Arthur dan Edna melanjutkan liburan singkat mereka ke Golden Lake, dan memutuskan untuk bermalam di sana hari itu. Seperti sebuah keberuntungan, Claudina juga akan ada acara di tempat tersebut keesokan harinya, jadi mereka mengatur pertemuan untuk makan malam. Mereka menghabiskan sore hari dengan santai di atas kapal pesiar, menikmati kelezatan makanan laut yang disiapkan oleh koki Restoran Golden Park. Saat berlayar, Arthur dan Edna berhenti untuk duduk di tepian, melemparkan makanan ikan ke dalam air. Meskipun musim dingin sedang dalam puncaknya, air mulai mencair, menandakan bahwa musim semi akan segera tiba."Ini sungguh luar biasa," kata Arthur dengan bangga."Apa kau juga berniat membeli Restoran Golden Park untuk makanannya, Bos?" Edna bertanya.Arthur menatap Golden Lake yang tenang, matahari terbenam rendah di langit. Dia duduk di tepi kapal pesiar super mewahnya selama satu jam terakhir. Dia merasa santai dengan suasana yang tenang, hanya terdengar suara air yang memukul la
Claudina Rigal memasuki ruangan dengan rambut seputih salju yang tergerai di punggungnya. Mata birunya bersinar menyoroti ruangan dengan cahaya misterius. Gaunnya sempurna, tunik musim dingin itu menari bersama udara yang berderak di sekelilingnya. Kecantikannya begitu menakjubkan hingga seolah semua udara tersedot keluar dari ruangan. Saat memasuki ruangan, Claudina dikelilingi oleh keheningan. Semua orang terkagum-kagum melihat kecantikan dan keanggunannya, dan untuk sesaat, waktu seakan berhenti untuk mengagumi kesempurnaan yang dimilikinya. Arthur tersenyum padanya, dan Claudina membalas dengan anggukan lembut di kepalanya serta senyum hangat. "Hai, Arthur," sapa Claudina dengan lembut. Arthur kemudian menarik kursi untuknya, dan dia duduk dengan anggun. Semua mata menatap Claudina dengan takjub, dan mereka mengutarakan kekagumannya dalam lubuk hati. "Ya Ampun, dia benar-benar Claudina! Ini pertama kali aku melihatnya secara langsung dan dia sungguh menakjubkan. Tidak ada keku
Claudina terpesona oleh permainan piano Arthur, dan matanya berkaca-kaca. "Permainan pianonya sangat indah," pikirnya, dan dengan rasa percaya diri yang baru ditemukannya, dia yakin mereka bisa melakukan duet pada percobaan pertamanya.Ketika Arthur berbalik menatapnya, dia tersenyum dan mengangguk.♫•*¨*•.¸¸♪“Sepanjang malam, aku memimpikan seorang kesatria yang pernah kulihat.”"Dalam hatiku, aku percaya dia akan datang membebaskanku.""Aku terkurung dalam penjara yang terbuat dari es dan salju."“Tapi aku tahu bahwa misinya akan membawa cahaya yang gemilang.”Arthur bermain piano dengan melodi yang sangat indah yang mengiringi nyanyian Claudina. Tanpa disadari, semua orang di restoran, mulai dari staf dapur hingga bagian depan, terhipnotis dan tak mampu menahan diri untuk mendekat. Mereka terpana mendengar permainan piano Arthur dan suara indah Claudina.Arthur dengan anggun dan terampil memainkan jari-jarinya di tuts piano, karena dia telah menghafal semua tangga nada dari lagu i
Arthur dan Claudina berjalan santai di sepanjang jalan berbatu di pantai, saat malam mencapai puncaknya. Lapisan tipis es yang perlahan mencair menyiratkan bahwa musim dingin akan segera berakhir, dan hampir tidak ada salju yang turun, menyingkap bangunan dan pohon-pohon di sekitarnya.Bulan terang bercahaya, menyinari bumi dan membuat wajah Claudina tampak lebih lembut di bawah sinar bulan.Keduanya tampak berjalan berdua saja. Namun, pada kenyataannya, beberapa pengawal telah ditempatkan secara strategis di depan dan belakang mereka, memastikan mereka dapat menikmati malam secara pribadi.Para penonton terpesona oleh kecantikan Claudina, mereka hanya bisa memandangnya dari kejauhan. Kulitnya yang putih seperti salju dan wajahnya yang sempurna membuat semua orang yang melihatnya menggigil.Claudina menengok ke kanan, matanya tertuju pada wajah Arthur. Dia tampak tenang dan karismatik. Claudina tersenyum lembut dan tertawa kecil."Aku merasa malam ini adalah malam paling berharga dala
Edna duduk di atas kursi kayu yang dihiasi bantal-bantal empuk di balkon belakang vila, tempat tinggalnya bersama Arthur. Dia memandang kolam di depannya dan mendengar suara tenang air yang mengalir dari satu sisi. Airnya masih hangat walau udara malam dingin, namun tetap menyenangkan untuk pengalaman mandi yang menyegarkan.Edna berhenti sejenak untuk menikmati pemandangan tenang di hadapannya; danau berkilauan di kejauhan, lampu-lampu bergemerlap seperti bintang, dan gedung-gedung tinggi bercahaya di pantai seberang. Suasana damai mengelilinginya, menyelimuti Edna dengan ketenangan.Langit malam di pulau kecil itu terlihat sangat cerah karena polusi udara yang rendah dibandingkan di kota. Serangkaian bintang berkelap-kelip, menciptakan pemandangan yang menakjubkan dan tak terlupakan di langit.Ponselnya berdering, dan ketika dia memeriksanya, dia menerima video dari Alpha, salah satu pengawal Arthur. "Hmmm, apa ini?" Ia bertanya-tanya saat membuka video. Wajahnya bercahaya dengan se
Aston Scott, seorang pria berusia 32 tahun, merupakan salah satu dari tiga orang terkaya di Southlake. Pengaruhnya tidak hanya berasal dari sumber daya finansialnya yang besar, tetapi juga hubungannya dengan tingkat tertinggi kepolisian, serta jaringannya yang berkembang di dalam Underworld. Underworld adalah jaringan luas di kota yang terhubung ke semua bagian dunia gelap. Jaringan ini dikelola oleh lima orang berpengaruh yang dikenal sebagai ‘The Five Underworld Leaders’, di mana Aston Scott adalah salah satu yang terkenal dengan kekerasannya.Malam itu, di sebuah ruang pribadi yang terpencil, lima orang duduk di sofa mewah mereka, saling berhadapan dengan santai. Beberapa memegang cerutu, dan beberapa memegang gelas anggur.Johan Monk, yang lebih dikenal sebagai 'sang Raja', duduk bersila. Dia memiliki rambut putih, tubuh tinggi, dan berusia 50-an. Dia menghisap cerutu besar dan terlihat tenang."Jadi, Aston," katanya, "Kau membawa semua pemimpin Underworld ke tempat ini untuk mas
Arthur naik taksi menuju ke kediaman Alicia sore itu, sesuai permintaan Alicia. "Arthur Oppa," katanya melalui telepon, "tolong jangan terlalu menarik perhatian; aku tidak ingin tetanggaku curiga melihat seseorang dengan mobil edisi super terbatas datang ke sini di siang hari." Keluar dari taksi, Arthur berjalan melalui pintu masuk ke kompleks apartemen, dia mengenakan jeans berwarna biru, kemeja lengan panjang warna putih, dan sepatu kets, memberinya kesan yang sangat santai. Saat berjalan menuju apartemen, seorang penjaga keamanan mencegatnya. Dave, seorang satpam, memperhatikan pakaian Arthur. Meskipun terlihat bergaya, dia tiba menggunakan taksi. Dave dengan cepat bertanya, "Untuk apa kau di sini?" "Apa kau mau meminta sumbangan?" Dave melanjutkan. Apartemen Alicia hanya terdiri dari 10 lantai, yang menjadikannya tempat tinggal eksklusif. Setiap lantai adalah rumah bagi individu atau keluarga, sehingga menciptakan lingkungan yang aman bagi penghuninya. Bangunan ini layak unt
Alicia membuka pintu apartemennya dengan wajah berseri. Dia melompat masuk dan berbalik menghadap Arthur."Selamat datang di rumahku, Oppa!" ucapnya dengan senyuman. "Masuklah!"Arthur tersenyum, lalu berjalan masuk ke ruangan yang luasnya mencapai satu lantai. Desain interiornya adalah gabungan antara minimalis dan modern, lengkap dengan berbagai fasilitas yang memungkinkan seseorang untuk tinggal dengan nyaman, meski tidak seluas dan sebagus kamarnya di Golden Chamber."Apa kamu menghabiskan semua uang yang kuberikan untuk membeli apartemen ini, Alicia?" tanyanya saat mereka mendekati sofa berwarna cream di dekat jendela yang menghadap ke gedung dan kota."Apa kamu tidak menghabiskan uangmu terlalu banyak?" tanyanya lagi, saat dia duduk di sofa di sebelahnya."Kenapa?" Alicia tersenyum. "Setidaknya aku tidak menghabiskan puluhan miliar dolar untuk menyelamatkan seorang gadis dalam kesulitan, bukan?" jawabnya, dengan tertawa."Tapi..," Alicia segera mengangkat tangannya untuk menunju