Felice berbalik, menghadap ke arah barisan para pelayan yang masih berada di sana. "Apa kalian mengenal seorang pelayan dengan tahilalat di pipi kiri dan berjanggut tipis?!" tanya Felice pada mereka.
Para pelayan itu berbisik-bisik saat mendengar rincian ciri fisik yang disebutkan Felice.Tahilalat di pipi kiri? Si Jordy?Iya sepertinya JordyJordy berjanggut tipis kan?Iya benar Jordy"N-namanya Jordy nona, dia baru sekitar seminggu bekerja di sini sebagai pelayan. Ciri-cirinya sama dengan yang disebutkan nona tadi" ucap salah satu pelayan itu pada Felice."Apa kalian mengenalnya? Seperti tempat ia tinggal atau keluarganya begitu" tanya Felice lagi.Seorang maid mengangkat tangannya, "S-saya tahu alamat rumahnya nona kami bertetangga. Dia menghidupi keluarganya sendirian karena ayahnya telah tiada. Dia memiliki tiga adik yang masih kecil dan ibunya sakit keras nona" ucap maid itu.Evan, Jayden, Marrie dan Felice saliAyah Matthew dulunya adalah pewaris sah nama Marquis Crinossio, namun pamannya iri dan ingin merebut kedudukan Marquis dari ayah Matthew. Pamannya gelap mata, ia membunuh ayah dan ibu Matthew dengan bantuan seorang penyihir hitam. Matthew yang juga hampir dibunuh tidak memiliki pilihan lain selain kabur, ia berlari entah kemana kakinya membawanya. Berhari-hari ia terlantar tidak makan atau minum sedikutpun, hingga akhirnya ia bertemu Aaron. Dan ikut menjadi preman bersamanya. Ia bisa merebut kembali kedudukan Marquis dari pamannya, semua ini berkat Lucy. Ya, saat itu paman Matthew nekad hendak menjadikan puterinya sebagai permaisuri dan menikahkannya dengan adik Lucy, putera mahkota Alardo. Namun ia tidak menggunakan cara yang benar, melainkan menggunakan sihir hitam untuk mengendalikan pikiran seseorang dengan bantuan dari ketua menara penyihir yang berkhianat. Tidak hanya itu, paman Matthew juga merupakan dalang dari kebakaran yang menewaskan permaisu
"Hey bocah""Hm?" Isandra menyahut dengan berdehem saat Flammedra memanggilnya. Ya, selama Isandra tidak sadarkan diri, dia berada di alam Flammedra."Kuperhatikan kau semakin dekat saja dengan mereka" ucapnya.Isandra menunduk tersenyum kecil, namun nampak sendu. "Ya, begitulah" ucapnya."Dan kuperhatikan juga, mereka semua sangat menyayangimu"Isandra tidak menjawab, ia malah tersenyum sendu. Menyayangi ya? Seandainya semua itu nyata. Yang mereka sayangi adalah Isandra, bukan dirinya. Ia hanya seorang yatim yang terjebak di dalam tubuh Isandra."Apa yang akan kau lakukan seandainya kau tidak selamat dari racun itu?"Isandra mendongak menatap naga emas di depannya, ia tersenyum manis sekarang. "Tidak apa-apa, aku ikhlas" ucap Isandra tulus."Kenapa?"Isandra nampak bingung, "Maksudmu?" tanyanya."Kenapa kau ikhlas? Bukankah selama ini kau menginginkan keluarga?"Isandra menunduk sedih
Keesokkan harinya,"Apa?! Jadi semua ini ulah duke Shannel?!" Suasana ruang rapat itu terasa mencekam. Galen, Evan, Percy, Noah, Aaron dan Matthew kini berkumpul untuk mendiskusikan dalang di balik racun puteri Isandra.Evan pulang sangat larut malam tadi, jadi ia memutuskan untuk membahas perihal ini keesokkan harinya. Mereka semua bernafas lega saat mengetahui bahwa Isandra sudah sembuh dan tinggal menunggu pulih saja."Benar ayah, saat kami datang ke rumah orang itu. Ibunya mengatakan bahwa dia bekerja di kediaman duke, bukan di istana" ucap Evan.Rahang Galen mengeras, iris emas itu berkilat tajam seraya tangannya mengepal. "Kita ke kediamannya sekarang juga" ucap Galen seram."Tunggu, yang mulia. Kita tidak memiliki bukti yang kuat, ini bisa menjadi fitnah" ucap Aaron menahan Galen.Galen tersenyum miring, "Tentu saja aku punya cara untuk mengungkapnya" ucap Galen membuat mereka yang berada di sana saling menatap d
Mereka berempat kompak menoleh saat pintu itu diketuk, pelukan itu perlahan melonggar. "Masuk" ucap Galen kesal. Mengganggu momen keluarga saja.KriieeeetttPintu besar itu terbuka, kaki jenjang berbalut celana bahan berwarna hitam itu melangkah masuk, menampilkan seorang pria seumuran Galen dengan rambut merahnya, Marquis Crinossio.Isandra sudah dapat menebak siapa orang di hadapannya ini, tentu saja karena ia sangat mirip dengan pemuda yang sering mengganggu Isandra."Matthew, ada apa?" tanya Galen datar.Matthew tersenyum tanpa dosa, "Tidak ada, saya hanya ingin melihat tuan putri" ucapnya tersenyum manis tanpa dosa.Bibir Isandra berkedut saat menatap Matthew yang tingkahnya sangat mirip dengan Jayden. 'Jiplakan ya?' batin Isandra.GrepIsandra seketika membelalak terkejut saat Galen tiba-tiba menenggelamkan wajah Isandra di dadanya. "Tidak boleh, cepat katakan urusanmu, kalau tidak ada pergi dari sini" uca
"Kakak...""Hm?" "Apa harus sampai begini?""Ck kau sudah menanyakan itu sebanyak empat kali, sekali lagi kau bertanya kakak hadiahkan piring cantik" Isandra mengembungkan pipi putihnya, bagaimana tidak? Evan sulit sekali diajak kompromi. Kalian bayangkan saja, ia hanya bilang ingin jalan-jalan ke taman untuk mencari udara segar dan Evan malah memerintahkan sepuluh penjaga untuk mengawal mereka. Ya, tidak apa jika para penjaga itu hanya berjalan di belakang mereka. Masalahnya para penjaga ini membuat formasi melingkari Isandra. Ditambah lagi dengan tandu seperti ondel-ondel yang digunakan untuk mengangkatnya, astaga Isandra malu sekali. Marrie dan Felice? Mereka tidak membantu, mana berani mereka melawan Evan yang notabenenya adalah seorang putera mahkota. Bisa-bisa kepala mereka terlepas juga hari ini.Ah ngomong-ngomong soal kepala terlepas, Felice nampak tidak bereaksi apa-apa mengenai ayahnya. Ya, duke Shannel sa
"Sebagai anak, apa kau setuju?"Felice nampak menunduk sendu, "Beliau bukan ayah yang baik, saya akui itu. Tapi bagaimanapun juga beliau tetap ayah saya yang mulia. Tentu ada sedikit rasa tidak rela di hati saya, namun saya bisa apa? Anda sudah berusaha memohon pada kaisar untuk tidak menghukum saya dan kakak saya juga, dan saya sudah sangat bersyukur untuk itu. Alangkah tidak tahu dirinya diri saya jika saya juga meminta anda untuk mengampuni ayah saya yang mulia" ucap Felice.Isandra tersenyum lembut, tangannya terangkat meraih tangan Felice dan menggenggamnya hangat. "Jika kau membutuhkan apapun, kau bisa mengandalkanku" ucap Isandra.Felice membelalak terkejut namun sekian detik kemudian ia membalas senyuman Isandra, "Terima kasih yang mulia" ucapnya menunduk hormat."Benar, itulah gunanya teman" lanjut Marrie yang sedari tadi diam. Mereka pun tertawa bersama menikmati siang hari yang hendak hujan itu.Siang yang mendung, awan kelabu
Seluruh perhatian tamu undangan terpusat pada pintu masuk aula saat pengawal mengumumkan ketibaan keluarga kaisar. Galen masuk dengan ketiga anaknya yang mengiringi dari belakang. Evan dan Percy berjalan di kanan dan kiri Isandra.Mereka berjalan beriringan menuruni tangga, Galen mengulurkan tangannya pada Isandra saat ia lebih dulu menuruni anak tangga terakhir. Isandra mengamit uluran tangan Galen seraya tersenyum lembut. Mereka berempat berjalan menuju kursi yang sudah disediakan. Kini Galen berjalan dengan Isandra yang menggandeng tangannya sedangkan Evan dan percy di belakang mereka.Galen nampak tampil gagah dengan jubah kebesarannya, kombinasi warna putih, emas dan merah sangat cocok dengan fisiknya. Sedang Evan dan Percy menggunakan setelan dengan jubah yang tidak terlalu panjang yang hampir sama, hanya berbeda kombinasi warnanya saja. Milik Evan merah, hitam dan emas, sedangkan Percy biru, putih dan emas. Isandra? Oh jangan ditanya lagi. Ia sudah
Isandra melirik ke kanan ke kiri, mencari cara untuk keluar dari dekapan maut Ely. Ah ketemu, nampak Marrie dan Felice juga beberapa Lady lain yang tengah mengobrol ria. Ia pun perlahan melepas pelukan Ely, dan meminta izin pada Galen untuk pergi."Ayah, Isandra ke sana ya, ada Marrie dan Felice" ucap Isandra."Ya, baiklah. Raiya, kawal putriku" perintah Galen. Raiya yang hendak menyuap kue ke dalam mulutnya pun seketika terhenti dan menatap datar Galen. Astaga kaisar satu ini, di saat pesta begini pun Raiya tidak bisa bersantai."Hihihi sudah ayah, biarkan Sir Raiya menikmati pestanya. Isandra bisa kesana sendiri" ucap Isandra."Tidak, tidak boleh. Hei kalian" panggil Galen pada si kembar Crinossio.Jayden dan Jason menatap Galen bingung seraya menunjuk diri mereka sendiri, "kami?" ucap mereka membeo. "Iya kalian, kau juga kepala hijau papermint, kawal putriku" perintah Galen pada trio cumi-cumi."Siap yang mulia" jawa