Peperangan di benteng utara mengalami kekalahan, tapi tidak terlalu parah. Setidaknya mereka masih bisa mempertahankan benteng dari serangan susulan pasukan Wei. Jauh di pandangan mata ada begitu banyak mayat para prajurit yang gugur di medan perang.
Dari atas benteng Zhang Yuan melihat lautan darah dan bekas-bekas kobaran api yang menyelimuti sang pejuang-pejuang pemberani. Masing-masing kerajaan yang bersengketa mengutus beberapa prajurit ke tengah-tengah bekas medan peperangan untuk menjemput prajurit-prajurit yang telah meninggal agar bisa dikebumikan secara layak.
Setiap prajurit yang meninggal dikirim kembali ke keluarga atau kerabat terdekat untuk dikebumikan, tapi bagi prajurit yang hanya sebatang kara justru dikebumikan di tanah peperangan Utara.
Kedatangan Zhang Yuan telah menghilangkan kecemasan para prajurit yang terluka dan mengisi lumbung makanan mereka selama beberapa bula
“Panglima Zhang Yuan, akhirnya kau datang.” Liu Bai menerobos masuk ke dalam ruangan Zhang Yuan dengan ekspresi wajah serius. “Tentu saja. Kalau bukan aku, siapa lagi yang ditunggu Dong Shuo.” Kedatangan Liu Bai bukan hanya untuk menyapa, tapi memberikan informasi sesuai dengan perintah Zhang Yuan. Beberapa hari yang lalu Dong Shuo menggunakan kesempatan kekalahan peperangan dengan mengirimkan beberapa peti berisi logam ke pasukan Wei saat semua orang sibuk menangani prajurit yang terluka. Mendengar hal ini Zhang Yuan tidak terkejut lagi, sebab sejak awal dia sudah tahu kalau Dong Shuo sengaja menggunakan kesempatan saat dia berada dalam masa hukuman dan sengaja memancing agar Zhang Yuan melawan perintah kaisar dengan mengikuti pasukan mereka. “Tidak masalah, Liu Bai. Pengorbanan logam itu telah terbayarkan dengan dua kubu pertahana
Zhang Yuan tersenyum lebar beriring dengan dikeluarkannya token pemimpin seratus pasukan yang telah diberikan oleh kaisar sebelum dia berangkat. “Kaisar telah memberikan izin agar aku memiliki hak untuk memimpin kembali seratus prajuritku.” Mata Dong Shuo membelalak sejenak lalu tersenyum paksa, “kalau begitu ikuti saja pendapat panglima Zhang Yuan. Aku ingin melihat sendiri bagaimana kehebatan seratus prajuritmu untuk menghadang pasukan Wei.” “Tuan Dong Shuo tenang saja, aku tidak akan mengecewakan kepercayaan kaisar,” balas Zhang Yuan tersenyum lebar. Selesai menyusun rencana dan strategi, ketiga pemimpin penyerangan segera mengerahkan pasukan masing-masing melalui jalur yang berbeda. Keberangkatan kali ini telah dicurigai oleh Zhang Yuan kalau Dong Shuo pasti sudah merencanakan hal buruk untuk meng
Di lain sisi, kereta yang membawa pangeran kelima melarikan diri dari pertempuran terlihat dari kejauhan. Seorang prajurit yang memantau melaporkan dengan cepat kalau kereta itu sedang mengarah ke arah mereka. Usaha Zhang Yuan untuk menghalangi jalan agar tidak bisa dilalui oleh kereta akhirnya berhasil. Dia meminta semua prajurit bersiap di posisi masing-masing untuk mengepung pangeran kelima di dalam kereta. Namun begitu kereta muncul dalam pandangan, ada keanehan dirasakan Zhang Yuan. Bagaimana mungkin seorang pemimpin tega melarikan diri dan meninggalkan pasukan yang berjuang melawan musuh. Usaha mereka memblokir jalan berhasil menghentikan kereta, pasukan Zhang Yuan segera melakukan tindakan mendekati kereta dan membentuk formasi pengepungan. Melihat kesempatan telah datang Zhang Yuan segera melompat ke beberapa prajurit yang mengangkat perisai mereka ke atas kepala agar mempermudah
Mayat para prajurit bertumpuk di depan mata. Rumor tentang keperibadian pangeran kelima—Wei Hongli adalah kenyataan. Tak memedulikan prajurit sendiri untuk membinasakan prajurit musuh. Melihat tak ada gunanya serangan panah itu bagi pasukan Song, pengawal Wei Hongli segera memerintahkan prajuritnya untuk menyerang pasukan musuh. Sedangkan di dalam kereta Wei Hongli masih duduk diam, membiarkan dentingan pedang mengalun indah bagai musik di telinganya. Dalam pertempuran itu, prajurit Song berjuang mati-matian untuk mengalahkan pasukan musuh yang datang. Namun hal aneh terjadi, pedang yang digunakan prajurit Song patah dalam beberapa kali tebasan melawan prajurit Wei. “Panglima Zhang Yuan, jika terus seperti ini takutnya prajurit kita akan banyak yang terluka,” ucap jenderal Fang Jianming membentur belakang Zhang Yuan dengan punggungnya. “A
“Baik! Kalau begitu jangan salahkan aku jika mengecewakan apa yang kau inginkan.” Zhang Yuan tersenyum samping lalu maju ke tengah lapangan kosong yang memisahkan dua pasukan. “Tidak boleh! Panglima Zhang Yuan, kau tidak boleh mempertaruhkan benteng Utara. Ini adalah perintah!” sela Fang Jianming menghentikan langkah kaki Zhang Yuan. “Maaf jenderal Fang, kali ini aku akan melanggar perintahmu. Hukuman, akan aku terima setelah memenangkan pertarungan ini. Dan jika aku kalah, maka tubuhku yang akan menjadi perisai menahan serangan mereka!” Dengan sangat yakin Zhang Yuan melanjutkan langkahnya ke depan, di mana Wei Hongli sudah menunggu. Suasana menjadi hening dan tegang, menantikan pertarungan menarik di depan mata mereka. Sorot mata tajam keduanya telah memulai pertarungan pertama di udara. Kali ini Zhang Yuan memilih untuk men
Zhang Yuan sempat menghalangi bubuk itu dengan tangannya, tapi sayang sebagian bubuk yang beterbangan telah masuk ke dalam matanya. Terasa sangat perih dan panas hingga dia harus memundurkan langkahnya. Perlahan-lahan Zhang Yuan membuka mata untuk melihat Wei Hongli, tapi pandangan di depan sana menjadi kabur, bahkan bayangan Wei Hongli tidak begitu jelas. Semakin dia memfokuskan matanya, rasa perih itu semakin menjadi. “Kau curang pangeran kelima!” teriak Fang Jianming yang geram melihat tindakan licik Wei Hongli. “Tidak ada peraturan untuk tidak menggunakan senjata rahasia, bukan?” balas Wei Hongli tersenyum lebar. Zhang Yuan menarik napas dalam-dalam dan memejamkan matanya, hanya dengan cara ini barulah bisa menghilangkan sedikit rasa sakit itu. Terlebih menenangkan pikirannya agar bisa fokus untuk melanjutkan pertarungan dengan Wei Hongli meski dal
Sang tabib hanya menundukkan wajah, tak berani berbicara. Dan Zhang Yuan pun mulai menebak-nebak dengan pikirannya sendiri, tapi tetap saja hanya dibalas dengan gelengan kepala. “Paling lama satu bulan, panglima Zhang,” ucap sang tabib membuat Zhang Yuan terbungkam. Bukannya dia takut dengan kematian, tapi malu terhadap ayah, kakak, dan jenderal Jing Lei yang telah meninggal karena berjuang menghancurkan Dong Shuo. Kalau dulu dia akan pasrah jika maut menjemputnya, tapi berbeda dengan sekarang. Ada janji yang harus ditepati, ada rakyat yang harus dia jaga, ada kerajaan yang harus dia pertahankan, dan ada musuh yang sampai sekarang belum berhasil dikalahkan. Meski pun perkataan sang tabib adalah isyarat dari dewa kematian, tapi Zhang Yuan telah bertekad untuk melawan mautnya sendiri. Dia tidak akan menerima kematian sebelum dendam nyawa terbayarkan. “Tabib, a
Tanpa ragu-ragu lagi Zhang Yuan segera meneguk ramuan yang ada di tangan. Dia segera berbaring dan membiarkan sang tabib mengoleskan ramuan untuk matanya dan melingkarkan kain berwarna putih agar ramuan yang baru saja dioleskan bisa meresap dengan baik. “Panglima Zhang, sebentar lagi kau akan melewati masa-masa sulit. Semoga kau bisa bertahan.” Baru saja sang tabib memperingatkannya, seluruh organ dalam Zhang Yuan bagai disayat oleh pedang. Bahkan jantung yang berdetak semakin cepat dan tidak karuan. Penderitaan itu menyebabkan Zhang Yuan kesulitan untuk bernapas karena harus menahan setiap rasa sakit di bagian dalam tubuhnya. “Tu-tuan, apa yang harus aku lakukan?” Liu Bai panik mendengar suara Zhang Yuan yang menahan jeritannya. “Sebaiknya Tuan Liu Bai menemani panglima Zhang, dan tolong jangan biarkan siapapun masuk selama satu ma