Akhirnya Jo diperkenankan pulang ke rumah oleh Dokter. Lelaki itu masih terlihat lesu, akan tetapi berkat obat-obatan yang diberikan Rumah sakit kondisi Jo jauh lebih baik dari sebelumnya. Sepanjang perjalanan pulang, Jo tidak melepaskan genggamannya dari tangan Archy. Bahkan lelaki itu bersandar di pundak Archy hingga gadis tersebut pegal bukan main."Jo, pundak gue sakit banget dah ketiban lo. Bentar gue peregangan dulu." Archy merintih sambil menggerak-gerakkan lehernya setiba di kediaman mereka. "Lo beneran kayak beruang raksasa."Jo menatap Archy sambil menaruh tas yang dibawanya. Perlahan lelaki itu mendekat, menaruh tangannya di pundak Archy. Dengan tenaga seadanya Jo memijat bahu Archy. Archy mendesis, menolehkan sedikit wajahnya pada Jo."Lo pan sakit, enggak usah Jo gak apa-apa." Archy menepis tangan Jo."Kan lo kayak gini karena gue. Udah, terimain aja mumpung gue lagi murah hati." Jo mengulas senyum manis. "Lagian gue mendingan setelah di infus obat-obatan, apalagi lo pega
Archy tengah menyiapkan makanan yang dimasaknya itu di meja. Jo duduk di kursi dengan dagu sedikit terangkat, ia memandang semua masakan buatan Kiara dengan wajah yang sedikit pucat. Tampak Jo hendak mengambil gorengan untuk camilan, akan tetapi Archy langsung memukul tangan Jo."Apa sih Chy?" Jo protes."Pake nasi!" omel Archy.Mas Bulan memperhatikan keduanya kemudian mengulas senyum. Archy memang terlihat seperti calon ibu yang baik dengan sikap demikian. Sejujurnya, mas Bulan menginginkan gadis seperti Archy untuk menjadi pendamping hidupnya."Dasar pelit. Kan nanti gue makan juga pake nasi." Jo bersungut-sungut."Pokoknya sama gue gak ada acara lauk makan dicemilin ya, Bapak Jo. Sini piringnya gue ambilin nasi." Archy mengulurkan tangan dan mengambil piring milik Jo.Jo terlihat gemas melihat Archy. Mas Bulan bisa melihat bila itu merupakan sorot mata Jo yang begitu berbinar untuk pertama kalinya pada seorang perempuan. Entah karena Archy memang menarik, atau memang gadis itu mem
"Sakit enggak?" tanya Archy.Pagi itu Archy sengaja merawat Jo yang masih sakit. Karena kepalanya gatal, Archy memutuskan untuk membantu suaminya itu keramas. Jo tengah duduk di depan meja rias dan Archy mengeringkan rambutbya."Enggak, lo kira rambut gue sepanjang apaan make sakit segala?" Jo berbalik tanya.Archy tertawa kecil. Dengan iseng ia menjambak rambut Jo. Sontak lelaki itu mendesis, ia mencubit pelan lengan Archy."Jail ya lo?" Jo tertawa kecil. "Tapi omong-omong, gue enggak nyangka sih lo mau keramasin gue kayak gini. Makasih ya?""Ya enggak apa-apa. Lagian peralatan di rumah ini lumayan canggih, kita bisa salon-salonan gratis. Bahkan gue bisa kok pijit juga." terang Archy sambil mematikan hair dryer. "Mau dicatok sekalian?""Emang gue mau kemana dicatok segala? Kagak usah Chy, seharian gue di rumah sama lo ini." Jo tertawa kecil."Ya enggak apa-apa siapa tahu lo mau di keriting kayak wig Spongebob yang putih."Jo sontak tertawa membayangkan adegan film Spongebob yang Arch
(Adegan 21+, silakan di skip jika tidak berkenan!)Bibir dua anak manusia itu bertautan dengan mesra. Archy menelan setiap bulir saliva yang saling bertukar dengan hangat. Tubuh mereka rapat, setiap inci kulit mereka bersentuhan tanpa penghalang sehelai pun. Archy melingkarkan lengannya di atas bahu Jo yang lebar dengan kedua telapak tangan menakup belakang kepala Jo."Jo," bisik Archy dengan nada memohon."Sayangku." jawab Jo dengan mata sayu.Archy menyaksikan hidung serta bibir Jo mendarat di bahunya, menyusuri setiap inci tengkuk cantik itu dengan rambut tersibak. Jemari Jo yang besar menakup kedua dada indah Archy dan memberikan kehangatan yang Archy dambakan. Tak ada amarah atau perasaan emosional, hanya ada perasaan menggebu-gebu diantara sepasang suami istri itu. Napas mereka tersengal-sengal, setiap sentuhan satu sama lain membuat keduanya mabuk kepayang."Kamu hangat, Jo." bisik Archy dengan leher mendongak.Jo tidak menjawab apa-apa. Lelaki itu menyelinap di balik lengan Ar
"Archy cantik sekali! Duh, wajah secantik ini ditangani oleh perias pengantin yang profesional tentu kamu jadi terlihat lebih cantik lagi. Nathan pasti lemas melihat calon istrinya yang sangat cantik!" Bu Fatma, pengasuh Archy sejak kecil itu tersenyum ke arah Archy sambil merapikan gaun yang dikenakan gadis itu.Archy mengulas senyum sambil memandang pantulan dirinya di depan cermin. Ia tidak menyangka bila hari itu adalah hari teralisasinya pernikahan antara ia dengan Jonathan sang kekasih. Archy adalah seorang Designer pakaian yang cukup terkenal, lewat profesi itulah ia kenal dengan salah satu owner Perusahaan fashion kelas atas bernama Jonathan.Pertemuan mereka singkat hingga akhirnya saling jatuh cinta dan langsung memutuskan menikah di anniversary mereka yang ke dua tahun. Semuanya berjalan lancar, kedua pihak keluarga juga mendukung semua keinginan mereka hingga tiba di hari bahagia tersebut.Archy tidak bisa menggambarkan bagaimana bahagianya ia pada hari itu. Jonathan adala
Jo benar-benar memangkas rambut Doranya itu hingga sedikit cepak, hanya menyisakan helaian rambut panjang yang jatuh di area poni hingga hair stylish menatanya menjadi lebih basah dan rapi. Tubuh tinggi tegap itu memakai tuxedo rancangan Archy sendiri khusus untuk Nathan. Namun, entah mengapa Archy merasa Jo jauh lebih gagah dalam balutan pakaian yang ia rancang tersebut."Tuan Jo gagah sekali, apa anda seorang model profesional?" tanya salah satu penata rias yang membantu memasangkan pakaian Jo.Jo menaikan satu alis sambil menatap dirinya sendiri dalam cermin besar. Ia nampak menaikan sudut bibirnya sambil mendesah pelan."Tidak, aku bukan yang seperti anda katakan." tutur Jo sambil mematut dirinya."Memang kalian berdua ini kembar dan sama-sama tampan. Sungguh beruntung wanita yang mendapatkan kalian berdua."Archy mendengar itu semua dengan sebal. Beruntung apanya? Ini seperti sebuah drama di mana ia harus menikahi lelaki yang tidak ia inginkan! Tentu semuanya bukan drama, melaink
"Jo ... tunggu napa? Aku pake gaun panjang nih, susah jalannya!" Archy mengeluh sambil mengikuti langkah kaki Jo yang terasa sangat cepat meninggalkannya. "Mana pake high heels, susah banget buat jalan tahu!"Jo berbalik dan memandang Archy dengan tatapan datar. Ia bisa melihat pengantinnya itu berjalan pelan sekali sambil menarik-narik gaun panjangnya. Jo mendesah pelan, perlahan ia berjalan mendekati Archy dan membantu gadis itu mengangkat gaun."Lagian kenapa cewek ribet-ribet sih? Udah tahu susah masih aja dipake baju megar kayak gini." Jo mengomel sambil mengangkat gaun tersebut. "Lain kali suruh orang, jangan nyuruh gue.""Ih jahat banget sih? Lagian cuma bantu ngangkatin gaun kok kayak dimintai tolong bikin candi?" Archy mendengus kesal. "Ya udah gue jalan sendiri!""Oh ya udah."Jo langsung melepaskan gaun itu dan berjalan duluan tanpa tedeng aling-aling. Dasar manusia kardus! Archy ingin sekali menendang Jo hingga lelaki itu minta ampun kepadanya. Enteng sekali ia berbuat sep
"Jo kamu ngapain Archy sampe pingsan gini sih?! Mana enggak pake baju, pasti kamu paksa ngapa-ngapain ya?!" Mama yang membantu menyadarkan Archy langsung mengomeli putranya saat melihat kondisi Archy."Dih Mama, aku gak nafsu kali sama dia. Tuh lihat, gara-gara cicak nempel di gaunnya dia langsung kerasukan reog!" Jo membela diri sambil menunjukan plastik bening berisi cicak. "Lagian rumah sebagus ini kok bisa ada cicak?""Ya emangnya rumah bagus gak boleh ada cicak? Makannya diam di rumah lebih lama, kamu keluyuran terus travelling jadi gak tahu keadaan rumah."Jo hanya diam mendengar perkataan sang Mama. Bukan tanpa alasan mengapa ia memilih berkeliling dunia daripada mengurus perusahaan yang menjadi privillage dari sang Ayah. Namun, ada sakit yang tidak bisa ia jelaskan, ada perasaan pribadi yang juga tidak bisa ia ungkapkan karena takut menyinggung banyak pihak. Karena itu Jo memilih diam selama ini daripada banyak bicara."Archy, kamu enggak apa-apa nak?" Mama langsung memegang p