Keesokkan harinya,
"Apa?! Jadi semua ini ulah duke Shannel?!"Suasana ruang rapat itu terasa mencekam. Galen, Evan, Percy, Noah, Aaron dan Matthew kini berkumpul untuk mendiskusikan dalang di balik racun puteri Isandra.Evan pulang sangat larut malam tadi, jadi ia memutuskan untuk membahas perihal ini keesokkan harinya. Mereka semua bernafas lega saat mengetahui bahwa Isandra sudah sembuh dan tinggal menunggu pulih saja."Benar ayah, saat kami datang ke rumah orang itu. Ibunya mengatakan bahwa dia bekerja di kediaman duke, bukan di istana" ucap Evan.Rahang Galen mengeras, iris emas itu berkilat tajam seraya tangannya mengepal. "Kita ke kediamannya sekarang juga" ucap Galen seram."Tunggu, yang mulia. Kita tidak memiliki bukti yang kuat, ini bisa menjadi fitnah" ucap Aaron menahan Galen.Galen tersenyum miring, "Tentu saja aku punya cara untuk mengungkapnya" ucap Galen membuat mereka yang berada di sana saling menatap dMereka berempat kompak menoleh saat pintu itu diketuk, pelukan itu perlahan melonggar. "Masuk" ucap Galen kesal. Mengganggu momen keluarga saja.KriieeeetttPintu besar itu terbuka, kaki jenjang berbalut celana bahan berwarna hitam itu melangkah masuk, menampilkan seorang pria seumuran Galen dengan rambut merahnya, Marquis Crinossio.Isandra sudah dapat menebak siapa orang di hadapannya ini, tentu saja karena ia sangat mirip dengan pemuda yang sering mengganggu Isandra."Matthew, ada apa?" tanya Galen datar.Matthew tersenyum tanpa dosa, "Tidak ada, saya hanya ingin melihat tuan putri" ucapnya tersenyum manis tanpa dosa.Bibir Isandra berkedut saat menatap Matthew yang tingkahnya sangat mirip dengan Jayden. 'Jiplakan ya?' batin Isandra.GrepIsandra seketika membelalak terkejut saat Galen tiba-tiba menenggelamkan wajah Isandra di dadanya. "Tidak boleh, cepat katakan urusanmu, kalau tidak ada pergi dari sini" uca
"Kakak...""Hm?" "Apa harus sampai begini?""Ck kau sudah menanyakan itu sebanyak empat kali, sekali lagi kau bertanya kakak hadiahkan piring cantik" Isandra mengembungkan pipi putihnya, bagaimana tidak? Evan sulit sekali diajak kompromi. Kalian bayangkan saja, ia hanya bilang ingin jalan-jalan ke taman untuk mencari udara segar dan Evan malah memerintahkan sepuluh penjaga untuk mengawal mereka. Ya, tidak apa jika para penjaga itu hanya berjalan di belakang mereka. Masalahnya para penjaga ini membuat formasi melingkari Isandra. Ditambah lagi dengan tandu seperti ondel-ondel yang digunakan untuk mengangkatnya, astaga Isandra malu sekali. Marrie dan Felice? Mereka tidak membantu, mana berani mereka melawan Evan yang notabenenya adalah seorang putera mahkota. Bisa-bisa kepala mereka terlepas juga hari ini.Ah ngomong-ngomong soal kepala terlepas, Felice nampak tidak bereaksi apa-apa mengenai ayahnya. Ya, duke Shannel sa
"Sebagai anak, apa kau setuju?"Felice nampak menunduk sendu, "Beliau bukan ayah yang baik, saya akui itu. Tapi bagaimanapun juga beliau tetap ayah saya yang mulia. Tentu ada sedikit rasa tidak rela di hati saya, namun saya bisa apa? Anda sudah berusaha memohon pada kaisar untuk tidak menghukum saya dan kakak saya juga, dan saya sudah sangat bersyukur untuk itu. Alangkah tidak tahu dirinya diri saya jika saya juga meminta anda untuk mengampuni ayah saya yang mulia" ucap Felice.Isandra tersenyum lembut, tangannya terangkat meraih tangan Felice dan menggenggamnya hangat. "Jika kau membutuhkan apapun, kau bisa mengandalkanku" ucap Isandra.Felice membelalak terkejut namun sekian detik kemudian ia membalas senyuman Isandra, "Terima kasih yang mulia" ucapnya menunduk hormat."Benar, itulah gunanya teman" lanjut Marrie yang sedari tadi diam. Mereka pun tertawa bersama menikmati siang hari yang hendak hujan itu.Siang yang mendung, awan kelabu
Seluruh perhatian tamu undangan terpusat pada pintu masuk aula saat pengawal mengumumkan ketibaan keluarga kaisar. Galen masuk dengan ketiga anaknya yang mengiringi dari belakang. Evan dan Percy berjalan di kanan dan kiri Isandra.Mereka berjalan beriringan menuruni tangga, Galen mengulurkan tangannya pada Isandra saat ia lebih dulu menuruni anak tangga terakhir. Isandra mengamit uluran tangan Galen seraya tersenyum lembut. Mereka berempat berjalan menuju kursi yang sudah disediakan. Kini Galen berjalan dengan Isandra yang menggandeng tangannya sedangkan Evan dan percy di belakang mereka.Galen nampak tampil gagah dengan jubah kebesarannya, kombinasi warna putih, emas dan merah sangat cocok dengan fisiknya. Sedang Evan dan Percy menggunakan setelan dengan jubah yang tidak terlalu panjang yang hampir sama, hanya berbeda kombinasi warnanya saja. Milik Evan merah, hitam dan emas, sedangkan Percy biru, putih dan emas. Isandra? Oh jangan ditanya lagi. Ia sudah
Isandra melirik ke kanan ke kiri, mencari cara untuk keluar dari dekapan maut Ely. Ah ketemu, nampak Marrie dan Felice juga beberapa Lady lain yang tengah mengobrol ria. Ia pun perlahan melepas pelukan Ely, dan meminta izin pada Galen untuk pergi."Ayah, Isandra ke sana ya, ada Marrie dan Felice" ucap Isandra."Ya, baiklah. Raiya, kawal putriku" perintah Galen. Raiya yang hendak menyuap kue ke dalam mulutnya pun seketika terhenti dan menatap datar Galen. Astaga kaisar satu ini, di saat pesta begini pun Raiya tidak bisa bersantai."Hihihi sudah ayah, biarkan Sir Raiya menikmati pestanya. Isandra bisa kesana sendiri" ucap Isandra."Tidak, tidak boleh. Hei kalian" panggil Galen pada si kembar Crinossio.Jayden dan Jason menatap Galen bingung seraya menunjuk diri mereka sendiri, "kami?" ucap mereka membeo. "Iya kalian, kau juga kepala hijau papermint, kawal putriku" perintah Galen pada trio cumi-cumi."Siap yang mulia" jawa
"Salam Lord Zargan, silahkan angkat kepalamu" ucap Galen.Zargan pun mengangkat kepalanya, "Di hari yang berbahagia ini, saya selaku perwakilan dari negara tetangga, ingin menyampaikan rasa bersuka cita saya dan juga dari yang mulia Raja. Beliau juga mengirimkan beberapa hadiah yang diambil langsung dari sumbernya, khusus untuk kekaisaran ini sebagai bentuk ikatan persahabatan" ucap Zargan.Galen mengangguk, "Baiklah, aku terima hadiah dari kerajaan kalian. ucapkan rasa terima kasihku pada raja kalian. Silahkan nikmati pestanya lord Zargan" ucap Galen.Zargan kembali menunduk hormat, "Akan saya sampaikan yang mulia" ucapnya kemudian berbalik berbaur dengan keramaian.Pesta pun berlanjut, para bangsawan menikmati waktu bersama mereka dengan hangat. Zargan juga sudah mulai berbaur dengan bangsawan lainnya. Walau sesekali ia melirik ke arah Isandra, karena tujuannya kemari adalah janji yang waktu itu dibuat antara Azel dan Flammedra.Ya, ia
ceklekPintu berukiran indah itu terbuka, menampilkan setumpuk buku yang dibawa oleh seorang gadis pirang dengan sempoyongan karena tidak bisa menjaga keseimbangan."Eh eh eh?" Isandra bergerak ke kanan dan ke kiri untuk menyeimbangkan pegangannya pada buku-buku itu. "Fiuuuhhh" ia bernafas lega saat semuanya tidak jadi jatuh bebas ke lantai dan memberantakkan istana Lily."Yang mulia, anda yakin tidak memerlukan bantuan?" tanya Marrie yang tengah berdiri di belakang Isandra. Felice hari ini tidak datang karena ia harus menyiapkan pesta ulang tahunnya yang akan diadakan dua hari lagi."Tidak apa-apa Marrie, aku bisa" ucap Isandra. Ia kemudian melangkahkan kakinya ke depan, hendak berjalan menuju perpustakaan istana. Namun sayang, karena kecerobohannya Isandra malah tersandung kakinya sendiri dan, "Kya!"grep"Eh?" ia tidak terjatuh, ada yang menahan buku-bukunya tepat setelah ia tersandung, jati tubuhnya tidak limbung. Sekian deti
Arsen pun berjalan dengan Isandra di gendongannya. Saat mereka keluar dari sisi rak, Raiya dan Daniel pun melihat pemandangan yang tidak biasa itu.Dengan cepat Raiya berjalan menghampiri mereka, "Ada apa?" tanyanya datar meski tatapan khawatir itu begitu jelas di matanya. Isandra membuka mulutnya hendak menjawab pertanyaan Raiya, dengan dusta tentunya. Namun-"Tuan putri terkilir, saya ingin mengantarnya ke istana Lily agar bisa segera dirawat" ucap Arsen lebih dulu.'Lelaki ini juga menyebalkan' batin Isandra menatap Arsen kesal.Bukannya menjawab, Raiya malah mengulurkan tangannya hendak mengambil alih gendongan Isandra. Namun dengan cepat Arsen mengelak, "Saya sendiri yang akan mengantar tuan putri" ucap Arsen tersenyum sarkastik. "Saya pengawalnya" ucap Raiya kemudian kembali mencoba merebut Isandra dari gendongan Arsen. Isandra menoleh ke arah Arsen dan Raiya bergantian, "Cukup" ucapnya. Kalau dibiarkan bisa sampai malam.