Udara di puncak sangat mendukung mereka untuk menikmati makanan yang hangat. Ternyata dalam hal memasak, Shana begitu pintar dan lebih cekatan dibandingkan Indira dan Siwi. Genta sedang merayu Shana untuk kembali memasak udang cabai hijau kesukaannya.
“Tapi kamu bayarin aku massage ya?” todong Shana pada Genta.
“Iya deh. Sepuluh kali juga ayo!” sambut Genta menyanggupi. Indira tersenyum dan membantunya memasak sementara Siwi sedang sibuk menemani Renzo membangun bangunan dari batang korek api bersama Keenan.
Ponsel Keenan berbunyi dan ketika melihat nama di layar, dia segera bangkit dan keluar. Tidak ada yang curiga sedikit pun tentang panggilan tersebut. Keenan berjalan menuju halaman dan mengusap ikon hijau.
‘Halo, Al?’
‘Apa kabar, Bro?’
‘Baek. Kemana aja Loe?’
‘Ada di sini.’
‘Loe gila, Al! Bisa-bisanya pergi tanpa berita dan konyol banget sikap Loe
Undangan dari kedutaan Indonesia itu Alden terima dengan hati penuh tanya. Sudah kali kedua ia menerima undangan untuk paguyuban bagi warga Indonesia yang tinggal di Indonesia. Ia tidak mungkin menolak untuk menghadiri acara tersebut. Pikirnya mungkin perlu untuk mendekatkan diri supaya mudah dalam proses mendapatkan perpanjangan visa.Acaranya sekitar pukul tujuh malam dan Alden berniat untuk memenuhi undangan tersebut.Pria itu memilih baju yang tepat untuknya menghadiri acara tersebut. Setelah usai, jam di tangannya sudah menunjukkan pukul lima sore. Ia segera bergegas dan mandi.Jarak yang akan dia tempuh nanti adalah sekitar satu jam dan Alden tidak ingin hadir terlambat. Tidak sulit untuknya mendapatkan taxi dan mobil berwarna kuning itu meluncur menuju kantor kedutaan.Dengan ragu-ragu, Alden menunjukkan kartu undangan pada penerima tamu dan pemuda itu tersenyum lebar dan melupakan bahasa Swedia yang tadinya sempat ia lontarkan pada Alden.T
Mengenal pribadi Niara cukup membuat Alden terhibur. Kesan pertama yang tidak begitu baik, kini akhirnya luntur dan Alden menikmati kebersamaan mereka.Niara adalah wanita yang belum ia kenal seutuhnya. Di luar pembawaannya yang ceria dan suka berkelakar, dia juga menyimpan sesuatu yang tidak pernah ia ungkapkan pada Alden.Hanya saja, jika Alden menilai, Niara pernah mengalami hal yang membuatnya begitu trauma dan dia memang mencoba melarikan diri dari masa lalunya. Hari ini Alden baru saja menerima pesan dengan emoticon lucu dari Niara yang mengatakan bahwa indomie adalah makanan paling berharga.Alden tersenyum geli. Niara baru saja mendapatkan kiriman dari keluarganya yang dititipkan lewat salah satu anggota komunitas mereka. Tawaran untuk Alden turut menikmati mie instan khas Indoensia tersebut terlontar dan ia berjanji membawa sore itu.Alden baru saja memutuskan untuk menghubungi ibunya. Tangis Menik bercampur dengan marah dan omelan khas ibunya pu
Pagi hari, Alden terbangun karena aroma harum yang menguar dari dapurnya. Dengan mata setengah mengantuk, ia membuka mata. Setengah terpicing ia memastikan siapa yang ada di dapur. Alden dengan malas bangkit dan menyeret kakinya menuju ke arah dapur.Niara dengan suara bersenandung merdu, sedang bernyanyi sembari menyiapkan mie kuah instan untuknya!“Pagi!” serunya dengan suara biasa dan ceria. Raut suram dan sendu tadi malam hilang dan seperti tidak pernah ada.“Mie instan siap disantap lima menit lagi!” ucapnya kemudian.Alden memberi isyarat untuk ijin membasuh muka dan sikat gigi dulu. Niara mengangguk dan kembali sibuk memotong sayuran dan jamur untuk tambahan.Setelah merasakan air dingin menyentuh wajah dan segarnya pasta gigi menyegarkan mulutnya, Alden siap bersantap hidangan istimewa.Ketika tiba di dapur, Alden bingung. Mie instan sudah terhidang dengan kepulan asap panas yang menggoda perutnya, tapi Niara
Niara membetulkan ranselnya yang melorot dan menekan bel. Tidak lama terdengar langkah kaki dan pintu terkuak. Alden tersenyum ceria dan membuka pintu lebar-lebar.“Empat puluh menit! Telaaat!” protes Alden.Niara menunjukkan kantong belanja dan membuat gerakan cepat.“Aku belanja dulu, karena aku bakal nginep di sini!” cetus Niara dalam bahasa isyarat.Alden mengernyitkan dahi dan berharap tidak ada yang terjadi pada Niara.“Tenang! Kali ini bukan karena aku terdesak!” hibur Niara sembari teriak dari dapur.Alden tertawa lega dan menarik snack rumput laut dari paper bag yang baru dirapikan ke dalam kulkas oleh Niara.“Aku siap dengar ceritamu. Kalo menarik, semua outline akan kuganti dengan ceritamu,” ungkap Niara sembari membuka laptop dan duduk di karpet.Alden masih sibuk mengunyah sementara menyiapkan rangkuman kisahnya dengan Indira.“No judgement, janji ya?&rdq
Ada beberapa hal yang tidak bisa dipungkiri dalam hidup. Salah satunya adalah menghapus masa lalu. Sejauh apa pun kita melangkah dan melarikan diri dari tempat yang menjadi kenangan buruk tersebut, masa lalu itu tetap akan mengikuti kita seperti bayangan.Seperti Niara, mencoba melepaskan ikatan yang menjeratnya ke dalam lingkaran kuat yang mengekang kebebasannya untuk menjadi manusia bebas seutuhnya. Berulang kali ia menghindar, akan tetapi, sosok yang membuatnya terpuruk, mengejar seperti tidak memiliki belas kasihan sedikit pun.“Tinggalkan aku, kumohon,” pintanya dengan memelas. Manusia yang seharusnya menjadi pelindung bagi dirinya sebagai wanita yang telah dinikahi, bersikukuh untuk memintanya kembali.Niara tidak mampu mengungkap kelicikan pria yang telah membuatnya trauma selama lima tahun pernikahan. Hidupnya bagaikan berada di lubang neraka yang tidak memiliki dasar.Bondan. Pria yang ia pikir bisa membawanya mengarungi pernikahan ba
Mama, Aku Sudah TahuIndira menggantungkan bingkai lukisan Renzo di lorong menuju ruang tamu. Walau bukan darah dagingnya, Renzo ternyata memiliki bakat yang sama dengan Indira. Melukis.Putranya masih ekstrakurikuler renang dan sebentar lagi akan pulang. Indira segera menyiapkan makan malam untuk mereka. Ia mengeluarkan ayam bumbu yang sudah tinggal masuk oven. Sementara itu, sayuran yang sudah disiapkan Narti, ia tumis. Sejenak Indira sibuk memasak.Narti turun dari lantai atas untuk mengangkat jemuran yang sudah terlipat rapi."Hujan lagi kayaknya ntar malam," lapor Narti dengan khawatir karena Renzo belum pulang. Matanya melirik ke arah jam dinding, pukul lima sore lebih."Renzo kok belum pulang, Mbak?" tanya Narti cemas."Sudah dalam perjalanan, baru aja pelatihnya kirim pesan," sahut Indira membersihkan kompor dengan cekatan.Narti segera bersiap ke depan. Indira menata piring dan semua sudah siap.***Makan
Tanpa menunggu waktu lagi, Alden melayangkan surat gugatan cerai dan semua dilakukan oleh Abby, kakaknya. Bukti-bukti yang menguatkan, termasuk Bondan sebagai pemakai obat yang sudah puluhan tahun meracuni, mereka sertakan.“Ini bakal bikin suamimu menerima ancaman hukuman mati, Nia. Kamu siap?” tanya Alden sewaktu membaca berkas yang Abby kirimkan padanya.Niara berpikir sejenak dan terlihat bimbang.“Nia? Kamu nggak bisa mundur lagi dan semua memang akan terjadi!” desak Alden tidak sabar.“Apa yang sebaiknya aku jawab, Al? Aku nggak berusaha membuatnya masuk penjara. Cuman mau bebas aja dari pria bejat itu,” keluh Niara resah.“Kamu tahu berapa banyak wanita yang sudah menjadi korban Bondan? Kamu tahu tahun-tahun yang kalian lewati itu sangat tidak adil dan meresahkan? Dia psikopat, Niara! Kamu seharusnya tidak mengampuni pria seperti Bondan!”“Tapi membiarkan dia dijatuhi hukuman mati?
Niara kini lebih bersemangat untuk menyelesaikan semua pekerjaannya yang tertunda selama ini. Beberapa buku yang sempat ditagih oleh penerbit, kini berhasil diselesaikan dalam tempo yang singkat. Alden selalu memberinya semangat untuk merampungkan satu persatu.“Tinggal buku kamu yang belum kelar. Semoga akhir minggu ini kelar dan bisa kita cetak,” harap Niara dengan antusias.“Aku ingin satu copy untuk kukirim pada seseorang,” pinta Alden.“Untuk Indira?” tanya Niara. Alden diam dan tidak segera menjawab.“Nggak apa-apa. Mungkin itu usaha yang bisa menyatukan kalian kembali,” harap Niara mendukung penuh rencana sahabatnya.“Ya. Walaupun kesannya pengecut, tapi cuman itu yang berani aku lakukan. Kesalahanku terlalu banyak padanya,” renung Alden dengan wajah penuh sesal.“Aku akan percepat dan kita harus realisasikan, Al!”Niara membuktikan janjinya. Seminggu penuh