"Kalau ditanya sejak kapan Ningsih berjalan ke arah kita tadi, aku hanya bisa menjawab setelah ia ingin mangga yang ada di meja itu, bagian mana yang perlu dicurigai? Dia memang tidak bisa bicara sehingga wajar kalau kelakuannya sangat aneh!" sahut Aditya yang tidak curiga sama sekali dengan sikap Ningsih yang tiba-tiba mendekat ke arah mereka sambil membawa pisau tadi. Dalam ingatan Lisa, samar-samar ia mengingat mata indah seseorang yang begitu ia kenal dan kedua mata itu persis dengan kedua mata Ningsih, tapi bedanya kedua mata Ningsih tadi terlihat mengekspresikan sebuah kemarahan. "Sepertinya mata Ningsih sangat mirip dengan seseorang, tapi sayangnya aku lupa siapa pemilik mata itu!"Lisa mencoba untuk mengingatnya kembali, tapi percuma, karena ia tidak ingat apapun sekarang. "Sudahlah Lisa jangan berpikiran negatif pada orang dulu, memangnya apa yang membuatmu mencurigainya? Membawa pisau itu ke arah kita? 'kan sudah dijelaskan sama suaminya tadi kalau Ningsih mau ambil mangga
"Apakah selama ini kau telah bermain di belakangku? Apa kau sudah mengkhianati pernikahan kita? Adakah laki-laki lain di dalam kehidupanmu? Atau kau hanya memanfaatkan kekayaanku saja? Jadi selama ini kau hanya membohongiku?" cecar Aditya, dengan tatapan tajam dan kedua mata yang berkaca-kaca.Lisa hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan pelan untuk menjawab pertanyaan dari Aditya, bahwa semua itu tidaklah benar, terlebih melihat kesedihan yang begitu mendalam terukir jelas dari kedua mata suaminya itu, menimbulkan kekhawatiran tersendiri pada dirinya, takut dibenci dan ditinggalkan."Apa aku memang bukan satu-satunya lelaki di dalam hidupmu? Apa kehadiranku tidak ada artinya lagi untukmu?"Rasa sesak begitu menghimpit relung hati Aditya saat ini, tak pernah menyangka ternyata ada sosok laki-laki lain di kehidupan Lisa selain dirinya, bahkan sudah berani memanggil istrinya dengan panggilan sayang di surat tersebut. Meskipun hanya tulisan, tapi sukses membuat hatinya begitu pedih tak
"Rencana apalagi? Aku mengakui jika rencanamu selama ini selalu berhasil Rangga, tapi ingatlah! Kamu harus berhati-hati juga dalam menyusun rencana, sekarang mereka sedang menuju ke toko buket bunga itu, aku berharap kamu tidak meninggalkan jejak identitas atau apapun di sana!"Rangga tersenyum, ia mengingat saat memesan bunga tersebut pagi-pagi sekali tadi sebelum Aditya dan Lisa bangun. Bahkan Rangga begitu berani menggunakan mobil mewah Aditya dengan alasan membawanya ke montir, hanya untuk menuju toko buket bunga itu, memakai kacamata hitam dan juga berpakaian rapi dengan menggunakan jas, ia juga sama sekali tidak menyebutkan namanya, terlebih meninggalkan identitasnya. Semua itu Rangga lakukan supaya dilihat oleh pegawai toko bahwa yang memesankan bunga untuk Lisa memang seorang laki-laki yang kaya dan sangat keren sekali, sehingga saat mereka merasa curiga dan langsung mengecek dan menanyai pegawai tokonya, ia tidak perlu khawatir kalau sampai ketahuan."Aku tidak meninggalkan j
"Mohon maaf sekali Pak, untuk Cctv di toko kami belum disediakan," jawab Pegawai toko singkat, tapi cukup menghujam hati Lisa, karena itu artinya ia tidak dapat membuktikan kalau ia tidak berselingkuh. "Tapi tadi yang pesan memang laki-laki? Anda tidak salah lihat 'kan?" tanya Aditya untuk lebih memastikannya lagi. Pegawai toko tersebut mengangguk dengan mantap, mengiyakan kalau memang yang memesan adalah laki-laki."Betul Pak, saya tidak salah lihat." Aditya mengarahkan pandangannya kembali kepada Lisa."Yang memesan buket bunga itu memang seorang laki-laki, kalau seperti ini, bukti apa yang bisa kau berikan untuk mematahkan dugaan bahwa kau tidak punya laki-laki lain?!" "Aku berani sumpah Adit, aku sama sekali tidak ada laki-laki lain selain kamu! Yang aku cinta hanya kamu!" "Percayalah, ini pasti kerjaan orang yang tidak bertanggung jawab, pasti ada orang yang sedang berusaha untuk memisahkan kita, siapa tahu dia memang menginginkan aku, maka dari itu berusaha untuk memisahkan
Kepanikan mulai mendera Naina, tanpa sadar ia terlalu banyak menghabiskan waktu di dalam kamar itu, menangis dan meratapi nasibnya yang sungguh tidak beruntung karena sudah tertipu oleh dua orang yang begitu ia percayai selama ini. "Lisa tidak boleh melihat aku berada disini! Tapi sekarang harus bersembunyi dimana?" tanya Naina pada dirinya sendiri dalam hati, melihat ke arah sekeliling, tapi tidak kunjung menemukan tempat yang tepat untuk bersembunyi. Naina sedang berpikir keras, bagaimana caranya ia tidak terlihat oleh Lisa, juga berusaha untuk tetap tenang meskipun saat ini kekhawatirannya begitu memuncak. Sedangkan di luar kamar, sekarang terdengar suara Rangga yang sedang menyamar sebagai Kevin, berusaha untuk membujuk Lisa supaya tidak terburu-buru untuk masuk terlebih dahulu ke kamarnya."Bu, kamarnya belum dibersihkan, jadi mohon sekali untuk tidak masuk, nanti setelah dibersihkan saja, Bu!" Lisa mengernyit mendengar perkataan yang baru saja Rangga lontarkan, sembari tangan
Rangga masuk ke dalam Club dengan melepas segala atribut penyamarannya yang sebelumnya, tapi tetap menyamar sebagai orang lain dengan memakai topi, kacamata hitam dan juga memakai kumis palsu tipis, menamainya sebagai mister 'R' dengan tujuan untuk membuat Lisa jatuh hati padanya dan membuat keretakan yang begitu besar di rumah tangga mereka. "Sungguh sangat buruk kelakuan wanita itu, penggoda dan perebut suami orang, sekarang menjadi istri yang durhaka dengan clubbing tanpa sepengetahuan suaminya lagi!" gumam Rangga sedang menatap nanar oke arah Lisa yang sedang asyik berjoget sambil meneguk wine. Sudah menjadi kebiasaan Lisa ketika menjelang malam, saat menghadapi masalah, yang dilakukannya pertama kali adalah mengunjungi Club malam, sekalipun sudah menikah dengan Aditya, dia tetap melakukannya, tapi dengan cara diam-diam tanpa sepengetahuan suaminya itu. Keahlian Lisa dalam meneguk minuman berakohol tidak bisa terbantahkan lagi, dia tentu sangat lihai, meskipun semenjak menikah d
Hampir tengah malam, akhirnya Aditya pulang juga, Naina yang memang sengaja mengintipnya dari ruang tamu hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah suaminya itu, tetap saja pulang malam, padahal ia tahu betul kalau Aditya sebenarnya tidak lembur di kantornya.Bukan hanya karena sudah menjadi kebiasaan suaminya yang sering pulang malam, namun juga karena saat ini ekspresi wajahnya yang tidak menampakkan lelah sedikitpun seperti orang yang baru pulang setelah lembur, sehingga patut dicurigai kalau pria yang saat ini masih berstatus suaminya itu bermain dengan wanita lain lagi."Bagaimana bisa, dulu aku selalu saja percaya bahwa ia lembur, dan sekarang setelah kebusukannya terbongkar, baru tahu kalau selama ini ia menghabiskan waktu bersama Lisa, dan sekarang sudah bersama Lisa dia masih pulang malam juga?! Jangan-jangan dia jajan lagi di luar, dasar pria hidung belang!" gumam Naina dalam hati.Ceklek!Pintu ruang tamu dibuka, Aditya masuk ke dalam rumah, dan tentu saja la
"Tidak! Aku tidak akan mengangkat telfon dari Aditya, terlebih dalam keadaan seperti ini, tidak akan! Kalau aku angkat pasti akan dicecar Adit seribu pertanyaan memilukan, rasanya aku tak sanggup mendengarnya!" gumam Lisa, menggeleng sambil menangis tanpa suara.Dirinya semakin kalut membayangkan, bagaimana jika nanti Aditya tahu apa yang telah terjadi padanya, pasti suaminya itu sangat murka dan membencinya.Lisa sangat marah pada dirinya sendiri, dalam kondisi yang sadar, langsung membanting benda pipih itu dengan kencang ke lantai, tidak peduli rusak saat itu juga, karena baginya melampiaskan amarahnya adalah yang paling utama.Dengan membanting ponsel, ia tidak akan lagi mendengar getaran ponsel dan melihat nama Aditya yang semakin membuatnya takut."Maafkan aku, Adit! Aku tidak sengaja melakukan semua ini, ada yang sudah memanfaatkan aku! Malam ini aku juga tidak bisa pulang, masih dalam keadaan terkejut dan kepala yang rasanya seperti hampir pecah ini, aku harap kamu bisa mengert