Status berubah begitu cepat hanya karena ucapan seorang pria. Intan masih tak percaya jika Zaki benar-benar datang ke rumahnya.Pria itu bahkan tak tanggung-tanggung, ia langsung membawa orang tuanya menemui bunda dan kakak Intan.Sekarang mereka sedang berada diruang tamu. Intan bisa melihat Zaki yang terlihat gugup saat berbicara dengan kakaknya, membuat gadis itu terkekeh geli. Tapi saat mereka semua menatap intan kesal, membuat gadis itu mengerti jika dirinya telah mengganggu pembicaraan mereka.“Jadi maksud dan tujuan kami kesini untuk meminang putri ibu mayang untuk anak saya, Zaki.” Ayah Zaki berbicara dengan berwibawa, mengatakan dengan tegas dengan tujuan mereka datang.“Meminang Intan?” tanya bunda mayang yang terlihat tak percaya.
“Dasar pelakor! Saya sudah bilang jangan ganggu suami saya, tapi kenapa kau masih saja menggodanya!”Semua orang-orang yang ada di restoran menonton pertengkaran mereka berdua, bahkan ada pula wanita yang ikut meneriaki pelakor untuk gadis yang tertunduk malu disana.“Bella, hentikan semua ini!” Ferdi membentak istrinya, ia kesal dengan Bella yang datang melabrak Intan.“Kamu lebih memilih pelakor ini dari pada aku, mas? Kamu benar-benar suami yang jahat!”Suasana semakin memanas saat Bella semakin terlihat lemah dan mendramatiskan keadaan. Ia terlihat seperti istri yang baik diselingkuhi suami, membuat orang-orang disana merasa kasihan.Intan menga
Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa dia Minggu lagi dirinya akan menjadi milik orang lain. Intan merasa tak siap dengan ini semua, tapi ia juga tak ingin melepaskan kesempatan ini begitu saja.Menikah dengan orang yang tidak dicintai, bukan salah satu keinginan Intan. Tapi apa dia punya pilihan? Toh orang yang dicintainya, dijaganya selama dua tahun, tetap saja menjadi milik orang lain. Sekarang ia pasrah dengan takdir yang Allah tentukan untuknya.Saat ini Intan sedang berada di restoran, ia baru saja diajak Zaki untuk kencan. Ehh, sebenarnya Zaki tidak bilang ini kencan, pria itu hanya bilang ingin saling mengenal saja. Ini pertemuan pertama mereka setelah kejadian malam itu, malam dimana Zaki mengantarnya. Sejak saat itu mereka tak pernah bertemu lagi, bahkan pesan pun tak pria itu berikan padanya.“Maaf, apa aku mengganggu waktu mu?”Intan mendengus kesal, entah mengapa calon suaminya ini masih saja begitu formal dengannya?
Tak ada kebahagiaan rasanya saat sesuatu yang kita cintai direnggut untuk pergi. Menikah dengan Bella benar-benar membuat Ferdi merasa muak dengan semua sandiwara wanita licik itu. Dengan cara licik yang Bella lakukan selama ini bersama ibunya, Ferdi benar-benar merasa hidup didalam neraka. Bella yang hobi sekali mengikutinya kemanapun ia pergi, membuat Ferdi tak sebebas dulu. Bahkan wanita itu juga selalu ikut campur dalam urusannya. “Berhenti mencampuri urusan ku! Apa kau bodoh! Kenapa kau selalu membuat hidupku kacau seperti ini, dasar wanita pembawa sial!” Maki Ferdi. Pagi ini diantara mereka berdua kembali bertengkar karena Bella yang ingin tahu kemana tujuan suaminya pergi nanti. Tapi Ferdi tentu saja tak akan mengatakannya, ia lebih memilih membentak istrinya dari pada berterus terang. Tapi sayang, bagaimana pun Ferdi menghinanya tetap saja Bella tak peduli, ia akan selalu melakukan apapun yang ia suka, tapi memperdulikan harga dirinya ya
Ferdi membolak-balik kertas yang ada ditangannya, sesekali pria itu mengernyit keningnya jikalau melihat kesalahan disana. Tapi tak lama ia akan kembali serius untuk memeriksa tumpukan laporan dengan teliti. Tak ada waktu yang ia sia-siakan, bagaimana pun dirinya harus menjadi pemimpin yang baik selepas dari masalah pribadinya. Meskipun ia tak terlalu menyukai pekerjaan yang membosankan ini, tapi demi sang ayah Ferdi terpaksa menurut.Suara ponsel mengalihkan perhatian Ferdi dari laporan yang diperiksanya. Ternyata yang meneleponnya adalah ibunya, tak ada niat untuk mengangkat panggilan, Ferdi memilih mematikan ponselnya agar tak diganggu lagi saat bekerja.“Pasti wanita itu mengadu lagi, benar-benar pembuat masalah!” Ferdi menghela nafas kesal. Ferdi bersandar pada kursi besar kebanggaan nya, sambil memikirkan apa yang harus ia lakukan selanjutnya untuk mendapatkan sang pujaan hati.Tak pernah sekalipun ia akan memikirkan masa depan pernikahan
Hari ini hari dimana Intan dan Zaki diminta orang ibu mereka untuk memilih baju pengantin. Pagi sekali Zaki telah datang menjemput sang calon istri untuk pergi ke butik. Bahkan Intan tak sempat sarapan karena didesak sang bunda untuk cepat pergi, gadis itu hanya bisa menurut saja tanpa protes.“Apa ini tidak terlalu pagi? Lagi pula butik juga belum buka jam segini,” Intan bertanya pada Zaki dengan sedikit berbisik.“Kamu tidak perlu kawatir ... Lebih baik kita perlu lebih awal, agar tak terjebak macet.” Hanya sebuah alasan, padahal dalam hati ia hanya ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan gadis ini.Satu Minggu lagi mereka tidak akan bisa bertemu, itu karena mereka akan menjalani pingitan yang merupakan sebuah adat sebelum pernikahan kata orang tua mereka. Zaki hanya bisa menurutnya saja, toh ini juga demi kebaikan mereka juga.“Baiklah,”Setelah berpamitan dengan ibu Intan dan juga Bang Bima, mereka langsun
Zaki menatap penampilan Intan yang sangat cantik, pria itu buru-buru berdehem sebelum mengeluarkan suaranya.“Ini bagus ... Jika suka ambillah.”Baju pengantin yang berwarna putih dihiasi mutiara, membuat penampilan Intan benar-benar cantik dan tampak anggun. Baju yang dikenakan Intan adalah baju yang memakai hijab, jadi Zaki cukup senang dengan pilihan Calon istrinya, ia bahkan tak protes sedikit pun.“Apa bagus? Jika tidak aku akan pilih baju yang lain.” Intan bertanya pada Zaki.“Memangnya kamu mau baju yang mana?”Intan yang melihat Zaki yang terlalu serius, membuat ia memiliki ide jahil. Dengan asal ia menunjukkan baju pengantin yang sangat seksi. Bagaimana tidak, baju itu tak memiliki lengan dan juga bagian punggung dan dada sangat terbuka. Intan yakin jika dia memakai pakaian itu pasti bunda dan kakak tak akan mau mengakuinya lagi sebagai keluarga. Padahal bagian belakang berjuntai cukup panjan
“Kenapa diam? Ayo masuk, Bunda pasti sudah menunggu kita.”Intan menoleh sesaat sebelum ia kembali menatap rumah mewah itu dengan ragu.Dengan pelan intan mendekati Zaki. Ia meraih tangan pria itu untuk menggenggamnya, seolah ingin mencari perlindungan. Tak apa-apa kan? Toh Zaki pernah berjanji padanya akan selalu berada disisinya apapun yang terjadi.“Kali ini izinkan aku menyentuhmu ... Aku harap kamu tidak keberatan?” Intan menatap mata Zaki untuk mencari jawaban.Zaki menatap bingung tangan mereka yang bertautan, ia mengangguk pelan membuat gadis disebelah nya ikut tersenyum, meskipun terkesan dipaksakan.Intan benar-benar gugup, bukan karena takut bertemu dengan calon mertua, tapi hanya saja ia merasa belum siap untuk respon mereka nanti. Bagaimana nanti mereka akan menyambutnya? Apa kali ini ia juga akan mendapatkan sindiran dan hinaan seperti dulu saat berkunjung ke rumah keluarga Ferdi.******”