Wajah itu sangat tampan, karismanya tak sanggup ia tolak, setiap hari ia semakin tersihir dengan pesona suaminya sendiri. Begitu saja, dirinya sudah jatuh cinta pada sang suami. Kali ini ia tak punya alasan untuk tak bahagia, meskipun Awalnya menikah tak ada perasaan dan cinta, tapi sekarang Intan sudah menyimpan perasaan ini pada hatinya untuk sang suami.Rasa yang dulu masih tertinggal pada Ferdi, berlahan-lahan mulai terkikis habis. Sekarang ia hanya mencintai satu orang, dan orang itu suaminya sendiri. Memang perasaan ini datang begitu cepat? Tapi ia bisa apa, pacaran yang halal ditawarkan oleh Zaki dahulu benar-benar bisa meluluhkannya, membuat ia begitu berharap dan bergantung pada pria itu.Bibir yang sedikit terbelah yang berwarna merah, dengan bulu-bulu halus di sekitar dagunya benar-benar menambah ketampanan Zaki di mata Intan. Dia memang tak memiliki otot yang besar, tubuh yang kekar. Tapi dia hanya pria bertubuh biasa yang mampu membuat dirinya terpesona. Tak terlalu kurus
Najwa melangkah dengan anggun memasuki ruangan Zaki, sepanjang jalan senyum manisnya tak lepas sedikit pun, sepertinya ia sedang bahagia.“Permisi ... Apa Kak Zaki ada?” Tanya Najwa pada sang sekretaris Zaki.Seng sekretaris yang sudah sangat mengenal siapa gadis yang ada didepannya ini, ia tersenyum ramah. “Ada, nona. Tuan Zaki baru saja kembali dari meeting.” Ujar sang sekretaris.“Terima kasih, mbak.” Setelah itu Najwa langsung melangkah dengan bahagia masuk kedalam ruangan itu.Tanpa mengetuk pintu Najwa langsung menyelonong masuk. Zaki yang sudah hafal perilaku gadis itu hanya berdecak pelan.“Kemana sopan santun mu, Najwa. Berapa kali aku ingatkan, sebelum masuk ketuk pintu dulu!” Gadis itu menyengir malu, ia melangkah ke kursi didepan meja pria itu.“Kan aku sudah bisa seperti itu, kenapa di permasalahkan sih?” gerutu gadis itu tak suka.“Rubah kebiasaan buruk mu itu, bagaimana pun ini kantor.”“Baiklah kakak sepupuku yang cerewet, lain kali akan aku ingat.” Zaki hanya mampu
Hari demi hari kedekatan Najwa dan Zaki semakin terlihat, meskipun orang-orang tak akan bisa melihatnya dengan jelas, tapi sebagai seorang istri Intan dapat merasakan perbedaan itu.Zaki yang awal pernikahannya begitu romantis dan memanjakan dirinya, tapi sekarang berubah begitu jauh. Pria itu lebih sering menghabiskan waktu bersama sang sepupu. Meskipun itu atas paksaan Najwa dan juga persetujuannya, tetap saja perasaan cemburu tak bisa ia hindari.Seperti sekarang ini, suaminya kembali pulang telat seperti sebelumnya. Sudah bisa ia tebak, pasti alasan yang sama.“Mas, kamu dari mana?” Intan bertanya penuh selidik.“Tadi mas nemenin Najwa pergi ke mal. Dia merengek minta di temani.” Intan tersenyum sinis mendengar pengakuan suaminya.“Seharian bepergian berdua, memangnya dia tidak punya teman?” kali ini wanita itu tak bisa lagi menyembunyikan rasa tak sukanya.“Loh, memangnya kenapa? Wajar lah dek, seorang kakak nemenin adiknya jalan-jalan.” Jika kemarin-kemarin ia masih bisa berpik
Sudah dua hari semenjak Najwa tinggal di ramah mereka. Gadis itu cukup tahu diri untuk tak membuat Istri sang pemilik rumah kesal. Intan pun mulai berusaha berdamai dengan hatinya, ia mulai bisa menerima keberadaan gadis itu. Sejauh ini gadis itu belum berbuat macam-macam, jadi Intan tak keberatan dengan keberadaannya.Pagi ini seperti biasa Zaki akan pergi ke kantor. Pria itu sudah siap dengan pakaian rapi dan tas kerjanya yang disiapkan sang istri tercinta. Intan tersenyum manis melihat pria itu mendekat padanya yang sedang sibuk membuat sarapan pagi. Semenjak ia berhenti kerja, ia benar-benar menjadi istri yang baik untuk mengurus rumah dan suami.“Wah, kamu terlihat tampan sekali, mas.” Goda Intan membaut Zaki terkekeh kecil. Pria itu langsung memeluk Istrinya dari belakang.“Tampan karena istrinya rajin merawat suami, tapamu apalah artinya aku.” Intan terkekeh geli dengan gombal suaminya. Tapi meskipun begitu ia cukup bahagia mendapatkan kata romantis pagi-pagi dari suaminya se
Zaki melangkah kakinya masuk kedalam ruangan kerjanya. Sebagai anak pemilik perusahaan tentu saja ia harus disiplin dalam waktu agar karyawan-karyawan di kantor ini bisa ikut disiplin. Tapi akhir-akhir ini pikirannya sedikit terganggu dari pekerjaan, ia memikirkan nasib rumah tangannya yang akhir-akhir ini sering kali memanas karena kedatangan sepupunya.Zaki sendiri tak mengerti kenapa Intan begitu cemburu pada Najwa, padahal ia sudah berusaha memberi pengertian pada wanitanya itu. Bukan ia punya hubungan dengan Najwa, tapi ia hanya mencoba menjaga gadis itu selama ini.Sebenarnya dulu ia tidak terlalu peduli, tapi entah mengapa sekarang tantenya itu sering sekali meneleponnya menyuruh menjaga sang putri manjanya itu. Awalnya Zaki ingin menolak, karena ia merasa itu bukan kewajibannya. Tapi saat Sanak dari ibunya itu memohon ia merasa kasihan, ia berpikir mungkin Najwa memang butuh seorang kakak untuk melindunginya.Tapi terkadang ia juga merasa jengah dengan sikap Najwa yang begitu
“Bagus ya mas, hadiahnya.” Ucap Intan menatap suaminya yang sedang berganti pakaian. Ia berniat menyindirnya pria itu, tapi pertanyaan dari Zaki membuat hatinya kembali merasa perih.“Kamu suka?” “Suka ... Kalau boneka itu kamu beli untuk aku. Tapi sayang, suamiku memberikan untuk wanita lain!” Tangan Zaki yang sibuk mengancing bajunya langsung terhenti mendengar ucapan istrinya. “Wanita lain?” Tanya Zaki bingung.Intan tersenyum sinis. Ia terlihat santai bersandar di kepala ranjang, tapi sesungguhnya hati didalam bagaikan ditusuk-tusuk. Melihat respon Zaki yang pura-pura bingung membuat intan tertawa kecil. Apa pria ini tidak merasa bersalah?“Tentu saja ... Bukankah kamu membelinya untuk Najwa, sepupu kesayangan mu itu?”Zaki tertegun. Jadi hadiah yang ia berikan bukan Intan yang mendapatkannya, tapi Najwa. Pantas saja gadis itu bilang Makasih tadi saat ia baru sampai di depan pintu masuk.Zaki menatap istrinya. Meskipun terlihat duduk santai, tapi tatapan sinisnya membuat pria
Pukul lima sore, Zaki kembali dari kantor. Pria itu langsung menuju kamarnya.Zaki sedikit heran melihat istrinya tertidur dengan pulas, tak biasanya Intan mau tidur di sore hari. Pelan-pelan ia mendekati sang istri, ia menatapnya dari jarak dekat. Zaki terenyuh melihat wajah pucat Intan, apalagi pipi wanita itu semakin terlihat tirus, Zaki merasa hatinya tersayat melihat kondisi wanita yang dicintainya.“Dek?” Zaki mengusap pelan pipi mulus istrinya. “Ayo bangun, udah mau magrib loh,” Kali ini pria itu sedikit mengoyakkan tubuh wanita itu, tapi tak juga ada jawaban.Zaki mulai merasa kawatir, dengan sedikit keras ia mengguncang tubuh istrinya, barulah Intan mulai melenguh panjang.Zaki bernafas lega. Tadi ia sangat kawatir, takut jika ada apa-apanya dengan sang istri.“Mas ... Kamu sudah pulang?”“Mm, ayo bangun dek. Udah mau magrib, gak baik tidur lagi.”Merasa sangat malas Intan tak langsung bangun, ia memilih untuk malas-malasan. Zaki yang melihat istrinya tak mengacuhkan ucapanny
Kali ini Ferdi merasa mendapat ketenangan saat pulang ke rumah. Saat ia terbangun ia menyadari dirinya tertidur cukup lama. Ia mulai bangkit dan ingin membersihkan dirinya dikamar mandi. Saat ia melihat jam, ia terkejut ternyata dirinya tertidur hampir enam jam, sungguh luar biasa, padahal sebelumnya ia sedikit susah dalam masalah tidurnya. Mengingat sesuatu yang penting ia langsung bangkit dan menyambar handuk dengan cepat. “Sial! Malam ini ada acara, aku harus segera bersiap.” Ferdi masuk ke kamar mandi. Malam ini ia harus menghadiri pesta pertunangan teman bisnisnya, tapi malah lupa karena tertidur pulas. Bagaimana tidak, malam kemarin ia bahkan bergadang sampai subuh, bukan karena pekerjaan tapi lagi-lagi karena galau patah hati. Satu malam ia habiskan dengan merokok dan minum minuman beralkohol, meskipun yak sampai mabuk tapi mampu membuatnya kehilangan akal sesaat. Setelah keluar dari kamar mandi Ferdi langsung menyambar ponselnya, ia harus menghubungi sang asisten untuk