Prabu Dera segera memberi perintah kepada seluruh senopati untuk mengatur pasukannya masing-masing.Di saat itu, Danur Jaya yang telah menggantikan Kauman langsung memberi perintah kepada Rawai Tingkis untuk menyiapkan pasukan para pemuda.Prabu Dera dan seluruh keluarga bangsawan diminta untuk segera bersembunyi di dalam ruang bawah tanah yang telah dibuat oleh para prajurit.Pintu untuk memasuki Ruang Bawah Tanah berada di dalam kamar Prabu Dera, melewati lemari buku yang menjadi pintu utamanya.“Prabu, ruang bawah tanah akan membawa kalian pergi ke sisi lain Indra Pura,” ucap Sang Patih, “Hanya untuk berjaga-jaga jika saja musuh berhasil menguasai istana ini.”Sang Patih kemudian menyerahkan sebuah kunci berbentuk belati kecil kepada Prabu Dera.“Ada banyak pintu di dalam ruang bawah tanah, hanya pintu yang cocok dengan kunci ini yang akan membawa kalian pergi dengan aman.”“Patih, aku …”“Yang Mulia Prabu, saat ini bukan saatnya untuk berbimbang hati. Mereka mengincar nyawamu, jik
Para pemuda segera menarik tali tambang yang disembunyikan di dalam tanah. Musuh tidak tahu apa yang akan terjadi jika tali itu ditarik, tapi kini setelah tiga detik tali itu menjadi kencang, tiba-tiba sesuatu bergerak di dalam tanah.Bom…Puluhan benda mendadak keluar dari dalam tanah. Benda itu hanya papan tebal biasa, tapi bagian yang berbahaya adalah, 10 mata tombak yang dipasang pada masing-masing papan.Karena musuh berlari cukup cepat, mereka tidak sempat menghindari ranjau yang telah dicitpakan oleh para pemuda.“Ahkkk…ahkkk …ahkkk …” hanya teriakan yang terdengar dari mulut para prajurit dari lima kadipaten pembeleot saat tubuh mereka tertanam ke dalam mata tombak tersebut.Ronggo yang melihat hal itu langsung berubah menjadi merah karena marah. Apa lagi setelah dia memperhitungkan paling tidak ada 100 prajurit yang mati sia-sia karena ranjau yang dibuat oleh Indra Pura.Sementara sisanya masih berlari seperti babik terluka, mencoba mendekati pasukan yang dipimpin oleh Rawai
Rawai Tingkis menderu secepat angin, berlari menuju musuh yang beberapa diantara mereka masih dipenuhi dengan kobaran api.“Dia mulai bergerak?” gumam Ronggo, memperhatikan Rawai Tingkis sejak pertama kali.Wush wush wush.Rawai Tingkis menghancurkan pasukan itu dengan cukup mudah, mendaratkan banyak tebasan dalam satu langkah yang cepat.Alhasil, beberapa dari satria suci tumbang dengan kondisi luka yang cukup parah.Namun di sini, Danur Jaya seolah mengerti apa yang dipikirkan oleh Rawai Tingkis. Dia melihat remaja itu melakukan serangan tanpa membunuh lawannya, tapi semua luka yang diterima oleh musuh berada di bagian jantung dan perut.“Kau membuka celah untuk kami!” gumam Danur Jaya.Danur Jaya masih tidak tahu kenapa Rawai Tingkis tidak membunuh lawannya, meskipun kemungkinan besar remaja itu bisa melakukan hal tersebut.Namun setelah berpikir sedikit lebih dalam, Danur Jaya akhirnya mengerti, bahwa kemungkinan besar Rawai Tingkis terlalu menghargai nyawa manusia.Namun luka yan
Ucapan Rawai Tingkis rupanya menjadi kenyataan, setelah pasukan pemuda kembali ke belakang, Satria Suci tidak sempat mengejar mereka dengan senjata bersarang di perut mereka.Pada akhirnya, musuh jatuh dengan tubuh ditopang oleh gagang tombak.Ronggo semakin geram melihat hal ini, tentu saja. Dia telah mengerahkan dua pasukan untuk menghancurkan Indra Pura, tapi semuanya berhasil dijatuhkan oleh para pemuda yang bahkan tidak diperhitungkan sebelumnya.Hanya pemuda biasa, yang baru mendapatkan pelatihan beberapa bulan di Indra Pura, bisa menghancurkan Satria Suci yang telah berlatih beberapa tahun lamanya.Ini adalah penghinaan terbesar bagi Ronggo selaku pemimpin pasukan satria suci dari pulau tengkorak.“Ini sangat menyebalkan,” gumam Ronggo, “Kau membuat aku marah!”Ronggo kemudian menarik pedang dari sarungnya, dan mulai berjalan ke arah benteng pertahanan Indra Pura.Di belakangnya, semua pasukan satria suci melakukan hal yang serupa, dan mengikuti Ronggo dari belakang.“Perang ya
Ronggo tertawa saat ini, sebelum kemudian dia memberi perintah kepada beberapa satria suci. “Hancurkan!”Satria suci yang dimaksud sekitar 30 atau mungkin 40 orang. Mereka adalah satria suci yang membawa palu besar, bahkan lebih besar dari tubuh mereka sendiri.Puluhan satria itu memiliki satu tugas utama, menghancurkan benteng pertahanan Indra Pura.“Jangan biarkan mereka mendekat!!!” Danur Jaya memberi perintah kepada semua prajurit pemanah untuk menghentikan pasukan penghancur yang dimiliki musuh.Mereka melakukan serangan panah yang cukup banyak, beberapa bahkan menancap di tubuh satria suci, tapi satria itu tidak menghentikan langkah kaki mereka.“Hancur!!!” mereka berteriak keras.Lalu! Bommm… suara ledakan terdengar setelah palu-palu besar itu mendarat di dinding tembok besar.Tidak hanya sekali, mereka menyerang benteng pertahanan hingga beberapa kali, dan akhirnya retakan besar mulai bermunculan di sekitar benteng pertahanan.Teriakan keras yang keluar dari mulut mereka akhir
“Hoi bocah,” tiba-tiba terdengar suara di relung kepala Rawai Tigkis, “mereka adalah pecandu, mereka tidak bisa dikatakan sebagai manusia lagi.”“Apa maksudmu, Singa Emas?”“Manusia yang menggunakan kekuatan kami, tidak akan kembali menjadi manusia lagi. Mereka yang kau sebut sebagai satria suci, memiliki ketergantungan terhadap Mutiara Emas.”“Apa yang kau katakana, ketergantungan? Apa maksudnya?”“Apa kau tidak menyadarinya, sumber daya yang dianggap berharga itu, akan merenggut semuanya. Usia, kekuatan, pikiran bahkan jiwa mereka, Mutiara Emas akan merenggut semuanya. Manusia tidak akan kembali menjadi manusia setelah menggunakan Mutiara Emas, pada akhirnya mereka akan bergantung akan benda itu, jika mereka berhenti, mereka akan merasa berada di ujung kehidupan. Mereka harus menggunakan mutiara emas lagi untuk terus bertahan hidup.”“Singa Emas, apa itu berlaku denganku?” tanya Rawai Tingkis.“Satria Roh Suci berbeda dengan Satria Suci, takdir Satria Roh Suci hanya ada dua, menguas
Senopati Danur Jaya mulai merasa khawatir saat ini, sebab belasan panah yang dia gunakan untuk menumbangkan Ronggo tidak membuahkan hasil.Danur Jaya hanya menjaga jarak aman saat ini, sementara Ronggo dengan sombong terus mendekati pria tersebut.Dua atau tiga serangan panah yang dilepaskan oleh Danur Jaya, malah ditangkap oleh Ronggo dengan hanya dua jari tangannya saja. Lalu dia tersenyum kecil.Perbedaan kekuatan yang begitu jauh antara keduanya.Sementara di sisi lain, para senopati utama masih berjibaku melawan belasan satria suci yang menggila, mereka tidak sempat memperhatikan posisi Danur Jayayang dalam bahaya.Ah, lagipula tidak ada satupun prajurit yang merasa aman saat ini, semuanya dalam bahaya. Hanya keberuntungan yang bisa menyelamatkan mereka, karena kekuatan sudah jelas tertinggal jauh dari Satria Suci.Bom bom..Sebuah ledakan besar baru saja terjadi, tapi kali ini ledakan itu berasal dari beberapa bangunan yang berada di dekat istana Indra Pura.Kemudian terdengar l
Danur Jaya melepaskan satu serangan lagi, dan ketika dia ingin mengambil anak panah, dia baru menyadari jika semua anak panah telah digunakannya untuk menyerang Ronggo.Tidak ada satupun yang tersisa di wadahnya, dan ini membuat wajah Danur Jaya menjadi lebih tegang.Ya, dia telah menyiapkan anak panah yang berlapis emas dan bercampur racun untuk menembus kulit keras satria suci, tapi dia lupa jika serangannya tidak akan berguna jika lawan mampu menghindar atau menangkis anak panah tersebut.Mungkin dia pikir, semua satria suci hanya bermodal kekuatan pisik, tapi sekali lagi dia lupa mengenai Ronggo. Ronggo jelas berbeda, dia memiliki teknik untuk bertarung.Ronggo adalah satria yang menguasai seni bela diri menggunakan pedangnya.“Apa panahmu sudah habis, Senopati Danur Jaya?” Ronggo melompat ke salah satu atap bangunan yang ada di dekat Istana Indra Pura.Di seberang atap itu, ada atap lain yang ditempati oleh Danur Jaya.“Sekarang apa yang ingin kau lakukan?” tanya Ronggo lagi.Dan