Nathan yang sedang serius mengetik beberapa sandi rumit tiba-tiba terhenti oleh layar monitornya yang lain. Nathan melihat Tiva yang baru kembali ke kamarnya dan sepertinya tidak sedang baik-baik saja.
Tiva memang sedang marasa sedih, bukan hanya karena dirinya sudah tidak diterima lagi seperti dulu oleh keluarga Rio, tapi Tiva juga sedih karena melihat Rio yang sampai berani menentang kedua orang tuanya hanya untuk membela dirinya yang merasa tidak layak. Tiva benar-benar sedang merasa sangat buruk dengan dirinya sendiri dan menyesal telah kembali jika justru jadi seperti ini.
Nathan melihat Tiva mulai menanggalkan pakaiannya, membiarkannya meluncur turun ke lantai hingga menampakkan tubuh polosnya yang selalu terlihat rapuh dan lembut seperti dulu ketika wanita itu masih berada di dalam pelukan lengannya. Tanpa sadar Nathan ikut menge
Malam berikutnya Tiva kembali mengalami serangan demam yang lebih ekstrim tapi Nathan sudah jauh lebih siap. Demam Tiva sudah tidak turun lagi dan hanya terus naik sampai di atas ambang wajar. Buku-buku jari Tiva mulai menggenggam erat dan bibirnya berdesis kaku. Nathan coba menahannya agar tidak kejang karena dia masih harus menyuntikkan serum antibodinya. Tiva harus rileks agar pembuluh darahnya tidak pecah.Pelan-pelan Nathan meluruskan lengan Tiva. Mengikat pangkal lengannya agar pembuluh darahnya dapat timbul karena pengaruh demam dan dehidrasi membuatnya mengecil. Walau Naomi sudah mengajarinya berulang kali tapi Nathan tetap harus hati-hati karena yang dia hadapi adalah Tiva, dan ia harus berhasil. Setelah berhasil menyuntikkan anti bodinya Nathan masih harus menahan tangan Tiva yang kaku karena mulai kram dan tidak ada hentinya Nathan berdoa dan memohon agar Tiva kuat.
Begitu kembali ke apartemennya sendiri dan ingat telah meninggalkan Tiva yang seperti tadi, tiba-tiba Nathan merasa sangat buruk. Tiva akan segera bangun dan mungkin juga akan segera sadar jika dirinya telah disetubuhi selama tidak sadar. Karena mustahil bila Tiva tidak merasakan jejak yang Nathan tinggalkan di tubuhnya, apa lagi Nathan juga melakukanya tanpa pengaman. Yang membuat Nathan merasa buruk adalah karena dirinya tidak juga menyesal setelah perbuatanya seperti tadi. Nathan segera kembali duduk di depan layar monitor untuk memperhatikan Tiva yang masih tertidur lelap kemudian memutar ulang rekaman mereka beberapa saat lalu untuk segera menghapusnya tapi Nathan justru terhenti dan malah menyimak kembali semua perbuatanya terhadap Tiva. Bahkan kegelisahan dan lenguhan Tiva terdengar nyaring di telinganya dan seketika ikut mengulang kembali tiap detail perbuatanya. Ketika Nathan m
"Istirahatlah dulu, kita bisa berangkat agak siang." Bang nathan menarik selimut untuk membungkus tubuh Tivan menciumnya sebentar kemudian turun dari ranjang untuk mencari pakaian. Bukan hanya untuk dirinya sendiri yang juga masih telanjang tapi juga untuk Tiva.Tiva belum berpakaian sejak Nathan kembali menelanjanginya di kamar mandi dan mengajaknya bercinta lagi sampai hampir tengah hari. Setelah membongkar pakaian Nathan hanya menemukan hoodie miliknya yang mungkin layak untuk Tiva meski agak terlalu besar. Nathan memang sama sekali tidak siap dengan pakaian wanita dan kurang perhitungan ketika asal mengangkat Tiva ke kamar mandi. Semoga Tiva tidak akan marah karena Nathan sudah membuat baju Tiva dan semua pakaian dalamnya basah sementara sekarang dia tidak punya gantinya.Selama Tiva masih tidur Nathan segera mengirim pesan kepada Naomi dan Erik. Tidak lupa dia juga memesan makanan untuk Tiva karena tahu dia juga belum makan sejak pagi. Nathan membuat janji temu de
"Apa kau mau jalan-jalan dulu?" tanya bang Nathan begitu mereka keluar dari gedung apartemen Naomi.Tiva langsung mengangguk dan sama sekali tidak perduli bang Nathan akan membawanya ke mana tapi sepertinya ke arah luar kota.Bang Nathan hanya menghentikan mobilnya di tepi jalanan sepi dan hari sudah mulai petang. Hanya ada hutan lereng dan perbukitan di depan mereka yang sebentar lagi mulai ikut gelap. Normalnya mereka seharusnya takut berada di tempat seperti ini karena jalan poros yang sepi justru rawan kejahatan. Tapi Tiva sepertinya mulai ikut tidak memiliki rasa takut lagi seperti bang Nathan.Mereka duduk di atas kap mobil sama -sama melihat ke atas langit yang sedang penuh bintang, sesuatu yang sudah jarang bisa mereka lihat di tengah kota karena polusi cahaya membuat bin
Sebenarnya Naomi semacam anak yang depresi karena selama ini selalu di nomor duakan dari saudarinya. Dia ingin membuktikan ke seluruh dunia jika dirinya juga bisa jadi yang pertama.Setelah puluhan tahun para ilmuan mengalami kegagalan, akhirnya kali ini teori Naomi yang nyata berhasil. Naomi telah berhasil melakukan transfusi gen pada individu dewasa. Dia sudah lama mempelajari genetika nomor 4 untuk mempelajari celah kelemahannya. Kali ini dia juga sedang mendalami gen turunannya yang masih berkembang dan belum stabil. Dia masih memerlukan sampel Tiva secara berkala untuk dapat mengukuhkan klaim keberhasilannya.Salah satu misi Naomi sekarang adalah mendapatkan benih alami dari gen jantan. Karena percuma bila dirinya hanya memiliki teori tanpa mempunyai alat bukti dan hasil uji coba. Dunia hanya akan menertawakannya. Sudah cukup
"Ikutlah denganku."Nathan langsung membawa Tiva tanpa memberi tahu bakal dia bawa kemana, ia segera melajukan kembali mobilnya ke arah pusat kota Tokyo. Tangan Nathan sudah mulai bergetar ketika mencengkram kemudi, perasannya mulai tidak enak dan agak gelisah dengan keringat dingin mulai merembas dari pori-pori di telapak tangan dan tengkuknya. Dia hanya berharap untuk segera sampai di hotel sebelum kelenjar otaknya meledak.Berbanding terbalik dengan Tiva, isi kepalanya sedang sangat ringan karena akhirnya dia bisa kabur sejenak dari Eric setelah berhasil membuat pria itu mimisan.Tiva luar biasa bahagia ketika mengetahui bang Nathan membawanya ke hotel tempat mereka menginap dulu dan memesan kamar yang sama. Kamar tempat mereka pertama kali menghabiskan malam pertama sebagai suami i
Rio sangat terkejut ketika mendapati Tiva sedang duduk di ruang kerjanya."Tiva!"Gadis itu hanya tersenyum hangat sambil mengangguk pelan. Benar-benar Tiva dan Rio yakin tidak sedang berkhayal.Setelah satu bulan menghilang tiba-tiba gadis itu muncul kembali dengan utuh tanpa celah. Tiva sudah berdiri berjalan menghampiri Rio dan memeluknya dengan erat. Walaupun Tiva sedang memeluknya tapi kenapa perasaan Rio justru tidak enak."Tiva bagaimana kau dapat ke mari?"Rio masih terkejut karena ruang kerjanya ada di lantai empat dan dia tidak melihat siapapun masuk ke dalam ruangannya."Itu tidak penting, aku hanya ingin bertemu denganmu."Tiva menggenggam tangan Rio. "Maafkan aku.""Kao dari mana saja? apa kau tidak tahu aku mencemaskanmu?" Sepertinya Rio baru sepenuhnya sadar dari syok dan langsung balik memeluk Tiva lebih dulu."Kau menghilang, Tiva. Apa mereka menculikmu lagi?"Tiva menggeleng. "Ada yang ingin kuce
Jane juga baru masuk ke dalam ruangnya ketika tiba-tiba dikejutkan oleh dua tamu tak diundang yang cukup berani tampil mesra di hadapannya."Sudah kuduga kau sama sekali tidak bisa memegang janjimu!" sarkas Jane begitu melihat Nathan membawa Tiva bersamanya."Aku akan menjaganya sendiri dan aku kemari hanya ingin memberitahumu untuk itu." Santai Nathan dengan enteng seolah mereka sama sekali sedang tidak bermasalah."Apa kau pikir dengan begitu aku bisa lepas tangan mengenai kalian?"Nyatanya Jane tetap harus bertanggung jawab jika sampai terjadi sesuatu atau pun jika sampai Nathan berulah lagi. Memang tidak mudah menjadi Jane yang harus mengurusi pemuda keras kepala yang tidak bisa diatur ataupun di takut-takuti."Tiva mengalami mutasi dan dia juga tidak bisa lagi kutinggalkan hidup sendiri." Nathan coba menjelaskan, nampaknya Jane terkejut yang artinya Naomi juga tidak pernah menyampaikan perihal ini padanya."Apa maksudmu?" Jane menatap N