Mayat para prajurit bertumpuk di depan mata. Rumor tentang keperibadian pangeran kelima—Wei Hongli adalah kenyataan. Tak memedulikan prajurit sendiri untuk membinasakan prajurit musuh.
Melihat tak ada gunanya serangan panah itu bagi pasukan Song, pengawal Wei Hongli segera memerintahkan prajuritnya untuk menyerang pasukan musuh. Sedangkan di dalam kereta Wei Hongli masih duduk diam, membiarkan dentingan pedang mengalun indah bagai musik di telinganya.
Dalam pertempuran itu, prajurit Song berjuang mati-matian untuk mengalahkan pasukan musuh yang datang. Namun hal aneh terjadi, pedang yang digunakan prajurit Song patah dalam beberapa kali tebasan melawan prajurit Wei.
“Panglima Zhang Yuan, jika terus seperti ini takutnya prajurit kita akan banyak yang terluka,” ucap jenderal Fang Jianming membentur belakang Zhang Yuan dengan punggungnya.
“A
“Baik! Kalau begitu jangan salahkan aku jika mengecewakan apa yang kau inginkan.” Zhang Yuan tersenyum samping lalu maju ke tengah lapangan kosong yang memisahkan dua pasukan. “Tidak boleh! Panglima Zhang Yuan, kau tidak boleh mempertaruhkan benteng Utara. Ini adalah perintah!” sela Fang Jianming menghentikan langkah kaki Zhang Yuan. “Maaf jenderal Fang, kali ini aku akan melanggar perintahmu. Hukuman, akan aku terima setelah memenangkan pertarungan ini. Dan jika aku kalah, maka tubuhku yang akan menjadi perisai menahan serangan mereka!” Dengan sangat yakin Zhang Yuan melanjutkan langkahnya ke depan, di mana Wei Hongli sudah menunggu. Suasana menjadi hening dan tegang, menantikan pertarungan menarik di depan mata mereka. Sorot mata tajam keduanya telah memulai pertarungan pertama di udara. Kali ini Zhang Yuan memilih untuk men
Zhang Yuan sempat menghalangi bubuk itu dengan tangannya, tapi sayang sebagian bubuk yang beterbangan telah masuk ke dalam matanya. Terasa sangat perih dan panas hingga dia harus memundurkan langkahnya. Perlahan-lahan Zhang Yuan membuka mata untuk melihat Wei Hongli, tapi pandangan di depan sana menjadi kabur, bahkan bayangan Wei Hongli tidak begitu jelas. Semakin dia memfokuskan matanya, rasa perih itu semakin menjadi. “Kau curang pangeran kelima!” teriak Fang Jianming yang geram melihat tindakan licik Wei Hongli. “Tidak ada peraturan untuk tidak menggunakan senjata rahasia, bukan?” balas Wei Hongli tersenyum lebar. Zhang Yuan menarik napas dalam-dalam dan memejamkan matanya, hanya dengan cara ini barulah bisa menghilangkan sedikit rasa sakit itu. Terlebih menenangkan pikirannya agar bisa fokus untuk melanjutkan pertarungan dengan Wei Hongli meski dal
Sang tabib hanya menundukkan wajah, tak berani berbicara. Dan Zhang Yuan pun mulai menebak-nebak dengan pikirannya sendiri, tapi tetap saja hanya dibalas dengan gelengan kepala. “Paling lama satu bulan, panglima Zhang,” ucap sang tabib membuat Zhang Yuan terbungkam. Bukannya dia takut dengan kematian, tapi malu terhadap ayah, kakak, dan jenderal Jing Lei yang telah meninggal karena berjuang menghancurkan Dong Shuo. Kalau dulu dia akan pasrah jika maut menjemputnya, tapi berbeda dengan sekarang. Ada janji yang harus ditepati, ada rakyat yang harus dia jaga, ada kerajaan yang harus dia pertahankan, dan ada musuh yang sampai sekarang belum berhasil dikalahkan. Meski pun perkataan sang tabib adalah isyarat dari dewa kematian, tapi Zhang Yuan telah bertekad untuk melawan mautnya sendiri. Dia tidak akan menerima kematian sebelum dendam nyawa terbayarkan. “Tabib, a
Tanpa ragu-ragu lagi Zhang Yuan segera meneguk ramuan yang ada di tangan. Dia segera berbaring dan membiarkan sang tabib mengoleskan ramuan untuk matanya dan melingkarkan kain berwarna putih agar ramuan yang baru saja dioleskan bisa meresap dengan baik. “Panglima Zhang, sebentar lagi kau akan melewati masa-masa sulit. Semoga kau bisa bertahan.” Baru saja sang tabib memperingatkannya, seluruh organ dalam Zhang Yuan bagai disayat oleh pedang. Bahkan jantung yang berdetak semakin cepat dan tidak karuan. Penderitaan itu menyebabkan Zhang Yuan kesulitan untuk bernapas karena harus menahan setiap rasa sakit di bagian dalam tubuhnya. “Tu-tuan, apa yang harus aku lakukan?” Liu Bai panik mendengar suara Zhang Yuan yang menahan jeritannya. “Sebaiknya Tuan Liu Bai menemani panglima Zhang, dan tolong jangan biarkan siapapun masuk selama satu ma
Begitu masuk ke dalam, mereka mendapati Zhang Yuan terbaring di atas tempat tidur. Sang tabib segera melaporkan kondisi kesehatan Zhang Yuan sesuai dengan apa yang telah mereka bicarakan tadi. Hal ini juga didukung oleh Zhang Yuan dengan memaksa dirinya batuk agar lebih meyakinkan Dong Shuo kalau dia sekarang sudah sekarat. Dong Shuo berjalan mendekati Zhang Yuan dan duduk di sampingnya. Dia menunduk dan berbisik di telinga Zhang Yuan, “sayang sekali ... kau tidak bisa melihat kejayaanku.” “Tabib, apa tidak ada cara lain untuk mengobati racunnya?” tanya jenderal Fang Jianming. “Aku sudah melakukan yang terbaik, tapi hanya bisa menekan racun untuk memperlambat penyebarannya, dengan begini bisa memanggil tabib dari istana untuk memeriksa panglima Zhang. Kemampuan dan keterbatasan obat di benteng tidak cukup untuk menyembuhkannya.”&nbs
Pembicaraan mereka terhenti saat tabib datang lagi membawa kotak medisnya. Dia meletakkan kotak medis di meja dan membukanya. Di dalam ada pakaian pembantu tabib yang sudah disediakan untuk digunakan Zhang Yuan. Tanpa menunggu lama, Zhang Yuan segera memakainya dan mengikuti sang tabib keluar dari dalam kamar. Dia diminta oleh tabib untuk bergabung bersama barisan tabib lainnya secara diam-diam. Hari ini tabib beralasan keluar dari benteng untuk mencari tanaman obat di pegunungan karena stok obat-obatan telah habis terpakai merawat para prajurit yang terluka. Di belakang barisan beberapa pembantu tabib, Zhang Yuan diam menundukan wajahnya. Cadar yang menutupi sebagian wajahnya membuat salah satu prajurit yang berjaga menatap curiga dan menghadang jalannya. “Kamu! Tunjukan wajahmu!” “Uhuk ... uhuk....” Zhang Yuan berimprovisasi dengan berb
Banyaknya uang yang jatuh menyebabkan situasi sudah tidak terkendali sebab semua orang saling memperebutkan sekian banyak perak di jalanan. Hal ini memberikan kesempatan bagi Zhang Yuan untuk menyelusup ke dalam kerumunan dan menjauhi keramaian. Kekacauan itu membuat para prajurit harus mengambil tindakan tegas dengan menendang semua orang dan memisahkan rakyat dari para pria yang baru direkrut. Sayang sekali tindakan Zhang Yuan melarikan diri dilihat oleh salah satu prajurit. Zhang Yuan bergegas masuk ke rumah bordil, bahkan menerobos semua penjaga di dalam sana. Dia sangat gesit melompat dari satu meja ke meja lain. Dan berlari cepat menaiki tangga menuju lantai dua. Rumah bordil bukanlah sesuatu asing lagi baginya, dia memasuki salah satu kamar yang tersendiri dan tentu saja merupakan ruangan khusus bagi wanita populer di tempat itu. Begitu masuk, seorang wanita cantik berteriak ketak
Beberapa hari mencari informasi dan menyusun rencana agar bisa masuk ke dalam istana tanpa menimbulkan kecurigaan, akhirnya Zhang Yuan mendapatkan apa yang selama ini dia cari. Toko buah, sayur dan daging berkualitas menjadi target utamanya untuk memulai awal rencana. Dia masuk ke dalam dan memperhatikan di seluruh pajangan barang dagangan yang mereka jual. Dengan mengandalkan penampilan lusuh dan sederhana seperti rakyat biasa dia berhasil menarik perhatian. Ditambah lagi beberapa jeruk dan buah lainnya yang dia makan semakin membuat seorang pelayan toko mengawasinya. Setelah merasa kenyang, dia berjalan keluar dengan santai. Namun sang pelayan menghentikannya dan meminta dia membayar semua buah yang dimakannya. Zhang Yuan merogoh saku di bagian dalam lengan baju lalu mencari uang di seluruh tubuhnya, tapi sayang tidak ada yang bisa dia gunakan untuk membayar. Melihat ekspresi Zhang Yua