"Dir, kamu lapar?" tanya Tristan sambil mengangkat sedikit mangkok bubur yang ada di tangannya, bermaksud menawari Dira bubur tersebut.
Dira pun menatap ke arah Tristan. "Kamu benar-benar ingin menyuapi aku?" tanya Dira.
Tristan pun melirik ke arah Keen.
'Jadi dia ingin membantuku,' batin Keen.
Keen yang mengerti arti dari tatapan Tristan tersebut langsung berdiri dari tempat duduknya saat ini. Kemudian Keen menggenggam tangan Shassy dan menarik tangan istrinya itu dengan lembut meninggalkan ruangan tersebut.Keen mengajak Shassy berjalan melewati lorong-lorong rumah sakit itu, hingga mereka berhenti di ruang ICU.
"Kenapa kamu ngajak aku ke sini?" tanya Shassy yang yang bingung dengan tingkah suaminya itu.
&nbs
BRAKKK! Suara pintu masuk ruangan itu pun terbuka dengan kasar.Wanita yang tadinya duduk dengan santai menatap Shassy yang tengah kesakitan itu pun langsung terperanjat."Keen," ucap wanita itu dengan sebuah senyum lebar di wajahnya."Kurang ajar!" teriak Keen setelah menatap Shassy yang saat ini tengah tergeletak di lantai dengan darah segar yang terlihat mengalir di sela kakinya. Wajah Keen merah padam menatap ke arah wanita tersebut, tapi ia tak bisa melakukan apa pun saat ini karena Shassy berada di posisi yang kurang aman."Aku Manila Keen, kenapa kamu memakiku seperti itu?" tanya wanita tersebut dengan tingkah menyedihkan.Gigi Keen gemretak mendengar suara Manila yang terdengar seperti orang yang terluka karena ucapan Keen. "Kam—" 
"Shass kamu marah?" tanya Keen yang penasaran dengan sikap aneh Shassy."Marah? Tidak, saya tidak mungkin marah pada Bapak," ujar Shassy dengan pelan.Lalu tanpa mengatakan apa pun lagi, Keen langsung memencet tombol yang ada di samping ranjang Shassy."Maaf Pak, tapi bukannya ini rumah sakit? Kenapa—""Sudah jangan banyak bicara dulu, tunggu dokter ke sini," sahut Keen memotong kalimat Shassy pun.Setelah Keen mengatakan itu, Shassy pun langsung diam.'Kenapa sih dengan pak Keen ini, aneh sekali,' batin Shassy sambil menatap sekitar, mengamati ruangan itu. Setelah menunggu 10 menit, akhirnya dokter pun datang ke kamar itu.
Setelah membaca dokumen tersebut selama beberapa menit akhirnya Shassy meletakkan dokumen itu di sebelahnya."Baiklah saya percaya dengan bukti dokumen ini. Tapi kenapa tidak ada foto atau sebagainya, apa pernikahan ini tidak direstui?" tanya Shassy dengan tatapan menyelidik."Tentu saja semua orang merestui, hanya saja kita belum sempat mengadakan pesta pernikahan. Atau apa sekarang kamu ingin mengadakan pesta pernikahan kita? Akan aku siapkan jika kamu—"Shassy pun langsung menyahut, "Tidak, saya tidak ingin pesta apapun itu. Tolong berikan saja ponselku," ujar Shassy sambil memijat keningnya yang merasa pusing saat ini, kala menemukan bukti jika dirinya benar-benar sudah menikah dengan Keen."Ponsel kamu hilang, aku tidak bisa menemukannya," ucap Keen sam
Shassy langsung berdiri dari kursinya, ia pun menatap tajam pada wanita yang baru saja menamparnya itu."Siapa kamu?" tanya Shassy sambil memegangi pipinya yang memerah karena bekas tamparan wanita itu."Kamu yang siapa?" bentak wanita tersebut. "Berani-beraninya menggangu tunanganku," ujar wanita berbaju merah itu meledak-ledak.'Jadi mas Raka sudah bertunangan,' batin Shassy sambil menatap Raka dengan heran.Raka pun segera berdiri. "Ray, sudah," ucap Raka dengan tegas."Tapi Ka, kenapa kamu bertemu dia?" tanya wanita berbaju merah itu dengan suara yang manja."Ray, dia itu temanku. Dia membicarakan masalah penting denganku, kamu jangan keterlaluan," ujar Raka dengan lembut memberika
Setelah sampai di rumah sakit, Keen dan Shassy pun berjalan dengan lambat melewati lorong-lorong rumah sakit."Bapak bisa berjalan lebih dulu, saya akan menyusul belakangan," ujar Shassy yang sadar kalau ia memperlambat langkah Keen."Kita akan sampai di sana bersama-sama. Kalau kamu capek, biar aku menggendong kamu," sahut Keen sambil menatap Shassy yang terlihat sangat letih."Ti-tidak Pak, saya hanya—" Kalimat Shassy pun terhenti ketika Shassy tiba-tiba saja merasakan perutnya kram. "Ishh," desisnya."Kamu kenapa?" tanya Keen yang khawatir melihat Shassy memegangi perutnya."Ti—" Belum sempat Shassy menyelesaikan kalimatnya, Keen pun dengan cepat menggendong Shassy."Dokter! Su
'Sebenarnya aku tidak percaya dengan hal ini, tapi … ah sudahlah, terserah saja, asal dia bahagia,' batin Keen lalu mempercepat langkahnya dan tak membahas hal itu lagi.'Apa dia benar-benar percaya padaku?' batin Shassy penuh tanda tanya, tapi tak berani mencari tahu lebih lanjut. Setelah berjalan lebih dari lima menit, akhirnya Keen sampai di depan sebuah ruangan dan berhenti di depan pintu ruangan tersebut."Shass," panggil Keen dengan lembut.Tapi tak ada respon dari Shassy.Keen pun memanggilnya lagi. "Shass.""Eh maaf, maaf saya ketiduran," ucap Shassy sambil mengusap-usap wajahnya karena benar-benar baru saja tertidur.Keen pun t
Setelah itu Nyonya Tiara pun masuk ke dalam ruang makan. Iya menatap Dira yang tengah duduk di di kursi makan, menanti semua makanan disiapkan."Dir," panggil Nyonya Tiara dengan lembut."Iya Ma," sahut Dira sambil menatap ke arah Nyonya Tiara."Di mana kakakmu?" tanya Nyonya Tiara lalu menatap sekitar."Kak Shassy sedang di dapur, sedangkan kak Keen sepertinya belum pulang," sahut Dira dengan santai.Lalu Nyonya Tiara pun mengarahkan kursi rodanya mendekati Dira."Ada apa Ma?" tanya Dira yang penasaran."Aku sudah mendengar dari kakakmu tentang hubungan kamu dengan pemuda itu," ucap Nyonya Tiara memulai pembicaraan tersebut.
"Dira!" teriak Shassy saat sosok yang memakai baju putih dengan rambut panjang dan juga wajah yang ternyata memakai masker di wajahnya tersebut berbalik menatapnya.Dira pun cengengesan saat melihat Shassy yang kini memelototinya. "Hehehe," tawanya canggung."Kamu sedang apa?" tanya Keen dengan tatapan tajamnya."Maaf, aku tadi mendengar kalian berteriak jadi aku masuk ke kamar ini, takut jika terjadi sesuatu," ungkap Dira menyatakan alasannya.Shassy lalu mengusap-ngusap wajahnya. "Lalu kenapa kamu memakai pakaian dan masker seperti itu?" tanyanya yang terlihat sedikit kesal."Ini kan gaun tidur," ucap Dira sambil menarik sedikit pakaian yang dikenakannya. "Dan masker ini obat dari dokter, setiap malam aku memang menggunakannya."