"Oh, sial!" Tiva sampai kembali menjatuhkan tutup tepat sampahnya dengan berisik dan berjingkat sendiri seolah sedang melihat satu kantong belatung di tempat sampahnya. Padahal jelas sekali itu uang, uang yang sepertinya lebih banyak dari yang kemarin.
Siapapun yang meletakkan uang tersebut dia sengaja membalik tutup tempat sampahnya agar Tiva memeriksanya. Karena saat terbalik tempat sampahnya tidak bisa di buka dari atas.
Tiva terduduk kembali di meja makan masih sambil memandangi tempat sampah di depannya. Tiva tidak h
"Kemarilah, Sayang," panggil tante Marini begitu melihat Tiva yang baru turun dari boncengan motor putranya."Rio sudah bercerita mengenai rencana kalian dan kami semua ikut senang sekali mendengarnya.""Sebenarnya aku dan Rio juga baru membahasnya beberapa minggu ini, Tante.""Kau tidak perlu khawatir, nanti kami yang akan mengurus semua keperluannya."Tiva memang sudah tidak memiliki siapa-siapa, otomatis tidak ada keluarga untuk melamar gadis itu atau mengurus pernikahannya."Rencananya juga masih tahun depan, Ma. Tiva tidak mau buru-buru." Rio yang baru kembali dari memasukkan motornya ke dalam garasi langsung menyusul dan ikut menyela.
"Kau yang membawanya, kau yang mengajaknya di mana dia sekarang?" Tiva masih menatap pria tinggi besar di depannya yang tidak bergeming. "Apa dia juga masih hidup dan akan pulang?""Tiva, maafkan aku."Sepertinya Nathan juga tidak sanggup jika terus mendapatkan pertanyaan seperti itu. Dia berjalan mendekati Tiva kemudian ikut duduk di sebelahnya untuk bicara pelan-pelan."Kami tidak mengalami kecelakaan seperti yang diberitakan. Tapi kami dihadang di tengah jalan dan ditembaki seperti binatang. Alif sudah tidak ada demikian juga dengan yang lainya."Nathan berhenti sebentar untuk menunggu reaksi Tiva, karena gadis itu memang harus mendengarkannya dan tahu kebenarannya."Tapi ka
Sekitar jam sebelas Tiva mendengar motor Rio berhenti di halaman. Tiva bergegas turun dari kamarnya. Padahal tidak biasanya Rio datang di jam-jam seperti ini. Tiva juga segera membuka pintu sebelum Rio mengetuk."Tiva!" Rio agak terkejut melihat Tiva yang sehat dan segar bugar."Tadi aku ke tempat kerjamu dan mereka bilang kau sakit."Selain masih berpakaian lengkap dari kantor, Rio juga membawa makanan tapi sepertinya bukan nasi uduk lagi. Belakangan ini Rio sudah jarang membelikannya nasi uduk, karena uangnya sudah lebih banyak.Tiva mengajak Rio masuk. "Kau bolos?""Kau juga!" balas Rio."Tadi pagi aku agak kurang enak badan kare
Sebagai yang ke 4, Nathan termasuk yang memiliki perkembangan paling sempurna dibanding yang lain. Nomor satu adalah Erick seorang jenius dan ahli beladiri dengan kelebihan kecepatannya dan sangat gesit dengan tubuh ramping. Pertumbuhan tubuhnya memang tidak sesempurna yang lain. Eric agak kecil dan pendek dengan rambut gelap serta mata sipit. Nomor dua Jack si ahli menembak dan dapat memulihkan diri dari luka dengan cepat. Nomor tiga Tristan saudara kembar Jack dari hasil pembuahan buatan yang ditanamkan pada inang berbeda. Tristan memiliki kelebihan dalam kekuatan fisik, cepat menyembuhkan diri dan dapat bertahan hidup dengan jumlah oksigen tujuh puluh lima persen lebih kecil dari manusia normal sama seperti Nathan, dan yang ke empat Nathan.Nathan dianggap memiliki perkembangan yang paling sempurna. Dia tidak hanya memiliki kekuatan fisik yang hampir ajaib tapi dia juga memiliki
"Bagaimana kau bisa naik ke sisni?""Melompat," jawab Nathan sambil menyeringai nyeri dan Tiva juga tidak paham dengan apa yang dimaksud Nathan dengan 'melompat' karena balkon kamarnya hampir setinggi empat meter.Tiva masih terlalu bingung untuk berpikir masuk akal apa lagi dia juga malu karena cuma mengenakan handuk. Tapi Nathan kelihatanya sedang sangat kesakitan untuk menghiraukan ketelanjangannya."Oh, masuklah." Dengan mengabaikan rasa malunya Tiva membantu Nathan berdiri dan mengajaknya masuk ke dalam kamar."Tunggu sebentar aku akan berpakaian."Nathan berbaring di atas ranjang menahan rasa kejang di kakinya yang semakin menjalar. Nathan harus segera mengelu
Sepertinya Nathan tetap memerlukan beberapa hari untuk pemulihan dan sementara dirinya harus bersembunyi dulu di rumah Tiva."Maaf karena aku merepotkanmu."Nathan sudah pindah di kursi sementara Tiva mengganti seprai di ranjangnya dan masih harus mengepel lantai kamar serta balkon yang masih banyak berceceran darah. Gadis itu menoleh pada Nathan dan hanya tersenyum."Cepatlah sembuh, Bang.""Abang mau makan apa?" tanya Tiva. "Nanti biar aku beli makanan sekalian, karena aku tidak pandai membaut makanan.""Apapun yang juga kau makan." Sebenarnya Nathan tidak lapar dan juga tidak sedang ingin makan apapun karena melihat Tiva seperti itu.
Tiva kembali dengan membawa beberapa gulung perban serta membeli sarapan untuk mereka berdua. Nathan sedang menyaksikan siaran berita di televisi dan langsung mematikannya ketika melihat Tiva masuk rumah."Abang mau sarapan dulu atau kubantu mengganti perbannya dulu?" Gadis itu memberi pilihan sambil mengangkat kedua kantong pastik di tangan kanan dan kirinya bergantian."Makanlah dulu aku bisa melakukanya sendiri""Sebaiknya kubantu dulu."Tiva meletakkan dua kotak sarapannya ke atas meja makan kemudian kembali untuk menghampiri Nathan yang masih duduk di sofa ruang tengah. Tidak lupa Tiva kembali dengan membawa gunting serta handuk kecil yang sudah dia basahi.Masih banyak be
"Apa kau mau kubuatkan kopi lagi?" tanya Tiva pada Natha yang dari tadi hanya duduk memindah-mindah chanel televisi."Aku tidak akan bisa tidur jika kau membuatkanku kopi tengah malam begini."Sebenarnya Tiva hanya tidak tahu apa yang harus dia tawarkan setelah makan malam, karena dari tadi bang Nathan memang hanya memindah chanel tanpa memperhatikan isi beritanya."Besok saja bangunlah pagi-pagi dan buatkan aku kopi."Nathan menoleh Tiva yang dari tadi juga ikut duduk menyimak siaran televisi yang cuma berkelebat di matanya tanpa bisa disimak. Tiva memang tidak pernah paham dengan apa yang sedang diperhatikan Nathan. Karena Jane memiliki otak yang sangat canggih, bahkan dia bisa meretas beberapa chanel internasional jika ingin mengirimkan kode pesan."Tidurlah, Tiva, kau tidak harus menemaniku bergadang." Nathan kembali menoleh gadis di sampingnya.Setelah beberapa hari tinggal bersama Nathan jadi tahu jika gadis itu kadang tidak beda jauh