Share

SG 03

Pagi itu seperti biasa Reyhan menjemput Shakira (Ara) untuk berangkat sekolah bersama. Kedekatannya dengan Shakira sempat menjadi topik hangat di sekolah yang mengira bahwa mereka adalah pasangan kekasih. 

"Ara, tuh bodyguard kamu selalu ngikutin kita terus. Apa nggak capek?" tunjuk Reyhan pada kaca spion motornya yang memperlihatkan sebuah mobil yang selalu mengikuti mereka kemanapun mereka pergi. 

"Abaikan aja, kamu tahu sendiri gimana kak Arka." jawab Shakira seakan tak peduli. 

"Cie, yang di kawal calon suami." goda Reyhan. 

Bugghh!!

Sebuah pukulan mendfarat di punggung Reyhan, sehingga membuat Reyhan oleng saat membawa motornya. "Dasar gadis bar-bar. Bisa nggak sih nggak perlu pakai mukul? Lagi dijalan ini." ucap Reyhan. 

"Bisa nggak sih nggak perlu bawa-bawa calon suami? Dia itu bukan calon suamiku." jawab Shakira kesal.

Reyhan justru tertawa melihat amarah Shakira. "Nggak usah ngelak, jodoh nggak ada yang tahu, Ara." 

"Susah ngomong sama kamu. Mentang-mentang banyak jodohnya di sekolah." ledek Shakira. 

Reyhan kembali tergelak tawanya. Dan memang, selama di sekolah Reyhan terkenal dekat dengan beberapa gadis. Gayanya yang wellcome dengan siapa saja membuat para gadis nyaman dengannya. Tidak terkecuali Shakira yang dekat dengan Reyhan semenjak setahun lalu. 

Orangtua Reyhan sering membawa serta Reyhan saat berkunjung kerumah Shakira. Dikarenakan Papanya Reyhan adalah orang kepercayaan orangtua Shakira di perusahaan. Sehingga kedekatan kedua keluarga sangat kental terasa.

Dulu saat pertama bertemu, Shakira sangat pendiam dan tidak suka bergaul dengan siapapun. Kalau bukan karena satu sekolah dan juga masuk di kelas taekwondo serta beladiri bersama, mungkin keduanya tidak akan sedekat ini sekarang. 

Motor yang di kendarai Reyhan memasuki gerbang sekolah. Tapi mobil yang mengikutinya berhenti didepan sekolah untuk memastikan bahwa orang itu selamat sampai tujuan. Mata sang pengemudi mobil melihat tajam kearah Reyhan dan Shakira yang sudah masuk kedalam halaman sekolah. "Kapan hatimu akan mencair seperti dulu lagi, Ara?" gumamnya sambil menatap ke depan, lalu ia menghela napasnya.

Setelah memastikan jika orang yang di sayanginya selamat sampai di sekolah. Mobil itu kembali melaju pelan meninggalkan sekolah SMA negeri di kota S itu. Ia menuju ke sebuah resort yang sudah terkenal di kota tersebut, karena memang itu adalah salah satu rutinitasnya selama ini. 

Reyhan dan Shakira berjalan menyusuri koridor sekolah menuju ke dalam kelasnya. Sesekali Ara menendang kaki Reyhan saat pemuda itu selalu saja membuat Ara kesal. 

"Rey! Tunggu!" suara seseorang memanggil Reyhan dari arah belakang. 

Reyhan dan Shakira menoleh. "Ada apa?" tanya Reyhan. 

"Tadi ada yang ngasih ini di depan, katanya buat kamu." ucap seorang pemuda yang sepertinya kenal dengan Reyhan. 

"Makasih ya." ucap Reyhan. 

Pemuda itu mengangguk. "Sama-sama, Rey." jawabnya, lalu ia meninggalkan Reyhan dan Ara.

"Kamu duluan aja ke kelas. Aku ke depan dulu." ucap Reyhan pada Ara.

"Iya." 

Shakira pun berbalik badan dan berjalan menuju ke kelasnya. Sedangkan Reyhan dengan membawa sebuah amplop coklat itu setengah berlari menuju ke depan sekolah. Amplop coklat misterius itu membuat Rey penasaran siapa yang sudah mengirimkan itu padanya.

Semenjak Reyhan menerima pekerjaan sampingan dari Andi, ia merasa seperti ada saja orang yang mengikutinya. Entah itu hanya perasaan Reyhan saja atau memang ada yang benar-benar mengikuti dirinya? Yang jelas karena itu, beberapa kali Reyhan mendapat teror surat kaleng.

Contohnya kali ini, ia tidak tahu siapa pengirim amplop coklat yang kini ada di tangannya. Namun di dalam amplop tersebut terdapat sebuah kertas bertuliskan ancaman supaya Reyhan menyerahkan semua data yang telah ia retas kepada seseorang dengan cara mengikuti petunjuk yang ada di dalam amplop tersebut.

'Sebenarnya organisasi apa itu? Kenapa data di dalam organisasi itu sepertinya menjadi incaran banyak orang? Pekerjaan kali ini sepertinya akan sangat sulit di tangani.' batin Reyhan penuh tanya. 

Reyhan kembali masuk ke dalam halaman sekolah, setelah ia tidak menemukan siapa pun di depan pintu gerbang. Walaupun dirinya sangat penasaran siapa yang telah mengirimkan surat kaleng tersebut, namun Reyhan lebih memilih untuk mengabaikannya.

Lagi pula pekerjaan dari Andi belum ia kerjakan sepenuhnya, ia baru mempelajari semua data yang di berikan Andi sebagai pendukung. Jadi jika ada yang menginginkan data yang berhasil ia retas, maka jawabannya data tersebut belum ada di tangannya.

Seperti pelajar pada umumnya, tidak terlihat ada keistimewaan yang Reyhan miliki. Hanya satu yang membuatnya terkenal di sekolah, yaitu banyak gadis yang menjadi korban akan gombalannya. 

"Rey, sebenarnya apa hubungan kamu dengan Ara? Kenapa kalian terlihat begitu dekat sekali. Aku cemburu tahu, Rey." ucap salah seorang gadis yang kini duduk bersama dengan Rey di sebuah kursi yang ada di taman sekolah.

"Apapun hubunganku dengan Ara, tidak akan mengurangi rasa sayangku ke kamu, Alice." jawab Rey sambil menyelipkan anak rambut ke belakang telinga gadis yang ternyata bernama Alice.

Mendengar jawaban Reyhan, gadis itu pun tersipu malu, wajahnya bersemu merah. Hatinya pun terasa berbunga-bunga. "Benarkah itu?" tanyanya memastikan. 

"Tentu saja benar, aku menyayangimu seperti aku menyayangi adikku sendiri. Jadi bagaimana bisa kamu membandingkan dirimu dengan Ara." jawab Reyhan sambil tersenyum tak berdosa.

Plak! 

Sebuah tamparan mendarat di pipi Reyhan begitu keras, sehingga Reyhan merasakan kebas di salah satu pipinya. "Kenapa menamparku? Apa ada yang salah dengan jawabanku?" tanya Reyhan dengan wajah tak berdosa.

"Dasar lelaki tidak peka." ucap Alice. Lalu ia meninggalkan Reyhan sambil menghentakkan kakinya karena kesal dengan sikap Reyhan yang tidak peka akan perasaannya.

"Wanita dengan sejuta misterinya." gumam Reyhan sambil menatap punggung Alice yang kini sudah berjalan jauh darinya. Ia mengusap pipinya yang masih kebas dan mungkin saja memerah akibat tamparan Alice. "Sakit juga ternyata." keluh Reyhan.

"Kena tampar lagi?" tanya Bagas yang datang entah darimana sambil tertawa lebar mengejek Reyhan yang masih mengusap pipinya dengan telapak tangan.

Reyhan memutar bola matanya malas melihat Bagas yang menertawakannya. "Kebiasaanmu selalu ngintip. Mana yang lain?" tanya Reyhan. 

"Benny sama Alex ada di kantin." jawab Bagas.

"Lah terus ngapain kamu di sini?" tanya Reyhan dengan keningnya berkerut menaruh curiga dengan sahabatnya itu. Karena jika sudah begini, pasti ada maunya.

"Aku nyariin kamu." jawab Bagas lalu duduk di samping Reyhan dan merangkul pundaknya.

Reyhan melirik ke Bagas yang kini ada di sampingnya semakin curiga. "Nyari aku? Kenapa?" tanya Reyhan sambil memicingkan matanya.

"Iya, mau minta tolong." 

"Hem. Udah aku duga. Minta tolong apa?" 

"Bantu aku ngerjain PR matematika." jawab Bagas sambil tertawa dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Habisnya cuma kamu yang bisa di andalkan dalam hal itu."

"Ogah." Reyhan lalu beranjak dari duduknya meninggalkan Bagas. 

"Please Rey. Bantuin aku." ucap Bagas memohon. 

"Imbalan buat aku apa? Di dunia ini tidak ada yang selamanya gratis." ucap Reyhan dengan mimik muka serius.

"Orang sepertimu memangnya butuh apa lagi?" tanya Bagas.

Reyhan memperlihatkan senyuman misteriusnya kepada Bagas, "Ruang khusus yang ada di cafe kamu. Aku akan memakainya selama beberapa hari ke depan, gimana?" 

Bagas mengerutkan keningnya, "Tidak bisakah kamu meminta yang lain?" 

"Kalau tidak mau juga terserah. Bukan aku yang rugi." jawab Reyhan lalu ia kembali berjalan menjauh dari Bagas. 

"Oke, oke. Kamu bisa memakainya kapanpun, asal kamu membantuku mengerjakan PR selama satu semester ini." 

Senyuman mengembang di sudut bibir Reyhan. "Deal." jawabnya. 

Bagi Reyhan memakai ruangan yang ada di cafe milik Bagas, dapat membuatnya lebih berkonsentrasi dari pada mengerjakan pekerjaan yang berikan Andi di rumahnya. Selain mamanya yang suka mengomel akibat dirinya suka begadang, Reyhan tidak ingin Papanya mengetahui pekerjaan yang ia lakukan.

Di tambah lagi ruangan khusus di cafe Bagas juga kedap suara, jadi akan lebih aman.

Bagas dan Reyhan berjalan menuju ke kelas mereka, sesekali Reyhan mengelus pipinya yang masih terasa kebas dan juga nyeri akibat tamparan Alice yang begitu keras. 

Bersambung ...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status