Sebuah buku berwarna toska dengan motif dreamcatcher benar-benar mengalihkan atensinya. Buku tersebut tergeletak di atas meja dalam keadaan terbuka dengan tulisan warna-warni yang begitu eye catching.
Mau tidak mau pria itu mengulurkan tangan untuk meraih buku tersebut, sementara tangan lainnya masih setia menggenggam tangan Jihye. Oke, Yunki seharusnya sudah mendapatkan dua penalti saat ini, satu karena sudah mengecup Jihye tanpa izin, kedua karena telah melanggar batas privasi.
Apa yang dia baca dalam berkas yang dibawa Pak Ong, benar-benar memunculkan rasa penasaran di diri Yunki dan saat ini adalah salah satu kesempatannya untuk dapat mengenal Jihye lebih jauh.
Tulisan warna-warni itu mempunyai judul besar bertuliskan:
Dream and to-do list
-Menyelesaikan kuliah dengan nilai baik
Yunki mengangguk, menyetujui tanda ceklis di ujung daftar nomor satu ka
Sebagai orang yang bermimpi melangsungkan pernikahan di luar negeri, ini jelas sesuatu yang menggelikan. Dalam 24 tahun hidupnya, Jihye baru pertama kali menaiki pesawat dan sungguh tidak menyukai sensasi saat burung besi itu mulaitake off. Gadis itu mengeratkan tangannya di pegangan kursi dengan mata terpejam disertai rapalan berbagai doa. Sungguh, tidak ada daya upaya bagi seorang manusia di atas sana, kecuali kuasa Tuhan. "Aku masih ingin hidup ... lindungi aku, Tuhan," lirihnya. Kurang lebih tujuh puluh menit, waktu yang dihabiskan dalam perjalanan dari Incheon menuju bandara Jeju dan selama itu pulalah keringat dingin mendominasi seluruh tubuh Jihye. "Hye-ssi, apa kau baik-baik saja?" tanya Minhyuk tampak khawatir menatap wajah pucat Jihye. "Jangan bilang ini penerbangan pertamamu," imbuh Gaeun tampak sama khawatirnya dengan Minhyuk. Jihye memegang tangan kedua temannya itu dengan mata terpejam erat. "Kau benar Eun
Keheningan mengudara, hanya lirih deru mesin yang tertangkap dalam jarak dengar gadis itu. Dia masih enggan membuka kedua netranya, mengingat kekacauan yang dia lakukan. Entah siapa yang membawanya pergi, tetapi bila dicium dari wangi citrus dengan aromatik rempah yang bernuansawoody, Jihye tahu betul siapa pribadi yang membawanya kabur itu.Namun, tidak mungkin dia, 'kan?Mobil yang membawanya kini berhenti. "Sampai kapan kau akan pura-pura pingsan,hm?" Sebuah pertanyaan disertai kekehan akhirnya terdengar.Itu suara bass milik si Kucing Salju ....Perlahan Jihye membuka mata dan mendapati pribadi pucat itu menatapnya dengan roman tak terbaca."Shin Yunki-ssi, k-kenapa kau ada di sini?" tanya Jihye dengan kerutan dahi begitu dalam, diakhiri dengan telunjuk menyentuh lengan atas Yunki seolah memastikan itu benar suaminya."Aku datang untuk menyelamatkan pernik
Jihye membuka mata, mendapati presensi Yunki yang menopang dagu padadashboardmenatapnya teduh. Setelah ciuman yang ... ehm ... cukup panas itu, Yunki hanya mampu mengajak sang istri tidur di dalam mobil--karena keinginan Jihye--kendati hasratnya ingin mengajak ke atas ranjang empuk. Semua hotel di pulau Udo sudah dibookingatas nama Shin Geum Corp dan sangat riskan apabila mereka masuk ke salah satunya.Sudut bibir pria itu tertarik ke atas tampak begitu tulus membuat Jihye harus mengerjap saat rona merah kini merambati hangat kedua pipinya."Hai ... pemandangan pagimu indah, bukan?" ucapnya. Jihye masih merangkum pemahaman, lantas bergerak pelan dan mendapati mantel milik Yunki menyelimuti tubuhnya."Lautnya memang indah," jawab Jihye lirih sambil menggeliat malas.Yunki mendengkus. "Maksudnya, pertama kali membuka mata kau melihatku. Indah, 'kan?"Jihye tertawa lantas bertanya. "Kau bangun sudah berapa lam
“Hye ... aku merindukanmu, tetaplah berada di sisiku." Ucapan itu mengalun begitu lembut menghangatkan relung, sarat akan sebuah harapan yang ditinggikan. Efeknya sungguh tidak main-main karena pelukan Yunki perlahan menjalar nyaman menggelitik permukaan perutnya. Jihye menyambutnya dengan tulus, memberikan tepukan lembut di punggung Yunki dan diam-diam berjanji akan mulai membuka hatinya perlahan. Rindu ... bahkan mereka bertemu setiap hari, tetapi kata itu seakan pas dengan suasana yang dirasakan keduanya saat ini.Yunki mengurai pelukan mereka, dengan tatapan teduh mulai mendekatkan wajahnya, dan kedua pasang bilah itu kembali saling memagut, membiarkan poin enam terjadi begitu saja.Ah, persetan dengan poin enam, bahkan dalam benak masing-masing, keduanya tengah merobek perjanjian itu. Yunki hanya ingin memastikan, menyelami dan benar-benar menyadarkan diri, bahwa sedikit demi sedikit dia memang telah jatuh pada pesona gadis yang selama ini coba ditola
Kesibukan yang terjadi akhir-akhir ini sungguh berimbas pada hubungan dua entitas manusia yang bernaung dalam satu atap itu.Jihye sangat sibuk membuat rencana anggaran untuk Smart City bersama Jimmy dan Gaeun. Begitu pun dengan Yunki, pria itu sering pulang larut dan melewatkan makan malam yang dibuat Jihye dengan sepenuh hati. Menyesakkan, sih, tetapi Jihye selalu berusaha berpikir positif.Di rumah, Yunki tampak lebih banyak diam dengan sorot seperti orang kebingungan dan sering menghabiskan malamnya duduk di kursi mini bar menenggak whisky. Hal itu tentu saja mencuatkan tanda tanya besar dalam diri Jihye. Berkali-kali gadis itu mencoba bertanya, tetapi hanya binar penuh penolakan yang dia dapat, seolah Yunki hanya ingin tenggelam dalam kubangan masalahnya seorang diri.Jihye mencoba mengerti, hidup satu atap selama hampir empat bulan dengan Yunki tidak serta-merta membuatnya mengenal pria itu seutuhnya. Dia harus menekan kuriositasnya dan mene
Jihye memaku, mencoba mencerna silabel yang baru saja menyapa rungu, merasakan seluruh atensi peserta rapat mengarah padanya."Bagaimana? Kau mau menjadi asistenku?" tanya Yuri sekali lagi."Nona Seo itu bekerja denganku, Nona Bae," potong Jimmy tampak tidak setuju.Yuri mengedikkan bahu. "Walau tampak seperti relawan HAM, tetapi aku suka gagasan yang dilontarkannya, mungkin dia bisa memberikan intruksi saat pengembang Glory Tech mengerjakan idenya, tentu jika ShinSajangnimmenyetujuinya," ucap Yuri melirik Yunki dengan binar tidak menerima penolakan."Menurutku itu hanya akan mengganggu kinerja Nona Seo," ucap Yunki."Aku berjanji tidak akan mengganggu waktu kerjanya dengan Jimmy, aku tidak setiap hari ke sini, kan?" tukas Yuri, seperti yang Yunki ketahui bila sudah berkeinginan, wanita itu akan melakukan apa pun untuk mendapatkannya.Diam-diam Jihye menarik sebuah senyuman saat mendapati dirinya menjadi bahan rebutan. "
Jika diibaratkan dengangamejenis MOBA--multiplayer online battle arena--mungkin tingkat pembantaian hati Jihye mencapai titiksavage.Pertemuan dengan sang kakak yang sejatinya penuh haru berbanding terbalik dengan ekspektasinya yang terlalu tinggi. Jihye bahkan tidak ingin mengingat apa saja isi dari konversasinya dengan sang kakak sore itu. Terlalu menyakitkan, terlebih kenyataan yang menghantamnya telak pada relung perihal sang suami yang merupakan mantan kekasih dari Seo Eunji. Bila dapat memilih, mungkin Jihye ingin bertransformasi menjadi setangkai dandelion yang terburai tertiup angin dan menghilang. Hari ini terlalu berat dan tampak belum berakhir karena dia masih harus menghadapi suaminya di rumah nanti. Jihye berdiri tepekur di pagar pembatas yang menghadap ke bentangan sungai Han di depannya, menatap penuh kehampaan pada air yang begitu tenang.Kalau aku menceburkan diri ke sungai past
Sisa malam itu apakah Yunki dapat tidur dengan nyenyak dan nyaman? Jawabannya tentu saja tidak. Pria itu terus-menerus berguling ke sisi kanan dan kiri membayangkan Jihye sedang menangis dalam kamarnya. Beberapa kali netra sepekat jelaga itu bergulir pada kotak cincin biru di atas nakas samping tempat tidurnya. Bukankah, seharusnya dia merasakan kelegaan tatkala cincin itu kembali? Kenapa justru rasa perih yang kini mendominasi relungnya terlebih saat melihat jari manis Jihye bengkak dan membiru."Apa yang harus aku lakukan saat dia sepertinya ingin sendiri?" ucapnya lirih pada plafon putih yang terbentang di atasnya. "Apakah Jihye cemburu? Kalau iya, kenapa sikapnya sok tangguh seperti itu?"Lobusnya kini merepetisi kejadian sore tadi. Tatkala Jimmy dan Jeongguk menjadi dua orang terakhir di antara mereka yang keluar dari ruangan rapat, menyisakan dirinya dan Yuri di sana. Pak Ong yang saat itu terpaksa menyembulkan kepalanya di balik pintu berhasil keluar dengan angg