Setelah mendiskusikan pertemuan mereka dengan Aryan untuk besok pagi, Valentino langsung berangkat dengan menggunakan identitasnya sebagai Calvin Miller.
Sesungguhnya dia lebih nyaman menggunakan identitasnya sebagai Aditya Putra dibandingkan dengan Calvin Miller. Karena sebagai Calvin, dia sama saja menunjukkan wajah aslinya dan terkadang dia masih merasa cemas jika ada orang di masa lalunya yang mengenali dirinya.
Dan sebenarnya memang hal ini cukup berisiko mengingat dulunya Valentino cukup banyak mengenal orang-orang di sekitar ayahnya termasuk orang-orang yang menjadi anak buah Rosa. Dia takut ada yang mengenali wajah aslinya.
Memang perbedaan postur tubuhnya yang dulu dan sekarang sangat jauh berbeda. Dirinya yang dulu bertubuh gemuk dan juga padat serta pipi yang sangat chubby. Sedangkan sekarang dirinya sudah lebih tinggi dan juga ber postur tegap dan proposional.
Meskipun jauh berbeda, tapi buktinya Sriani dan Aryan langsung bisa mengenali di
"Saya akan mengantar kamu pulang," ucap Valentino. David yang sudah mulai mabuk menoleh ke arah Valentino. "Ah, teman baruku memang sangat baik sekali," ucap David diiringi tawa cekikikan. Pria itu rupanya memang mulai kehilangan kewarasannya. Valentino membantu David untuk pergi ke mobilnya lalu dia pun menyetir mobilnya sendiri. Valentino membiarkan mobil David tertinggal di Paradise Night Club. "Ayo, David. It's time to go home," ucap Valentino. Valentino mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang sedang. Pria itu berkali-kali menoleh ke arah David yang sudah tertidur pulas. Dia bisa saja mencelakai David sekarang juga namun dia bukanlah orang pengecut yang menyerang orang yang sedang tidak sadar. Jadi dia tetap akan kembali pada rencananya sebelumnya. Dia tetap akan menunggu waktu yang tepat untuk menyerang David. Untuk saat ini dia membutuhkan informasi sebanyak mungkin dari saudaranya ini. Hanya se
Valentino menempati kamar tamu yang telah disiapkan oleh Sriani, kepala pembantu yang juga Ibu dari sahabatnya, Aryan. Sriani sangat terkejut melihat Valentino yang malam-malam ada di rumah keluarga Araya. Namun dia berhasil menyembunyikan keterkejutannya dan mulai menjalankan perannya untuk berpura-pura tidak mengenal Valentino. "Sriani, kau layani Tuan Muda ini baik-baik dan jangan sampai hai kau berbuat salah. Calvin Miller adalah tamu kehormatan anak saya. Jadi kau jangan coba-coba membuatnya tak betah di sini," ucap Rosa di depan kamar Valentino. "Baik, Nyonya," balas Sriani. "Baiklah, Calvin. Saya mau kembali ke kamar saya. Silahkan beristirahat dan jika kau butuh sesuatu kau bisa bilang pada Sriani. Selamat malam," ucap Rosa ramah. Valentino perhatikan baik-baik hingga Rosa menghilang dari matanya. "Apakah Ibu baik-baik saja?" tanya Valentino pelan. Sriani langsung saja menggandeng Tuan mudanya itu untuk masuk ke dalam k
Valentino sudah sangat yakin jika David memang benar-benar percaya terhadapnya. "Apakah kau ada waktu hari ini?" tanya David. Valentino menoleh ke arah David. Mereka sedang sarapan setelah selesai jogging. "Memangnya ada apa?" tanya Valentino. "Bagaimana kalau kau main ke kantorku? Bukankah kau belum pernah pergi ke kantorku?" tanya David. Valentino hampir saja tersedak karena mendengar hal itu. "Iya. Bagaimana mungkin saya sudah pergi ke kantormu kalau saya saja baru tiba di negara ini?" ucap Valentino sambil masih meminum kopinya. "Bagus. Aku sudah menyiapkan pakaian kamu. Aku memilihkan kualitas yang terbaik untuk kamu. Pakaian itu baru saja dibeli dari butiknya langsung. Aku harap kau menyukainya," ucap David. Valentino tidak mempercayai apa yang telah didengarnya. Ini David? Jadi inikah seorang David Araya jika dia telah mempercayai seseorang? Wow, ini benar-benar luar biasa. Lalu Valentino
Valentino ingin sekali marah dan mengatakan jika itu tidak benar namun tentu saja tidak bisa mengatakan hal itu. Semarah apapun dirinya terhadap semua orang yang mengira dirinya itu menyukai sesama jenis, tetap yang paling baik adalah membiarkan mereka mengiranya seperti itu. Hal ini untuk melindungi identitas aslinya. David yang melihat Valentino agak terlalu terkejut kemudian tersenyum. "Jangan bingung, buddy!" ucap David. Valentino ingin menonjok wajah David yang terlihat mengejek itu. David itu sudah mengejek hubungan antara Agusta dan dirinya. "Saya tidak bingung, saya hanya terkejut," ucap Valentino. "Ah, kau tak perlu terkejut seperti itu. Semua orang di sini sudah tahu dan tak mempermasalahkan hal itu. Kami menerima saja dan tak melarang hubungan semacam itu. Lagi pula itu bukan urusan kami, melainkan urusan pribadi masing-masing, selama kinerja mereka oke. Semua tak akan menjadi masalah," jelas David. Valentino mengangguk.
Agusta segera kembali ke kediaman Valentino setelah dia selesai berbincang-bincang dengan Aryan mengenai rencana mereka selanjutnya. Saat ini dia sedang menunggu kedatangan teman baiknya itu yang katanya sebentar lagi akan pulang ke rumah. "Bagaimana urusan kamu dengan Aryan tadi?" tanya Valentino mengagetkan Agusta yang sedang melamun. "Lancar. Aku sudah memberitahu dirinya tentang rencana kita dan dia juga sudah paham dengan semuanya," jawab Agusta. Valentino mengangguk puas. "Lalu bagaimana dengan surat resign kamu? Apakah kau sudah selesai mengurusinya?" tanya Valentino. "Beres. Kau besok harus memberikannya pada Agusta sebagai kekasih yang baik," ucap Agusta dan langsung saja pendapat pandangan menakutkan dari Valentino. Agusta tergelak. Dia suka sekali membuat temannya itu kesal karena sekarang hal itu menjadi hiburan baginya di apartemen Valentino yang membuatnya terasa seperti dipenjara. Ini juga karena ulah David yang
David Araya memilih untuk melepaskan Agusta untuk sementara waktu. Tapi dia berjanji akan segera membunuh pria itu karena dia sudah mencoreng mukanya. Dia tidak terima ketika Agusta memilih untuk mengundurkan diri dari perusahaannya. Padahal kalau si bodoh itu tidak resign dari perusahaannya, dia pasti tidak akan pernah berniat untuk membunuhnya lagi. "Apakah Anda yakin jika Anda ingin melepaskannya sekarang, Tuan Muda?" tanya Misky. "Iya. Aku ingin memberinya waktu sebentar untuk dirinya bisa menikmati hidupnya sebelum kita mengambil semua itu. Biarkan saja dia berbahagia lebih dulu dan lengah. Jika dia sudah santai aku yakin penjagaan mereka pasti juga akan melemah," ucap David yang ternyata sudah bisa menganalisis keadaan. Misky mengangguk setuju dengan rencana David. "Baik, Tuan Muda. Lalu bagaimana dengan dokter dan pengacara itu? Apakah ini sudah saatnya kita melepaskan mereka atau masihkah kita harus menahan mereka?" tanya Misky. David
Bara tidak ingin mengambil pusing apa yang dikatakan oleh Stefan. Dia sudah mengenal sahabatnya itu sejak lama dan tahu jika pria itu selalu berbicara sembarangan namun tak pernah memiliki niat untuk menyakiti siapapun. "Ah, berhentilah untuk berdebat! Sekarang bukankah waktunya untuk merayakan kesuksesan besarmu?" tanya David yang langsung disambut oleh Bara dengan sharingan khas miliknya. "Kalau semua itu kau tak perlu bertanya lagi. Sebentar lagi wanita-wanita cantik yang sudah aku pesan akan datang," ucap Bara sambil mengedipkan matanya pada sahabatnya. David langsung tertawa karena senang sahabatnya itu mengerti apa yang dia maksud. Stefan hanya mengerang karena dia tak ingin ambil dalam bagian ini. "Aku tak akan ikut-ikutan," ucap Stefan yang sudah lama tak pernah menyentuh wanita selain wanita simpanannya yang saat ini masih tinggal di kediamannya. "Kenapa kau sekarang ini tak pernah mau ikut dalam permainan kita? Apa jangan-jan
David yang sangat syok melihat Almyra tiba-tiba ada di hadapannya sambil memandang galak ke arahnya dan wanita itu pun langsung saja melepaskan dirinya dari kedua wanita panggilan itu. David segera memungut kemeja dan celananya yang tergeletak di lantai. "Baby, kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya David dengan bodohnya. Almyra mendecih. "Kenapa kau menanyakan pertanyaan yang tak perlu kau tanyakan?" ucap Almyra sinis. David dengan segera memakai bajunya dan cepat-cepat menghampiri wanita cantik itu. Bara langsung mengusir wanita-wanita itu dari sana dan memakai pakaiannya sendiri. Stefan yang mendengar keributan itu pun hanya menyandarkan dirinya di pintu sambil meminum VN12 dengan santainya. Pria satu itu tak terlibat dalam masalah ini dan tak ingin juga ikut campur dalam pertengkaran antar sepasang kekasih. "Baby, dengarkan aku dulu! Ini tidak seperti yang kau bayangkan," ucap David sambil mencoba meraih tangan Almyra yang la