Seketika nenek Pricilla tertawa. "Hahaha. Memangnya kenapa kalau Alice bersama pria lain yang lebih kaya? Apa urusannya denganmu? Bukankah selama ini kau hanya berstatus sebagai suami saja!"
"Kalau bukan suamiku yang pikun itu menjodohkan cucuku dengan sampah sepertimu, aku tidak akan sudi menerimamu sebagai cucu menantu di keluarga ini!"
Haven menunduk. Dia mengira jika mengatakan itu, nenek Lee akan berpihak padanya. Akan tetapi ternyata wanita tua itu tetap membela cucunya meski bersalah.
"Wah ada keributan apa ini?" Cucu tertua nenek Pricilla Lee, Marvel Lee, tampak tersenyum sembari menyilangkan kedua tangannya, berjalan mendekati neneknya. Dia baru saja pulang dari restoran mewah untuk makan malam dan menghabiskan uang bersama teman-temannya.
"Hei, kau pulang juga? Kukira kau sudah pergi meninggalkan kota ini karena takut kepada kakak Garfield Blackton," tanya Marvel Lee.
"Marvel, bicara apa kau ini?" tanya Callysta terkejut.
"Apa Bibi Callysta tidak tahu? Siang tadi, si sampah ini memukul kepala kakak Garfield dengan sebotol anggur. Sekarang kakak Garfield berada di rumah sakit!" jawab Marvel Lee.
"Apa?" teriak Nenek Pricilla, ia lalu menoleh ke arah Haven sembari menuding menggunakan jarinya. "Dasar anak binatang! Apa yang berada di otakmu sampai kau berani memukulnya? Sial, jangan sampai kau menyeret keluargaku karena kebodohanmu!"
"Nenek, pria itu berani memaksa istriku di ranjang. Aku sebagai suaminya tentu saja tidak akan membiarkan hal itu terjadi," ucap Haven mencoba membela dirinya.
“Nenek, semua ini salahmu.” Callysta menuding wanita tua di depannya.
Callysta begitu frustasi dengen keadaan saat ini. “Kenapa Kakek Lee dulu menjodohkan putriku dengan pria bajingan ini? Apa kau dulu tidak bisa mengendalikan Kakek Lee?" tanyanya.
Nenek Pricilla yang tengah emosi, tersulut semakin marah oleh ucapan Callysta. "Tutup mulutmu, Callysta! Punya hak apa kau untuk menyalahkanku?"
"Nenek, aku tidak menyalahkanmu, tapi--"
"Tapi apa?" teriak nenek Pricilla.
Keadaan semakin memanas, sampai akhirnya dari arah pintu, muncul seorang wanita cantik berpostur seksi yang tidak lain adalah Alice Lee, istri Haven Clark.
Alice berlari mendekati sang nenek, dia lalu sedikit menunduk untuk memberi hormat. "Nenek, maafkan aku. Gara-gara Haven Clark, aku gagal mendapatkan uang satu juta dollar untuk perusahaan keluarga kita."
"Haven telah membuang uang dua juta dollar yang seharusnya kudapatkan. Bahkan pria sampah ini masih berani memukul Garfield Blackton, Nek," lanjut Alice sambil menunjuk benci ke arah Haven.
"D-dua juta dollar?" tanya Nenek Pricilla dengan terkejut, dia adalah tipe wanita gila harta. Dia hanya membutuhkan satu juta dollar, tapi Garfield mau memberikan dua kali lipatnya.
"Iya, Nek. Satu dollar sisanya diberikan secara cuma-cuma oleh Garfield sebagai tanda lamarannya kepadaku dihadapan nenek nanti," ungkap Alice.
Darah Nenek Pricilla semakin naik hingga ke ubun-ubun. Tubuhnya bergetar hebat dengan giginya yang sudah rapuh gemeletukan. Wajahnya menggelap saat menatap Haven penuh kebencian.
Plak!!!
"Bajingan! Dasar manusia otak binatang! Kau benar-benar hanyalah pria pembawa sial bagi keluargaku! Apa kau mau perusahaanku bangkrut, hah?" teriak nenek Pricilla.
"Cepat minggat dari rumahku dan ceraikan cucuku mulai detik ini juga!" Mata nenek Pricilla melotot hampir keluar dari tempatnya.
"Aku tidak mau!" Haven menunduk.
"Persetan! Apa maksudmu, hah?" bentak Nenek Pricilla dengan wajah merah padam.
"Nenek, sebaiknya kau kurangi kemarahanmu. Kami takut hal ini akan mempengaruhi kesehatanmu saat ini," Marvel Lee, mendekati neneknya dan memegang pundak wanita tua itu.
Tatapan Marvel penuh kebencian dan jijik ke arah Haven. "Sepertinya kakek dulu hidupnya terlalu banyak tekanan hingga membuat keputusan yang salah. Aku sangat kasihan pada sepupuku yang harus hidup dengan pria tidak berguna seperti si pria yang berada di hadapan kita ini."
Haven Clark tiba-tiba tersenyum penuh keputusasaan.
"Nenek, aku hanya ingin menjawab kalau aku sepertinya tidak mau melanjutkan hubungan pernikahan ini. Besok pagi aku akan datang ke kantor sesuai permintaan cucu perempuanmu," ucap Haven dengan tegar, meskipun hatinya terasa hancur.
Ketika itu, tiba-tiba secarik kertas yang berada di dalam sebuah amplop dilemparkan oleh Alice dan tepat mengenai wajah Haven. "Bagus! Memang sudah saatnya bagiku untuk hidup bebas."
Mereka tidak sadar dengan apa yang mereka lakukan. Jika sadar dan tahu kenyataannya jika Haven Clark adalah seorang milyarder sekaligus dewa perang terkuat, mungkin mereka semua memilih untuk menyumpali mulut mereka dengan kotoran binatang, daripada harus berurusan dengan orang yang merajai dunia militer!
"Jangan mencari alasan apapun dengan tidak datang ke pengadilan!" ancam Nenek Pricilla sebelum pergi bersama Marvel dan Callysta. Kemudian disusul oleh Alice yang sangat muak melihat wajah Haven di kehidupannya.
Paginya.
Berita perceraian seorang wanita cucu dari keluarga Lee menyebar luas begitu cepat di Kota ChesterLand. Semua pria dari kalangan keluarga elit maupun para pengusaha muda sangat terkejut dengan kabar ini.
Bertahun-tahun lamanya mereka terpaksa memendam rasa cinta kepada Alice Lee yang dikabarkan menikah dengan seorang pria miskin. Alice Lee terkenal akan kecantikan dan kecerdasannya yang bisa dibilang sebagai wanita paling sempurna di Kota ChesterLand.
Saat mereka semua mulai memikirkan bagaimana caranya untuk mendapatkan Alice, seketika harus berpikir seribu kali setelah mengetahui jika ada pria lain yang sudah memiliki hubungan dengan Alice. Pria itu adalah Garfield Blackton, keponakan dari CEO Garrick Blackton. Keponakan seorang pria berkharismatik yang memiliki kekuasaan di kota ChesterLand.
Tidak ada yang berani berurusan dengan sosok CEO Garrick Blackton, jika berani, nasib mereka akan berakhir dengan kehancuran bisnis dan hidup mereka, atau bahkan jadi gelandangan di luar sana.
Haven terusir bagai seonggok sampah yang keberadaannya harus dimusnahkan. Bahkan Alice meninggalkannya dengan mengendarai mobil bersama keluarga Lee yang lainnya.
"Memangnya hanya kau saja yang bisa hidup senang di atas penderitaanku? Aku bahkan sekarang bisa hidup bebas, tidak peduli apakah kau hidup menderita dan makan kotoran anjing sekali pun!" ucap Alice kepada Haven, sebelum wanita itu naik mobil bersama neneknya. "Aku sudah muak hidup tiga tahun bersamamu!"
"Aku melakukan ini karena kakek Lee. Dan aku mencintaimu selama tiga tahun ini," ucap Haven sembari menatap kepergian mobil Mercy yang ditumpangi oleh Alice dan Nenek Pricilla.
Tiba-tiba, sebuah panggilan telepon berdering di ponselnya.
Haven menatap layar kecil di ponselnya, tanpa menunggu lama, dia pun segera mengangkatnya.
"Halo, siapa?" sapa Haven dengan nada malas.
Di seberang telepon, seorang pria berbadan tinggi besar tengah mengusap keringat dingin di wajahnya. Tubuh besarnya bergetar hebat saat mendengar suara seseorang yang memiliki aura berbeda.
"Ka--Kakak Clark, saya adalah Garrick Blackton, CEO perusahaan Galaxi Company di kota ChesterLand ini. Ketua Camela Wycliff telah memberi saya tugas untuk mencari tahu tentang keluarga Lee," ucap Garrick di seberang telepon sana.
Haven berkata. "Apa kita bisa bertemu sekarang?"
"Kakak Clark, katakan di mana keberadaan Anda sekarang?” tanya Garrick, ”Saya akan menjemput Anda ke perusahaan kecil kami."
"Tidak perlu. Aku akan ke sana sendiri. Kebetulan aku berada tidak jauh dari perusahaanmu." Setelah mengatakan itu, Haven menutup telepon dan berjalan menuju perusahaan Galaxi Company.
Lima belas menit kemudian, Haven sudah berdiri di depan gedung tinggi pencakar langit yang memiliki sekitar 17 lantai.
Haven melangkahkan kakinya menuju pintu masuk yang dijaga oleh dua pria berseragam keamanan perusahaan.
"Berhenti di sana!" seru seorang dari mereka, kemudian dua pria keamanan perusahaan menutup akses pintu masuk dengan tubuh mereka. "Ada perlu apa kau kemari?''
Dua pria berbadan tinggi tegap berdiri menutup jalan ketika Haven memasuki pintu masuk perusahaan Galaxi Company, tepat di dekat bagian resepsionis perusahaan. "Aku kemari ingin bertemu dengan CEO Garrick Blackton, kami sudah janjian pagi tadi," ucap Haven. Kedua pria security saling pandang memandang setelah mendengar ucapan seorang pria berpakaian lusuh, yang mirip gelandangan dan mangaku-ngaku akan bertemu CEO mereka yang begitu terhormat. Sangat mustahil seorang CEO Garrick Blackton ingin bertemu dengan seorang gelandangan kan? "Hey, jangan mengada-ngada. Memangnya siapa kau? Cepat keluar dari sini sebelum kami menyeretmu keluar dengan cara kami sendiri!" perintah pria security berbadan gempal. Haven menghembuskan napasnya pelan, wajahnya mencoba seramah mungkin sambil tersenyum. "Aku tidak akan pergi sebelum bertemu dengan CEO Garrick Blackton! Jika kalian tidak mengijinkanku masuk, tolong beritahu dirinya jika pria bernama Haven Clark sudah berada di loby," ucap Have
Garrick Blackton kembali berdiri, dia melihat pakaian Haven tampak basah dan ada sebuah gelas di tangan Rosei. Tubuh pria berbadan gempal itu bergetar hebat, giginya gemeletukkan menahan amarah. Sebuah bencana besar akan dia rasakan akibat dari perbuatan pegawai perusahaannya itu. Pria dengan wajah garang dan rambut disisir ke belakang itu membalikkan tubuhnya ke belakang. Dia lalu menampar wajah Rosei dengan sangat kuat. "Tutup mulut kotormu itu, Rosei! Kau benar-benar wanita berotak bintang! Apa yang telah kau perbuat kepada Kakak Clark? Apa kau tidak tahu siapa Kakak Clark? Dia adalah-" Ketika akan menyebutkan identitas Haven yang sesungguhnya, CEO Garrick teringat jika identitas sosok Clark sangat dirahasiakan. Jika sampai mulut busuknya keceplosan, tamat sudah riwayatnya. Camela Wycliff meminta Garrick Blackton untuk tetap menutupi identitas Haven Clark yang sesungguhnya, atas permintaan Haven sendiri kepada Camela. Karena dia lebih suka sebagai pria biasa meski memiliki l
Meskipun Rosei terus berusaha bernegoisasi, tapi sosok Garrick bukanlah pria yang mudah begitu saja memaafkan seseorang. Pukulan dan tamparan terus melayang. Rosei layaknya seekor kuda betina yang dipacu keras oleh penunggangnya. Rosei menyadari bahwa apa yang dia lakukan terhadap Haven salah di mata Garrick. Untuk itu dia mencoba memohon kepada Haven untuk membujuk CEO Garrick agar mau mengampuninya. Rosei berusaha bernegosiasi. Haven acuh tak acuh tersenyum. "Kurasa kau menikmatinya." "Tak kusangka ternyata kau lebih menjijikkan daripada seorang menantu sampah," ucap Haven. Suara desahan Rosei semakin tidak nyaman untuk didengar dan sangat liar. Wanita itu kini semakin tak punya malu lagi untuk mengekspos kenikmatannya. CEO Garrick kemudian mengajak Haven untuk naik ke ruangannya agar telinga mereka tidak terkotori oleh suara dari mulut wanita murahan. "Mari, Kakak Clark, saya akan membawa anda ke ruanganku untuk membicarakan hal penting." Haven menganggukkan kepala. "Ya,
Wajah segerombolan pria itu sedikit terkejut ketika melihat aura Haven Clark seperti seorang pembantai. Sebagai seorang pengawal, tentu saja mereka tak boleh takut meski makhluk pencabutan nyawa datang sekalipun. Pria berbadan gempal yang berdiri paling depan mencoba bersikap berani dan tegas. "Apa? Kau ingin bertemu dengan pengacara Bliss? Hmm, baiklah, tapi sebutkan dulu siapa namamu dan kami akan memberitahumu apakah kau boleh masuk atau tidak!" "Namaku Haven Clark, menantu keluarga Lee." Haven mengulangi namanya lagi. "Katakan kepada pengacara Bliss jika aku ingin menemuinya hari ini," ucap Haven dengan tatapan dingin. "Aku tidak mau mendengar alasan dia tidak mau menemuiku!" Pria berbadan gempal mengerutkan setelah mendengar jawaban itu, yang dia tahu, pengacara Bliss adalah mantan pengacara sekaligus kepercayaan keluarga Lee. Seseorang dari mereka berjalan masuk setelah mendapat perintah dari pria berbadan gempal. Beberapa menit kemudian, pria itu keluar mengatakan
"Winnie Lee, dia adalah salah satu cucu perempuan Tuan Lee," ucap pengacara Bliss. "Bicaralah dengan benar, Tuan Bliss!" Haven mencengkeram semakin erat. Kepalan tangan kiri Haven berhasil membuat pengacara Bliss membongkar kejahatannya sendiri. "Turunkan aku dulu, Haven! A-aku kesulitan bernapas." Haven menuruti pria itu, setelahnya pengacara Bliss menjelaskan jika dia melakukan semuanya demi sebuah uang dan kedudukan. Tiga tahun lalu, pengacara Bliss telah mengganti nama Winnie Lee menjadi Alice Lee. Dia juga pelaku dibalik kecelakaan yang merenggut nyawa kakek Lee setelah sang kakek membuat surat wasiat. Pengacara Bliss melakukan itu semua karena membutuhkan uang yang banyak untuk anak dan istri hasil dari selingkuhannya, sedangkan perekonomiannya dulu sangat terbatas, itulah sebabnya dia menerima permintaan dari Robert Wallace, putra sulung keluarga Lee. Robert adalah tipikal manusia gila harta. Dia akan melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang dia mau, meskipun
Golden Light Club, Haven melangkahkan kakinya menaiki tangga kecil bagian depan. "Tunjukkan kartu membermu?" cegat seorang pria. "Aku tidak punya, Pak. Tapi kedatanganku kemari hanya ingin menemui seseorang." "Hanya para member klub saja yang diperbolehkan masuk. Jadi, pergilah dari sini dan jangan coba-coba membohongi kami!" ucap pria itu. "Bahkan jika kau ingin menjadi bagian dari member klub agar memiliki akses untuk masuk Golden Light Club kami, itu tidak akan bisa!"Ya, karena pendaftaran member hanya dibuka oleh Golden Light Club setiap bulannya. Jika seseorang ingin menjadi member, dia harus menunggu satu bulan lamanya. Klub telah lama menerapkan sistem itu. Golden Light Club baru saja membuka member beberapa minggu lalu, setidaknya harus menunggu seminggu lagi agar dibuka kembali. "Pak, bisakah kau mengijinkanku masuk sebentar saja. Ada hal penting yang mengharuskanku untuk menemui seseorang di dalam sana," ucap Haven, berharap beberapa pria di pintu masuk klub itu tidak
"Tuan Storm, pertemuan kita tidak lebih untuk sebuah negoisasi kerjasama, jadi jangan macam-macam," ucap Winnie penuh ketakutan. Winnie duduk dan meringkuk ketika Storm mendekatkan wajahnya yang begitu jelek dan menakutkan ke arah bibirnya. Storm berbicara tepat di depan wajah Winnie yang memucat. "Asal kau tahu, Winnie. Aku telah mengeluarkan uang yang cukup banyak untuk mendapatkanmu."Storm tertawa terbahak-bahak. Sementara Winnie bergetar ketakutan sampai ingin menangis. Tetapi sebagai wanita tangguh, Winnie mencoba menahan air matanya. Winnie tak menyangka jika pertemuan dengan Storm McKay akan seperti ini. Dia masih tidak rela jika kesucian yang dia jaga selama ini direnggut oleh pria yang bukan impiannya, apalagi tuan muda McKay sangat mengerikan dan terkenal sangat brutal. Storm mencengkeram Winnie dan menjepitnya ke sisi ranjang, lalu menaikkan dagu gadis itu dan mendekatkan wajahnya yang ketika tersenyum tak ubahnya mirip kuda nil. "Tuan Storm, tolong lepaskan saya." W
Sembilan pria mengepung Haven, di tangan mereka masing-masing membawa tongkat besi seberat sepuluh kilogram. Hanya dalam sekali pukulan saja, akan mematahkan tulang manusia. "Hanya ini saja jumlah kalian?" tanya Haven sembari menyilangkan tangannya di depan dada. Dia berdecak. "Berani juga kau kepada kami," ucap pria berbadan kekar yang memiliki kepala botak. Si kepala botak lalu menyerang dengan cepat, dia mengayunkan tepat di kepala Haven. Tetapi tongkat itu tak berhasil mengenai, melainkan mengenai kepala si botak sendiri. "Ahkk …." Dalam sekali benturan, kepala si kepala botak menampakkan garis yang mengalirkan darah dari kepalanya. Pria itu menjerit dan berguling-guling di lantai. Melihat itu, yang lainnya segera menyerang bersamaan dengan mengayunkan serangan tongkat besi mereka, tetapi dalam waktu singkat, suara gedebukan mengakhiri perkelahian itu. Sembilan pria kekar para petarung senior milik Storm sudah tergetak di lantai bagai tumpukan karung beras. Storm bergetar