"Amit-amit Mbah, aku cucumu mau lewat," ucap Shassy sambil berjalan menunduk-nunduk melewati area pemakaman yanga ada di depannya dengan hati-hati.
Tiba-tiba …
Brughh! Terdengar suara benda jatuh dari belakang Shassy.
"Jangan menoleh Shass, jangan menoleh," gumam Shassy sambil terus berjalan dengan gemetaran melewati area makam tersebut.
Lalu terdengar sayup-sayup suara lagu klasik yang mengalun pelan masuk ke telinga Shassy.
"Nggak denger kamu Shass, kamu nggak denger apa pun," ucap Shassy mengepalkan tangannya erat sambil terus berjalan dengan kakinya yang gemetar hampir lemas karena ketakutan.
'Sekarang aku makin yakin ini bukan pantai seperti biasanya, tapi ini di mana? Atau jangan-jangan ini kaya pulau-pula
Keen pun dengan cepat menggunakan alat komunikasi yang ia gunakan untuk bicara dengan Shassy sebelumnya."Shass kalau kamu tidak bangun, aku akan membuang semua makanan di depan," ancam Keen."Astaga Mas, aku mau istirahat dulu. Aku capek dan baru saja makan," sahut Shassy dengan santai.Keen pun menghela napas lega saat Shassy menyahuti perkataannya. "Lalu kenapa kamu berbaring seperti itu?" tanyanya sambil menatap ke arah layar yang menunjukkan Shassy yang kini tengah terlentang dengan santai beralaskan tikar di lantai bambu sebuah pondok kecil yang memang ia siapkan untuk Shassy.Terlihat Shassy menatap sekitar."Kamu tidak akan menemukan CCTV-ku, jadi tak perlu membuang waktu mencarinya," ujar Keen dengan santai.
"Dia baik," sahut Keen. "Tapi aku sempat melihat ada luka di tubuhnya, apa kamu mengetahui sesuatu?" tanyanya dengan penasaran."Syukurlah," ucap Mbok Mirah lalu mengelus dadanya."Apa kamu tahu tentang luka itu?""Luka yang ada di mana Pak?" tanya Mbok Mirah mencoba mencari kejelasan pertanyaan Keen tersebut. "Soalnya Ibu kan tukang masak jadi mungkin ada luka di tangannya. Dan juga Ibu pernah berkelahi dengan orang, tapi—""Dia berkelahi?" sela Keen."Ia Pak, tapi memangnya luka bu Ana … Eh maksud saya bu Shassy ada di bagian mananya?" tanya Mbok Mirah yang penasaran."Itu …" Keen ragu saat akan meneruskan kalimatnya. 'Apa aku harus mengatakan kalau ada di punggungnya, bukankah itu sam
"Kami menghawatirkan Anda Tuan," sahut orang itu dengan cepat.Keen pun memijat-mijat keningnya. "Lalu kenapa kalian tidak membangunkanku?" tanyanya.Anak buah Keen tersebut menoleh pada temannya, ia bingung harus menjawab apa karena pada kenyataannya mereka sudah beberapa kali membangunkan Keen. Bahkan ada satu saat ketika mereka membangunkan Keen, Keen pun langsung berdiri dan memerintahkan beberapa hal pada mereka tapi kemudian ia tidur kembali seperti sedang mengigau.'Apa aku harus jujur?' batin anak buah Keen itu dengan keringat yang mulai menetes di keningnya.Tapi beberapa saat kemudian."Kenapa kamu diam saja?" tanya Keen sambil mengernyitkan dahinya menatap salah satu anak buahnya itu."I-itu Tuan, kami—"
Suasana pun menjadi hening sesaat, orang yang ada di dalam video panggilan tersebut mengernyitkan keningnya mendengar ucapan dan ekspresi Cakra kecil yang terlihat sungguh-sungguh."Sayang, tante ini bukan orang jahat. Hanya saja …" Orang di dalam panggilan itu lalu berteriak, "Kakak!"Keen pun langsung menyahut, "Jangan berteriak, kamu membuat telinga Cakra sakit mendengar suaramu.""Kakak, siapa sebenarnya dia?" tanya orang yang ada video tersebut."Dia anak kakak kesayanganmu itu," sahut Keen dengan santai."Kak Shassy?""Iya, siapa lagi," sahut Keen dengan ringan.Suasana pun hening seketika setelah Keen mengatakan hal i
Setelah bicara beberapa hal pada Cakra dan Mbok Mirah, kemudian Keen pun meninggalkan ruang makan tersebut bersama anak buahnya."Apa yang terjadi?" tanya Keen pada anak buahnya tersebut sambil terus berjalan dengan cepat menuju ruang pengawasan."Kami tidak tahu Tuan, tiba-tiba saja nyonya berteriak-teriak dan menggeram tidak jelas. Mungkin …" Anak buah Keen tersebut ragu untuk melanjutkan kalimatnya."Mungkin apa?" tanya Keen dengan cepat.Anak buah Keen itu pun langsung menjawab, "Saya pikir nyonya kerasukan."Keen langsung menghentikan langkah kakinya dan menatap anak buahnya itu. "Kerasukan?" tanyanya sambil mengernyitkan keningnya."I-iya saya pikir begitu jika melihat dar
Di tengah kebimbangan dan semua gambar-gambar adegan film horor yang ada di otaknya, tiba-tiba …"Aummmmm!" terdengar auman serigala yang begitu keras terdengar, hingga membuat Shassy berjingkat.'Apa itu,' batin Shassy dengan bulu kuduknya yang berdiri merasakan hawa seram di sekitarnya."Mas!" teriaknya memanggil Keen sambil berlari ke arah Keen yang sedang berjalan pelan.Lalu, BRUGHH! Shassy memeluk Keen dari belakang."Apa yang kamu lakukan?" tanya Keen dengan nada dingin tanpa berbalik menatap Shassy.'Dasar wanita konyol, tapi bagus juga kerja mereka,' batin Keen sambil tersenyum tipis memuji anak buahnya yang membuat suara serigala tepat waktu."Mas, jangan pergi," ucap Shassy sambil terus memeluk
'Sepertinya itu se—' pikiran Shassy langsung terhenti saat sesuatu muncul dari semak-semak itu."Astaga ternyata ayam," ucap Shassy sambil mengusap dadanya. Tak lama kemudian ekspresi Shassy pun berubah aneh, ia pun bertanya pada Keen. "Eh, kamu melihara ay—"Belum selesai Shassy mengatakan kalimatnya, tiba-tiba ayam itu sudah berubah keadaan.'Kekkk-kek-kek!' Suara ayam itu seolah berteriak."Mas, mati Mas," ucap Shassy sambil menunjuk ke arah ayam tersebut."Memangnya kenapa kalau mati," sahut Keen dengan santai menatap ke arah ayam dan ular yang sedang melilit ayam tersebut."Itu ayam kamu mati," imbuh Shassy sambil menekan-nekan bahu Keen karena gemas melihat ayam yang sudah hampir tak bersuara.
Setelah Keen mendengar kabar tersebut, ia pun dengan santai menunggu Shassy yang masih mandi. Semua berjalan seperti seharusnya, setelah Shassy keluar dari dalam kamar mandi Keen pun segera mandi dan kemudian mereka sarapan bersama."Slurrrppp," Suara Shassy ketika menyeruput mie instannya."Kamu sangat suka mie?" tanya Keen sambil menatap Shassy yang terlihat begitu menikmati makanannya.Shassy pun menjawab dengan santai, "Apa pun itu harus dinikmati sepenuh hati karena belum tentu besok kita bisa makan seperti ini lagi.""Sangat positif," sahut Keen lalu menyeruput mie-nya."Hemmm," gumam Shassy menanggapi ucapan Keen karena mulutnya penuh dengan makanan saat itu."Setelah in