Maminya ini memang keras kepala. Bahkan dulu Papi Ryu sering mengalah pada Mami."Begini Mami sayang, Iyan suka lihat film di tivi. Nah ada tokoh yang namanya Papi Ryu, tapi sekarang, dia meninggal," bohong Rayyan."Ohhh," sahut Leona.Wanita itu akhirnya mengajak sang putra bermain lego kesukaannya. Sambil bermain, Leona terus memandangi sang putra. Entah mengapa, Leona merasa ada yang disembunyikan oleh Rayyan padanya, tidak mungkin balita itu menangis tersedu sedu hanya karena kehilangan tokoh kesayangannya di televisi. "Siapa sebenarnya Papi Ryu? Aku harus menyelidikinya,
"Dokter! Pasien telah sadar." Dokter langsung berlari ke ruang ICU. Setelah memeriksa, dokter itu menjabat tangan Takeshi. "Selamat Dokter, kita berhasil membawanya kembali," ujarnya.Takeshi langsung memeluk tubuh sepupunya. "Terima kasih sudah kembali, cepatlah sembuh demi putramu."Flashback"Dok, saya ingin sepupu saya di otopsi untuk mengetahui penyebab kematiannya," kata Takeshi saat membawa Ryu ke rumah sakit Tokyo.Dokter forensik itu pun memeriksa jenazah Ryu. Dia menggeleng geleng tak percaya. Untuk memastikan dugaannya, dia memanggil rekan dokternya. Mereka pun mengangguk bersamaan."Dokter Takeshi, bagaimana kalau kita bantu dengan memasang ventilator pada sepupu Anda, karena kami mendeteksi adanya denyut halus di tangannya. Kemungkinan, pasien tadi mengalami mati suri," terang dokter itu.Takeshi akhirnya menyetujui usul dokter itu. Takeshi melakukan apa yang dikatakan oleh dokter supaya Ryu bisa sadar kembali.Flashback offTiga Bulan Kemudian"Saya terima nikah dan kaw