Varel tersenyum melihat kedatangan Karina dan Elard. Hal ini telah ia tunggu-tunggu sedari tadi. Ia sudah memproses kasus ini dengan beberapa informasi baru.Diantara informasi itu adalah tentang mobil Alphard milik Felliska yang masuk ke dalam jurang. Ia juga menambahkan kesaksisan para saksi yang mengatakan bahwa mobil yang jatuh ke jurang sama persis dengan mobil yang menabrak Kasih. Kemungkinan besar kasus ini akan segera dianggap selesai.Ada usaha tentu ada bayarannya. Prapto telah menyuntikkan dana ke bisnis yang sedang dibangun Pandu. Hal itu telah mereka sepakati sebelumnya."Silahkan duduk Nona Karina dan temannya yang bernama….?""Elard," ucap Elard memperkenalkan diri."Oh, Tuan Elard." Varel mengangguk-angguk berusaha bersikap seramah mungkin."Bagaimana detail kasus kecelakaan Ibu saya, Pak?" tanya Karina."Begini, mobil yang diduga menabrak mendiang Ibu Kasih sudah ditemukan."Terdapat binar bahagia di wajah Karina. "Serius, Pak? Puji Tuhan.""Tapi…." Varel menjeda perk
Malam harinya, Felliska dan Pandu melakukan kencan di salah satu restoran mewah. Felliska terlihat sangat cantik dengan gaun merahnya yang menyala-nyala. Pandu tidak kalah menawan dengan menggunakan kemeja dan celana panjang yang membuatnya terlihat gagah dan maskulin.Restoran yang mereka kunjungi sudah disewa sepenuhnya oleh Pandu. Saat selesai memarkirkan mobil, Pandu bergegas membukakan pintu untuk Felliska. Ia mengulurkan tangannya yang segera di genggam oleh Felliska dengan senyum malunya."Kamu terlihat sangat cantik," bisik Pandu yang membuat bulu kuduk Felliska meremang."Kamu juga terlihat sangat tampan," balas Felliska.Pandu tersenyum lalu menggandeng tangan Felliska dengan lembut. Saat mereka memasuki restoran, para pelayan berjejer rapi seraya menunduk memberikan hormat. Hati Felliska berbunga-bunga, ia merasa diratukan.Mereka lalu duduk di kursi mewah di antara lainnya dengan mengelilingi meja yang sudah dihias sedemikian rupa. Banyak sekali menu yang tersaji di meja i
Agatha dan Davin dirawat di dalam ruang rawat inap yang sama. Aurel memandang mereka berdua dengan sendu. Ia memitar roda kursinya menuju brankar Davin.Dapat ia lihat kondisi Davin yang sangat memprihatikan. Tubuhnya penuh luka dan perban. Mulut dan hidungnya yang tertutupi selang oksigen.Tangan Aurel terulur mengusap rambut Davin. "Kenapa kamu melakukannya, Davin? Kakak kira hanya Kakak yang brengsek. Rupanya kamu juga melakukan kesalahan yang Kakak lakukan. Kakak sangat marah kepada diri Kakak sendiri. Kenapa Kakak begitu bodoh sehingga tidak bisa memberi contoh dan membimbing kamu dengan baik? Maafkan Kakak…." Aurel bertutur pilu.Aurel berusaha berdiri untuk menggapai Davin lebih dekat. Rara yang melihat itu ingin membantu Aurel tapi Aurel menahannya dengan gerakan tangan. Aurel pun mencium kening Davin beberapa saat dengan mata terpejam seolah menikmati momen itu."Cepat sembuh, Davin. Semoga setelah ini kamu bisa berubah menjadi lebih baik," ujar Aurel seraya memandang wajah d
"Pasien dinyatakan strok yang sedikit parah. Dia tidak bisa bicara terlalu banyak mungkin hanya terbata-bata, tangan kiri dan lehernya susah digerakkan. Tapi jika pasien rutin menjalani terapi, pasien bisa pulih seperti sedia kala," terang dokter.Aurel menutup mulutnya syok saat mendengar penjelasan dokter. Rara yang mendengar dan melihat itu semua merasa prihatin dan mengelus-elus bahu Aurel seolah menyalurkan kekuatan.Aurel mendekati Agatha lalu menatap Agatha yang menggerakkan bibirnya seolah ingin mengatakan sesuatu. "Mami mau bilang apa?" tanya Aurel lembut."A-a…. Mi, miii ma-u." Agatha terus mengucapkan kata walau sangat susah."Rara, ambilin bolpoin dan kertas!" titah Aurel yang segera dilaksanakan Rara."Ini, Nona." Rara menyerahkan selembar kertas dan bolpoin kepada Aurel."Mami bisa tulis di sini," ucap Aurel seraya menyerahkannya kepada Agatha.Agatha pun menerimanya dan mulai menuliskan kata-kata. Beberapa menit kemudian, ia selesai menulis dan menyerahkan kertas terseb
Setelah menjalani serangkaian perawatan dan pemeriksaan, Agatha pun diperbolehkan pulang. Ada juga kabar baik dari Aurel yang sudah bisa berjalan tanpa kursi roda meski jalannya masih lambat dan butuh kehati-hatian. Sedangkan Davin masih koma di rumah sakit.Saat ini Aurel sedang menyuapi Agatha di dalam kamarnya. Hingga tiba-tiba Rara mengetuk pintu."Masuk!""Permisi, Nona. Ada Rey yang ingin menemui anda."Tangan Aurel yang hendak menyuapi Agatha terhenti di udara. Ia terdiam sejenak dengan perasaan tidak karuan. Setelah apa yang dilakukan laki-laki itu untuk apa Rey kemari?"Kamu gantikan saya menyuapi Mami. Biar aku sendiri yang menemuinya," ucap Aurel yang diangguki Rara.Aurel berjalan perlahan ke teras rumah yang terdapat Rey sedang berdiri. Rey merekahkan senyumnya saat melihat Aurel. "Kaki kamu masih sakit?" tanyanya."Gak usah basa-basi dan berlagak baik di depanku. Masih bisa ya kamu pasang muka seperti itu seolah tidak terjadi apa-apa," sambar Aurel. Bagaimana ia tidak se
Keesokan paginya, seperti biasa Karina akan bersiap-siap ke kampus. Ia memakai hoodie pemberian Langit dan celana jeans panjang. Rambutnya ia kucir kuda yang membuat penampilannya terlihat tomboy.Ia segera menyambar tasnya dan memasuki ruang makan. Ia mencomot dua potong roti lalu melahapnya dengan cepat."Pelan-pelan, Karina," tegur Suri.Karina hanya tersenyum lalu meneguk susu hangat sampai tandas. "Aku pergi dulu, ya, Bi. Semalam aku kecapekan jadi langsung tidur sampai lupa ngelanjutin skripsiku. Ini aku bernsgkat pagi-pagi buat nerusin skripsiku," ujarnya.Suri hanya geleng-geleng kepala. "Hati-hati di jalan.""Siap, Bi. Bye." Karina keluar rumah dengan riang. Namun seketika raut cerianya lenyap saat mendapati kehadiran Elard yang berdiri di teras sambil tersenyum kepadanya."Ngapain kamu disini?" tanya Karina sedikit ketus."Jemput kamu.""Gak perlu, aku bisa pergi sendiri." Karina lalu menaiki motornya dan seketika ia terbelalak kaget ketika menyadari ban motornya kempes."Ma
Karina baru saja selesai berkonsultasi dengan Aland tentang skripsinya. Mereka dan Elard lalu memasuki mobil untuk pulang ke kantor untuk bekerja seperti biasa. Baru saja Elard akan melajukan mobilnya, Ellyn menghampiri mobilnya dengan tergopoh-gopoh.Ia menepuk-nepuk jendela mobil Elard. "Kurang ajar kamu, Elard! Bisa-bisanya ninggalin aku. Ingin sekali ku cakar wajahmu itu," ceplos Ellyn.Elard tertawa lalu membuka kunci mobilnya sehingga Ellyn bisa membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya. Posisi mereka Karina dan Elard di depan sedangkan Aland dan Ellyn di belakang. Elard pun melajukan mobilnya dengan tawa yang masih terdengar."Habisnya seru ngerjain orang yang lagi sok sibuk ngerjain tugas," balas Elard."Elard, jaga bicaramu," tegur Aland.Ellyn menjulurkan lidahnya yang bisa Elard lihat di pantulan kaca spion. Elard balas menjulurkan lidah yang membuat Ellyn mengacungkan jari tengahnya.Semua interaksi mereka di lihat dan di dengar oleh Karina."Aku mengakuinya sekarang karena
"Emh, Aurel…." Rey memanggil nama mantan kekasihnya di sela-sela desahannya.Sontak Karen yang mendengar itu menghentikan kegiatannya. "Kok Aurel, sih? Segitu pentingnya Aurel bagimu segelah apa yang sudah terjadi?""Jangan protes dan lanjutkan bagianmu," sahut Rey dingin."Kamu gila? Kamu sedang bersamaku dan malah menyebut nama perempuan lain. Kamu tidak pernah memikirkan perasaanku?""Sudahlah, kamu diam saja. Dasar kebanyakan protes!" sentak Rey.Karen memandang Rey dengan tatapan tidak percaya. "Oh, jadi ini sifat aslimu? Kasar dan suka bermain wanita? Kamu bangga dengan video syur mu dengan Aurel? Kamu sangat menikmatinya tanpa harus menanggung akibatnya dan malah menghancurkan hidup Aurel, bukan begitu?" Karen setengah berbisik di kalimat terakhirnya.Rey mengacak rambutnya kasar. "Ya, dan harusnya kamu sadar posisimu. Jika kamu masih ingin aku lirik, jangan banyak protes dan turuti kemauanku!"Karen geleng-geleng kepala. "Aku tidak akan menuruti kemauanmi lagi mulai detk ini d