Sungguh kalian manusia tidak tahu diri, seharusnya kalian bersyukur di beri kepercayaan oleh Allah harta berlimpah, tapi kalian lupa diri, kalian angkuh, kalian merasa setelah kalian kaya lantas kalian berhak menghina sesamanya."Rita dan Raka terdiam tanpa bisa membalas ucapan Aliyah, karena memang apa yang Aliyah katakan benar adanya."Gini saja, aku memang tidak bisa meminjamkan uang sebanyak itu pada kalian, tapi kalau kalian mau, kalian bisa pakai rumahku untuk tempat tinggal kalian, dan untuk Kak Raka bisa berjualan mi ayam memakai gerobak, nanti bahan-bahannya akan aku suplai, jadi kalian hanya tinggal menjualnya saja dengan berkeliling menggunakan gerobak,jika dengan yang lain aku memberi hasil 60 40, nanti hasilnya khusus untuk kalian aku beri 50 50 , gimana?""Jadi kamu menyuruh aku menjadi tukang mi ayam keliling?" ucap Raka tak percaya."Iya, gimana?""Enggak ah, bisa turun kastaku kalau jadi tukang mi ayam, enak saja.""Ya itu terserah kalian mau apa enggak, aku hanya nga
Rita dan Raka sudah mendapatkan hidayahnya, mereka sadar jika selama ini mereka telah salah, mereka silau dengan kemewahan, harta membuat hati mereka menjadi batu.Tapi mereka masih beruntung, Allah membuka hati mereka hingga mereka cepat sadar."Bang beli!" ucap seseorang memanggil Raka.Raka mendorong gerobaknya menuju suara itu, Raka tahu siapa pemilik suara itu, dia Mika, sebetulnya Raka tahu jika Mika tidak ada niatan ingin membeli dagangan Raka, melainkam hanya ingin menghinanya, tapi bagi Raka pantang menolak rezeki, baginya siapapun akan di layaninya dengan baik."Hai si orang miskin baru, gimana hidupmu hari ini? Pasti sangat menyedihkan dong ya, secara dari kaya menjadi miskin hahaha, ups." ejek Mika."Kamu mau beli apa?""Kamu, kamu! Yang sopan dong! Kamu kira aku temanmu di panggil kamu, aku ini pembeli, dan pembeli adalah raja, jadi layanilah raja dengan sebaik mungkin, hahahaha.""Baiklah, maaf, Mbak mau beli mi ayam?" Raka mencoba bersabar menghadapi Mika meskipun sesun
"Hahaahha, seperti inikah wanita pilihanmu Mas? Sungguh tak selevel denganku," ucap Anggun pada suaminya, sedangkan Ardi sedari tadi tak berkutik, hanya menundukkan kepala."Dasar wanita sialan, berani kau permalukanku di rumahku sendiri, lihat saja setelah ini kau akan di usir oleh Mas Ardi!" hardik Mika."Hahahaha, apa aku gak salah dengar? Rumah Laki-laki bejat ini? Hai gundik sayang, asal kau tau rumah beserta isinya dan semua harta yang di akui milik laki-laki durjana di sampingmu ini adalah punyaku, warisan dari orangtuaku, sepeserpun laki-laki itu tak ada sumbang sih di dalamnya.""Tidak! Kau pasti bohong!""Untuk apa aku berbohong padamu, tak da gunanya, yang kau ucapkan itu benar adanya.""Huuu, dasar pelakor murahan, emang enak kena tipu, hahahaha.""Rasain tuh, makan tuh laki kere banyak gaya, hahaha."Para warga yang kebanyakan ibu-ibu mengejek Mika."Udah pak Rt, arak aja mereka keliling kampung, biar tau rasa." ucap salah satu Ibu."Lekaslah kalian berpakaian, setelahnya
"Ya, aku gak sudi menjadi istrimu, sana kau pergi yang jauh, karena aku sudah gak sudi lagi berhubungan denganmu, jangan lagi pernah kembali kesini, karena aku sudah mendapatkan penggantimu!""Kalau begitu kembalikan semua yang pernah aku berikan sama kamu, uang, perhiasan, balikin semuanya!""Enak aja, emangnya kamu bisa balikin kenikmatan yang sudah aku berikan juga padamu? Udah sana jangan ganggu aku lagi, sebentar lagi calonku yang baru mau datang!"Ardi merasa sangat marah, dirinya merasa sangat terhina dengan ucapan yang di lontarkan Mika, Ardi mengepalkan tangannya, giginya bergemeletuk tanda jika dirinya tengah emosi, dan dengan secepat kilat, Ardi mengambil batu bata yang ada di pinggir pagar rumah Mika, tanpa aba-aba, Ardi memukulkan batu bata itu ke kepala Mika beberapa kali, Mika yang tidak siap dengan serangan yang di berikan Ardi pun tumbang tanpa sempat berteriak minta tolong.Ardi yang melihat Mika tergeletak tak berdaya bukannya menolong tapi malah meninggalkan Mika.
Setelah mobil ambulance berhenti tepat di depan rumah Mika, para warga pun membantu petugas membawa jenazah Mika untuk di baringkan di dalam rumahnya.Karena biasanya di rumah sakit sudah di mandikan, jadilah para warga hanya tinggal mensholati jenazahnya saja.Setelah selesai di sholati jenazah Mika pun di gotong para warga menggunakan keranda untuk segera di makamkan, kesedihan mendalam sangat nampak dari wajah keluarga Pak Darto, terlebih lagi Pak Darto, dirinya tak menyangka nasib anak bungsunya akan seperti ini, tiada henti Pak Darto menyesali apa yang sudah terjadi, karena menurutnya ini semua adalah kesalahannya, kesalahan yang tidak bisa mendidik anaknya hingga menjadi seperti ini.Saat sampak di tpu, para warga yang menolong membantu proses pemakaman cukup di buat terkejut lantaran tanah yang akan di gunakan untuk menguburkan Mika di penuhi dengan air."Astaghfirullahaladzim, gimana ini Pak ustadz," tanya seseorang pada ustadz Soleh, salah satu orang yang disegani di kampung
"Sudah Bu, sabar ya, kita ikuti saja aturannya, insyaallah laki-laki itu akan mendapatkan hukumannya," ucap Rita sembari mengelus bahu Bu Sri, berusaha meredakan tangisnya."Iya, Aliyah tau, makanya kita serahkan kasus ini pada polisi yang bertugas, Aliyah yakin dia akan mendapatkan hukuman yang setimpal dari perbuatannya."Akhirnya emosi Pak Darto mereda, sementara Bu Sri hanya bisa menangis, baginya melihat Ardi seperti melihat Mika yang tengah di azab oleh Allah, termata pedih jika mengingat itu semua, Bu Sri yang melahirkan ketiga anaknya, jadi bisa di bayangkan bagaimana sakitnya seorang Ibu kala melihat putri yang susah payah di lahirkannya harus menerima nasib setragis itu."Sudah Bu, sabar ya, kita ikuti saja aturannya, insyaallah laki-laki itu akan mendapatkan hukumannya," ucap Rita sembari mengelus bahu Bu Sri, berusaha meredakan tangisnya.Akhirnya hakim memutuskan untuk memberikan hukuman 12 tahun penjara dari tuntutan yang di layangkan jpu selama 15 tahun penjara, memangl
"Tidak usah Kak, karena memang itu Aliyah dan Mas Amar sengaja berikan pada Kak Rita dan Kak Raka.""Ya Allah Aliyah, sampe segininya kamu mikirin Kakak, apa karena kamu gak mau nampung Kakak lagi ya di rumah kamu?""Bukan gitu Kak, aku hanya gak bisa melihat ada penindasan di sekitarku, apalagi yang mengalami itu Kakak ku sendiri, kalau soal rumahku, mau sampai kapanpun Kakak mau tinggal disana juga aku gak masalah, justru aku seneng karena rumah ada yang jaga.""Terimakasih Aliyah, Kakak merasa tak enak denganmu juga dengan Amar.""O iya satu lagi, jadi rencana kami, satu cabang mi ayam yang baru kami buka ini rencananya kami mau minta tolong Kak Raka untuk mengelolanya, sedangkan kami juga berencana membukakan kedai mi ayam di halaman rumah Kak Rita, dan nanti Kak Rita yang menjaganya, karena di kampung kita kan belum ada kedai mi ayam seperti punyaku itu, nanti Kakak boleh ambil satu pegawaiku untuk membantu Kakak berjualan di rumah, gimana?""Terimakasih Aliyah, terimakasih Amar
"Alhamdulillah ya Allah, akhirnya aku bertemu dengan anakku juga, Amar ini aku Papa kamu dan ini Kartika adik kamu, tolong buka pintu gerbangnya, Papa kangen banget sama kamu," ucap pria yang bernama Bowo itu. "Papa? Maaf maksud anda apa ya? Saya ini yatim piatu sejak kecil," ucap Amar sembari menatap Bowo dan Kartika."Aku tidak bohong, Amar, aku benar Papa kamu," ucap Bowo meyakinkan Amar."Apa buktinya kalau benar kau adalah Papaku?" "Ini lihatlah, aku punya fotokopi akta kelahiranmu dan ini kartu keluarga kecil kita dulu," ucap Bowo sembari menyodorkan dua lembar kertas.Yakni, fotokopi akta kelahiran Amar dan juga kartu keluarga yang jelas terselip nama Amar di sana. Memang dulu saat Amar di tinggal di depan panti, dalam kain yang menyelimutinya terdapat beberapa berkas seperti akta kelahiran, hingga nama Amar dengan akta kelahiran itu pun sama."Untuk apa Papa datang ke sini menemuiku?" desis Amar pada Bowo. Terlihat jelas jika Amar sangat terpukul atas kejadian ini. Setelah