"Tunggu, biar aku yang balas pesannya," kata Rehan.Leona akhirnya memberikan gawainya pada sang suami. Wanita itu akhirnya memilih memejamkan mata sejenak sebelum kedua bocah kecilnya bangun. Entah apa yang diucapkan Rehan papa Poor Husband. Lelaki itu hanya tersenyum senyum sendiri.Ryu tersenyum licik saat membaca pesan dari Leona. "Apa kamu pikir aku tidak tahu kalau kamu bukan Waifuku? Kemana dia? Apa masih memasak?" gumam Ryu sambil melirik ke arah jam dinding.Tak lama, Revan dan Rayyan sudah bangun. Melihat sang istri yang sepertinya kelelahan membuat lelaki itu tidak tega membangunkannya."Ayo sayang mandi sama Daddy," ajak Rehan pada Rayyan.Sementara Revan, bayi itu masih berada di ranjang, dia tidak berani kalau memandikannya. Suara cekikikan dua lelaki beda generasi itu membuat Leona terbangun. "Hoaamm. Jam berapa ini?" gumam Leona seraya melirik ke arah jam dinding."Astaga, sudah jam 9 pantas saja Revan sudah terbangun." Wanita cantik
"Papi Ryu. Apa mungkin Papi Ryu masih hidup," batin RayyanRayyan adalah bocah yang pintar, dia tidak mungkin salah dengar, maka dari itu, dia ingin membuktikan apa yang ada di benaknya."Daddy, Rayyan mau jadi model," ujar balita yang belum genap berusia 4 tahun itu.Seketika semua pandangan beralih padanya. Rehan memang tidak menyetujuinya, tapi … jika memang Rayyan menginginkannya, dia tidak akan membatasinya."Kamu serius sayang?" tanya Rehan pada sang putra.Rayyan mengangguk antusias membuat Rehan menghela nafas panjang."Baiklah, aku setuju, tapi, jadwal pemotretan untuk mereka hanya sekali dalam seminggu, entah itu hari sabtunya atau minggunya," syarat yang diajukan oleh Rehan."Deal," ucap Yujin dengan cepat sebelum kliennya berubah pikiran.Setelah penandatanganan kerjasama itu, akhirnya Rehan dan juga Leona pergi dari restoran itu. Sementara itu, seorang lelaki memandang mereka dengan tatapan kesal, marah dan benci karena Rehan telah merebut istrinya."Sabar Ryu, target su
"Leona!!!" teriak Rehan dan Ryu bersamaan.Kedua lelaki itu sama khawatirnya dengan keadaan Leona."Tolong kamu gendong Revan dulu, biar aku tidurkan dia di sofa," pinta Rehan pada Ryuji."Jangan di sofa, baringkan dia di ranjangku saja," kata Ryuji."Apa tidak apa?" tanya Rehan sungkan."Tidak apa, kasihan dia kalau tidur di sofa," jawab Ryuji.Rehan akhirnya menggendong Leona ke dalam ruang pribadi Ryuji. Lelaki tampan itu pun memeriksa keadaan sang istri."Apa dia selalu seperti itu?" tanya Ryuji pada Rehan.Lelaki tampan itu pun mengangguk. "Bahkan kalau dia mencoba mengingat masa lalunya dengan keras, dia pasti masuk rumah sakit. Maka dari itu, aku melarangnya berpikir keras. Biarkan ingatannya kembali dengan perlahan," terang Rehan.Mendengar ucapan Rehan membuat Ryu merasa bersalah, harusnya, dia bisa sedikit bersabar mengungkapkan semuanya."Tidak perlu merasa bersalah seperti itu. Ini bukan salahmu," kata Rehan."Apa kamu tidak ta
Dua minggu sudah berlalu, obat yang dipesan Ryu sudah sampai di tangannya, kini saatnya Ryu mengantarkannya ke apartemen Leona sekaligus memberikan bonus untuknya karena baju baju yang dipakai oleh Rayyan dan juga Revan laku keras."Ini tempatnya?" tanya Ryu pada sang sopir."Iya Tuan," jawabnya.Ryu keluar dibantu oleh sang sopir. Dia pun menuju ke lift dan memencet angka 10.TingLift sudah berhenti, Ryu segera keluar kemudian mencari nomor apartemennya. Jantungnya berdegup kencang saat dia akan menemui Leona. Dia takut tak bisa mengendalikan dirinya saat berada di hadapan wanita itu."Selamat Pagii," sapa Ryu."Tuan? Mari silahkan masuk," ujar Leona yang kaget melihat kedatangan Ryuji.Ryu memandangi seluruh ruangan apartemen Leona."Ada perlu apa Tuan datang kemari?" tanya Leona sopan."Aku hanya mampir sekalian memberikan bonus dan sisa pembayaran kemarin," jawabnya."Kenapa tidak ditransfer saja Tuan? Jadi Anda tidak perlu repot kema
Rayyan masih terus bermain dengan Ryu. Kini, dia mengajak Ryu bermain lego kesukaannya. Dia sudah yakin, kalau lelaki yang ada di hadapannya adalah Papi Ryu lelaki yang pernah menjadi ayah sambungnya."Boleh tidak Iyan memanggil Om dengan sebutan Papi?" tanya bocah tampan itu."Tentu saja boleh sayang, malah Om senang kamu memanggilku Papi, itu artinya, kamu menyayangiku sama seperti Daddy," jawab Ryu.Senja telah menjelang, Ryu harus pergi karena ada urusan yang penting. Sebenarnya, dia masih senang bermain dengan Rayyan dan Revan hanya saja, ada hal yang tidak bisa dia tinggal saat ini.Rehan baru saja tiba saat malam menjelang. Dia segera menuju ke kamar mandi untuk mandi dan berganti baju karena di rumah sakit tempat berbagai virus, dan dia tidak ingin kedua putranya sampai terkena virus itu."Hai sayang, kamu lagi apa?" tanya Rehan pada putra sulungnya."Lagi baca buku Pa," jawabnya seraya menunjukkan buku yang dia baca."Sayang, sejak kapan kamu sud
Perang dingin antara Rehan dan Leona masih berlangsung. Ini adalah hari ketiga Rehan mendiamkan istrinya. Leona yang sudah tidak tahan mencoba mengajak Rehan bicara."Kenapa kamu terus mendiamkanku? Apakah kesalahanku begitu fatal hingga kamu tidak bisa memaafkannya?" ujar Leona dengan nada lembut tapi penuh penekanan.Dia tidak ingin bertengkar di hadapan putranya, tapi dia tidak sanggup jika harus terus menerus diabaikan.Rehan hanya diam, matanya terus menatap laptop tanpa mengindahkan ucapan sang istri."Rehaan! Jawab aku," Leona mulai meninggikan ucapannya.Lelaki itu hanya diam. Leona yang kesal hanya bisa menghela nafas panjang. "Oke, jika ini mau kamu, akan aku turuti, aku tidak akan lagi menyiapkan semua kebutuhanmu sampai kamu mau mengajakku bicara," batin Leona.Esoknya, Leona sengaja bangun terlambat meski tahu lelaki itu ada operasi pagi itu. Dia sengaja tidak membangunkan sang suami. Hingga dering di gawai suaminya berbunyi kencang."Ada apa
Rehan langsung menarik Leona dengan kasar ke dalam kamar. Dia memegang erat bahu sang istri kemudian dia hempaskan ke ranjang."Kak, Kakak mau ngapain?" tanya Leona ketakutan saat Rehan mulai melepas sabuknya dengan senyum menyeringai."Menghukummu," jawab Rehan singkat.Lelaki itu pun mulai mencambukkan sabuknya di sekujur tubuh Leona."Aaakhhh, sakit Kak, hentikaaan, sakiit," teriak Leona.Mendengar teriakan sang Mami, Rayyan langsung membuka pintu kamar Maminya. Bocah kecil itu shock bukan main melihat wanita yang paling dia cintai dipukuli secara brutal oleh sang Ayah."Hentikan Dad, kasihan Mami," teriak Rayyan mencoba menarik tubuh Ayah kandungnya."Heh! Kamu anak kecil ikut campur saja, urusan orang dewasa. Pergi!!" bentak Rehan.Lelaki itu pun menggendong tubuh Rayyan, kemudian menaruhnya di luar. Dia lalu mengunci pintu kamarnya, supaya aktifitasnya tidak terganggu."Dad, pkease, jangan pukul Mami Dad, pukul saja Iyan. Mami tidak salah Da
"Dok, pasien mengalami pendarahan hebat," teriak perawat itu.Dokter segera berlari menuju ke dalam. Mereka berusaha menyelamatkan nyawa Leona.Ryu langsung meninggalkan semua pekerjaannya mendengar kabar keadaan Leona dari Yujin. Lelaki yang kini duduk di kuris roda itu segera menuju ke rumah sakit tempat Leona dirawat.Ryu langsung menggendong sang putra yang mukanya sudah membiru karena terlalu lama menangis."Kenapa dia?" tanya Ryu pada Yujin."Aku tidak bisa menenangkannya, dia terus saja menangis," jawab Yujin.Ajaibnya, beberapa detik di gendongan Ryu, bayi itu berhenti menangis, meski masih sesegukan."Bagaimana keadaan Leona?" tanya Ryu."Seperti yang aku bilang tadi. Dia mengalami luka di sekujur tubuhnya. Dan sekarang, dia mengalami pendarahan," jawab Yujin."Ya Tuhan, bagaimana bisa lelaki itu tega berbuat seperti itu pada wanita?" gumam Ryu."Entahlah, mungkin, dia memiliki darah psikopat," jawab Yujin asal."Pantas saja Leona