Bab 46: Kejanggalan Lain Di LokasiSemakin lama, karena kerap dihadapkan pada wujud eksistensi dua alam yang membuat perasaan mereka makin sensitif, mereka tak lagi banyak berkonfrontasi.Putra memilih Rendy untuk dijadikan perantara makhluk halus, meskipun semuanya masih belum paham caranya. Tapi setidaknya mereka ingin punya pengalaman yang menurut mereka sangat seru itu.Rendy menegaskan hanya dia yang berhak memilih siapapun untuk dijadikan perantara karena dia merasa sebagai leader saat ini."Kenapa tidak kau sendiri saja, justru lebih menarik dilihat netizen." Rendy memutar pendapat Putra, dan membuatnya sebagai perintah yang harus dipatuhi."Kau sajalah, kan kau yang paling tampan." Putra menampik hal itu sambil memasang tampang sedikit garang.Sedang mengadu argumentasi, tetiba mereka kembali dikejutkan pada suara yang meresahkan jantung mereka.Tapi kini suara tawa itu berubah menjadi lantunan tembang. Meskipun menakutkan, alih-alih berusaha untuk kabur justru mereka merasa t
Bab 47: Mengungkap Pelaku Pembunuhan"Tolong sampaikan pesanku, setelah itu jangan teruskan perjalanan kalian!" teriak Deny diluar batas kendalinya.Secepat itu ia dirasuki, seperti rumah kosong yang dapat dengan mudah disinggahi orang asing yang lewat.Deny menatap setajam pisau kearah ketiga manusia petualang itu. Genapnya jumlah mereka rupanya tak berpengaruh secara langsung dengan istilah yang menurut para orang tua penuh dengan keberuntungan.Menurut mitos yang kerap kita dengar, kalau disekitar kita ada kumpulan manusia dengan jumlah ganjil, pasti akan dilengkapi dengan kehadiran mereka supaya jadi genap."Dayuh, kau ikut kami. Katakan setiap detail yang perlu kami lakukan untuk bisa membuatmu mendapatkan keinginanmu!" tantang Rendy.Kali ini Rendy yang memimpin semua rencana timnya itu, tentu saja dengan maksud sebagai ajang pembuktian pada rivalnya, Kang Arya."Kau pikir dengan cara mencari tahu kekasih arwah itu bisa bikin konten menarik, hah?" sahut Putra sambil berusaha men
Bab 48: Itikad Baik RendyPutra mengalungkan lengannya pada bahu lebar Rendy dengan maksud mengajaknya kompromi."Sini, aku bilang sama kamu. Kita memang sudah memutuskan untuk membantu arwah Dayuh, tapi kalau urusannya jadi makin membahayakan kita lebih baik kita laporkan saja ke pihak yang berwajib kan?" saran Putra yang sangat kalut dan mulai mengendus ada sesuatu yang salah dengan arwah itu.Aura kehadiran Dayuh tidak nampak sama sekali, justru sepertinya ini bukan Dayuh yang asli. Hanya berpura-pura sebagai dirinya."Kalau kita ajak Deny ketempat yang ditujukan Dayuh saja bagaimana? lebih jelas urusannya kan? jangan sedikit-sedikit lapor ke polisi," begitu Rendy menanggapi.Rendy mengurai ketakutan Putra, karena polisi juga pasti tak mampu membuat masalah itu selesai sampai ke akarnya. Terbukti dengan kematian laki-laki yang mengaku sebagai pembunuh Dayuh yang juga sama tragisnya."Apakah ada permainan orang besar disini? kau tidak dengar siapa orang yang tadi dia sebutkan sebaga
Bab 49: Terciduknya Praktik PerdukunanSaat ini mereka bersama dengan Pak Kades sepakat menolong keluarga Dayuh. Meski kini Pak Kades tak menampik ada satu kesempatan emas ditengah persaingan antar pejabat yang secara tidak langsung membuka celah baginya untuk mencalonkan diri sebagai Wakil Bupati di pemilihan mendatang.Iapun sesegera mungkin menerima ajakan keempat pemuda itu untuk menemui keluarga Dayuh. Tentunya setelah mendengar kesaksian Putra dan Ryan saat Deny kerasukan."Berdasarkan hasil investigasi dengan penduduk setempat, kita bisa berasumsi bahwa sebelum kejadian ada saksi yang mendengar Dayuh seperti melakukan perlawanan," papar Putra dalam perjalanan menuju ke lokasi."Ya, ada yang mendengar teriakannya," lanjut Deny."Dia juga punya kekasih, tapi entah siapa namanya. Hanya saja waktu itu dia seperti melantunkan tembang yang mengisahkan kisahnya itu," ulas Ryan."Apa ada yang masih ingat seperti apa liriknya?" tanya Pak Kades.Mereka saling melempar pandangan, dan mengg
Bab 50: Napak Tilas Ke Masa LaluKelamnya malam, serta dinginnya udara tak menyurutkan langkah mereka menapaki jalan terjauh dari kota asal mereka.Meninggalkan rutinitas kerja, serta acara pengajian yang diadakan di sana.Keputusan sudah diambil, dan kini mereka akan mencoba keberuntungan itu sekali lagi.Di dalam kedangkalan Iman mereka yang terkadang naik turun itu, ada satu tekad untuk membantu sesama manusia yang membutuhkan.Memastikan agar tujuan awal mereka tidak sia-sia. Semua pasti mudah jika diniatkan, meski susah untuk dijalankan.Selama beberapa menit mereka berjalan sembari mencari penginapan sementara, mereka membunuh kebosana dengan percakapan ringan."Aku yakin kalau kita bakal sukes, kan kita juga masih punya satu kesempatan untuk merebut Rinda. Hanya inilah satu-satunya cara kita." Rendy memprovokasi."Apa Rinda masih mau berpaling dari Kang Arya?" sahut Ryan ragu."Mungkin saja, apalagi kalau kita kaya. Gadis mana yang tak memikirkan masa depan?" balas Rendy."Bena
Bab 51: Pocong Penunggu Sumur Tua Selama lebih dari dua jam mereka menunggu hampir tidak ada orang lewat."Kalau memang nggak ada yang bisa kita tumpangi mendingan kita teruskan saja jalan kaki.""Atau kita buat kemah saja disini, kita cari apa yang bisa dimakan. Lumayan kalau ada buah atau ayam yang bisa kita tangkap.""Mana ada ayam disini? kita cari buah saja!" kilah Rendy.Mereka memutuskan masuk ke dalam lebatnya pepohonan yang sangat gelap menjauh dari jalanan.Baru beberapa meter mereka masuk, terlihat ada sumur tua disamping gubuk reyot yang beberapa bagiannya sudah lapuk dan hampir roboh."Hey, lihat itu!""Sepertinya ada sumber air buat minum, dan rumah buat bermalam.""Ih, kok kayak yang sering kulihat di film-film horor yah?"Ada kilas pemikiran mereka bahwa lokasi itu pasti angker. Sejenak merekapun kini merasaka aura yang kurang nyaman.Meskipun ngeri, tapi mereka sangat membutuhkan tempat untuk beristirahat semalaman. Mereka tak punya pilihan.Rendy mengeryitkan alisnya
Bab 52: Didatangi Bayangan AnehJam menunjukkan pukul 02:15, masih setengah perjalanan menuju lokasi pendakian.Mereka semua sudah mulai beranjak, merapikan tempat tidur mereka. Saat yang tepat untuk mengistirahatkan semua panca indra, memulihkan tenaga. Sempat terlihat ada sekelebat bayangan yang melintas cepat. Tapi Putra mengindahkan saja."Hooaahmm."Kriett.Suara pintu terbuka, tapi tidak ada siapa-siapa yang masuk. Hanya ada angin yang berhembus kencang setelahnya. Jelas saja kali ini memantik reaksi dari Putra yang masih terjaga itu.Ia menepuk Ryan disampingnya."Ryan, apa kau lihat tadi?" tanyanya sambil mengedarkan pandangan pada pintu."Lihat apa sih, tidur sana sudah ngantuk ini!" tolak Ryan."Itu tadi aku lihat!""Sudah, besok pagi saja bahasnya."Semakin jelas ada bayangan keluar menuju pintu."Mana ada? sudah tidur saja. Besok kita masih harus lanjutkan perjalanan," semprot Ryan setelah menutup rapat-rapat wajahnya dengan selimut.Betapa mereka tak mengantuk, makan mal
Bab 53: Terjebak Di Antara Yang MatiKakek melepas kepergian mereka dengan satu pesan, "Kalau kalian bertemu dengan orang asing yang menawarkan sesuatu diluar akal sehat, tolak saja. Dan ingat, nanti kalau ada pocong yang mengejar kalian, jangan lari. Cukup berpencar dan berbelok ke arah lain. Sebab dia tidak bisa mengejar orang yang berbeda jalur dengannya."Saat ini ketika terangnya matahari masih menjadi penolong mereka yang tak akan lebih lama lagi mereka rasakan.Siang yang terik, justru menjadi payung peneduh dari bayangan gelap yang memburu.Tiap jengkal tanah yang mereka lalui, seolah mengukir jauhnya jarak mereka kini dari tempat asalnya.Semakin kuat mereka mencoba melupakan, mereka malah makin jelas teringat kenangan mereka saat masih bersama-sama.Tidak ada hal yang lebih buruk dari perselisihan antar sahabat sendiri yang melenakkan mereka. Menghempas nilai kesetia kawanan yang selalu dirawat sejak masih kecil.Genap satu bulan semenjak kejadian di Gunung Lawu, membuat mer