"Ibu jelaskan apa ini maksudnya!" ucap Rita setelah bertemu dengan Bu Sri sembari melemparkan sertifikat palsu itu di depan bu Sri. "Lho, rupanya kamu yang ambil, pantas ibu cari gak ada," ucap Bu Sri dengan santai. "Jelaskan padaku apa maksud Ibu menyimpan sertifikat palsu di lemari, dan kemana yang asli?" "Lho, itu kan hak ibu mau ibu simpan yang palsu di lemari kek atau di tempat penyimpanan beras juga itu terserah Ibu, yang ingin Ibu tanyakan kenapa kamu tega mengambil sertifikat rumah ini? Karena ingin kamu gadaikan gitu?" "Halah sertifikat palsu aja, asal ibu tau gara gara sertifikat palsu itu mas Raka jadi masuk rumah sakit!" "Itu akibat dari perbuatan kalian, kamu fikir Ibu tidak tau dengan akal bulusmu, dan ibu memang sengaja menyimpan sertifikat palsu di lemari ibu, dan benar dugaan Ibu kalau tidak Mika ya kamulah pelakunya." "Lalu mana yang asli, karena aku butuh!" "Yang asli sudah aman sentosa di bank, dan hanya Ibu yang bisa mengambilnya." "Mana cepat ambil bu!" "
"Assalamualaikum Bapak," ucap Aliyah saat melihat Bapaknya sedang duduk termenung, ia langsung mencium takzim tangan Bapaknya itu, begitu juga dengan Amar, ia melakukan hal yang sama seperti istrinya. "Aalaiumsalam, imana abar alian?" (Waalaikumsalam, gimana kabar kalian). "Alhamdulilah kami baik pak, Bapak gimana keadaannya?" "Apak Aik uga," (Bapak baik juga). "Bapak ada yang mau di bicarakan sama Aliyah dan mas Amar?" "Aafkan apak,"( maafkan Bapak), ucap pak Darto sembari memegang tangan Aliyah dengan sebelah tangannya yang masih bisa di gerakkan. "Iya pak, Aliyah dan mas Amar sudah memaafkan Bapak, maafkan kami juga jika selama ini sudah berlaku tidak sopan sama Bapak," ucap Aliyah yang sudah berderai air mata, begitu juga dengan Bu Sri yang menyaksikan pemandangan mengharukan itu. "Saya juga minta maaf ya pak jika belum bisa menjadi menantu yang Bapak harapkan," ucap Amar menimpali obrolan pak Darto dan Aliyah. "Amu uami ang aik, olong elalu ayangi aiah," ( kamu suami yang
"Ya aku kadang mikirnya juga gitu sih kak, tapi nanti aku di kata gak tau diri, suami di penjara kok aku cari yang lain.""Ya kan kamu butuh di nafkahi, darimana kamu dan anak kamu makan sedangkan suami kamu aja di penjara.""Hemmmm iya sih kak, tapi belum ada calonnya juga.""Nanti deh kakak cariin, pastinya banyak duitnya.""Kalau dia om om gendut aku ogah ah kak, masa iya aku cantik gini sama om gendut.""Hahahaha ya enggaklah, dia gak om om gendut, ya,,, seumuran mas Raka lah, tapiiii dia udah punya istri.""Jadi maksudnya aku istri kedua gitu?""Ya sejenis itu, tapi kan yang penting uang lancar, daripada kamu kayak gini, kakak juga gak bisa ngasih kamu makan terus uang kakak juga terbatas kan.""Hemmmm, yaudah deh kak, atur kakak aja, asal jangan yang miskin ya," ucap Mika pada akhirnya."Beresss, yaudah kamu lanjutkan makannya, kakak mau kasih mas Raka makan dulu."Akhirnya Mika meneruskan makannya yang tertunda, begitu jua Rita, ia melayani kebutuhan perut sang suami durjananya
"Kamu tenang aja mas, temanku ini tajir, jadi gak ada istilah di manfaatkan, melainkan saling menguntungkan, tentunya menguntungkan aku juga.""Yaudah terserah kamu!" Ketus Raka sembari meninggalkan Rita."Kok mas Raka aneh sih, kenapa sih dia?" gumam Rita lirih.*****Aliyah dan Amar baru saja selesai berbelanja kebutuhan jualannya di pasar tradisional, mereka memang sengaja memilih berbelanja di pasar, dikarenakan selain harganya yang lebih murah, juga barangnya masih fresh, mereka berbelanja menggunakan mobil pick up. Ya... Aliyah dan Amar kini sudah memiliki mobil, meskipun hanya berupa mobil pick up, tapi dengan adanya mobil itu memudahkan mereka untuk membawa barang belanjaan mereka. Selama mereka berbelanja. Kedai mereka titipkan pada salah satu karyawan yang memang sudah mereka percaya untuk memegang saat mereka sedang tidak ada.Setelah selesai berbelanja Aliyah, Amar dan juga kedua anaknya melanjutkan kaki mereka ke mall di kota itu. Apalagi kalau bukan untuk membawa kedua b
Widya kini sudah menarik rambut Mika sekuat tenaga, hal itu membuat Mika terseret ke lantai dengan kondisi tubuhnya yang tanpa sehelai benangpun, sungguh ia merasa sangat malu karena di dalam kamar itu ada 5 orang lelaki yang tak lain adalah anak buah dari Widya."Aww mas, tolong masss!" pekik Mika karena merasakan perih di kepala.Erwin bingung karena ingin menolong Mika tapi di hadang oleh anak buah Widya."Ma, tolong jangan begini ma, bisa kita bicarakan baik baik masalah ini, tidak dengan kekerasan," hiba Erwin pada Widya."Cuih, kalau sudah begini baru minta bicara baik baik kemarin kemarin kemana!" "Kau wanita jalang rasakan ini, seenaknya kau datang dan meminta begitu banyak uang pada suamiku, apakah orang tuamu tidak mengajarkan akhlak padamu hingga kau menjajakan selangkanganmu pada suami orang!" ucap Widya yang masih menarik rambut Mika."Suamimu yang mendatangiku, bukan mauku, dia yang datang padaku dan memintaku untuk menjadi istrinya, makanya jadi istri itu yang becus bi
"Duh panjang ceritanya, yang penting ayo kita cari Mika, kasihan dia sendirian di tengah hutan.""Kok bisa?""Ini semua gara gara istri pertamanya Erwin.""Apa mas bilang, temanmu itu laki laki pengecut, sok mau hidupin perempuan lain, lah dia sendiri takut sama istrinya." gerutu Raka, Raka tidak menyadari jika perkataannya pun menunjukkan seperti itu jugalah dirinya."Yeee mana aku tau akan jadi begini," sungut Rita."Yaudah ayo cepetan cari adikmu, takut ntar ada apa apa lagi sama dia."Akhirnya Raka dan Rita bergegas menuju di mana lokasi Mika berada, tak lupa juga mereka membawa kedua anaknya karena memang tidak mungkin untuk di tinggal malam malam sendirian.Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam dan mencari cari keberadaan Mika sesuai dengan lokasi yang di share, akhirnya mereka menemukam keberadaa Mika.Rita dan Raka merasa terkejut dan miris ketika melihat kondisi Mika."Ya ampun Mik, kenapa kamu kayak orang gila begini," ucap Rita ketika ia turun dari mobil."Hu hu hu
"Ya belum adalah, kamu Pikir proses proyek kayak orang makan cabe langsung pedasnya berasa, ya mesti sabar lah paling gak tiga bulan."Rita hanya mengerucutkan bibir tanpa bisa menjawab ucapan Raka lagi."Duh, kalian kok malah berantem sih, ayo anterin aku pulang, aku mau istirahat aja," ucap Mika menghentikan pertengkaran kedua kakaknya itu."Emmm, Mik, gimana kalau kita numpang di rumah kamu dulu, paling gak sampai rumah kita nanti kembali?" ucap Raka seketika saat Mika akan menaiki mobil."Iya Mik, kita gak ada tempat tinggal lagi, mau ke rumah Bapak kamu tau sendiri kan gimana mereka sama kita sekarang, harapan kita sekarang cuma kamu Mik, gimana?" timpal Rita."Terserah kalian aja, asal kakak juga bantu beres beres rumah aku, juga Kak Raka bantu keuangan bulanan.""Beres soal itu, makasih ya Mik." ucap Rita dan Raka bersamaan.Akhirnya Rita sekeluarga menuju rumah Mika untuk menetap sementara disana.****Mika turun dari mobil dan di bantu oleh Raka, Rita yang melihat itu pun men
"O iya, dia tadi kan izin pengen makan di dapur tapi kok lama banget makannya, aku susul deh, kebetulan aku juga mau buang air kecil."Rita memutuskan untuk menyusul suaminya, dia juga ingin buang air kecil di kamar mandi dekat dapur karena di kamar yang di pakainya memang tidak ada kamar mandinya."Mas Raka, mas," panggil Rita saat dirinya sudah di dapur, tapi tidak ada respon dari si pemilik nama."Mas Raka kemana sih, di sini juga gak ada, aduh, aku kebelet lagi, aku pipis dulu ah, nanti lanjut cari lagi."Rita masuk ke kamar mandi untuk menuntaskan hajatnya, setelah selesai ia kembali mencoba mencari dimana suaminya berada."Duh, mas Raka kemana sih, tengah malem begini bukannya istirahat malah ngelayap, masa makan aja dari tadi gak kelar kelar."Akhirnya Rita memutuskan untuk mencari suaminya ke semua ruangan, hingga sampai dirinya berada di depan kamar Mika, Rita mendengar suara yang tak asing, yaitu suara desahan yang saling bersahutan dari dua orang yang sedang memadu kasih.