Share

Bab 15

Keesokan paginya aku sarapan dengan semangat, bahkan beberapa kali bunda menangkap wajahku sedang senyum-senyum sendirian.

"Kenapa sih?" tanya Bunda menyelidik.

"Ga papa." Aku mengulum senyum.

"Lagi ... jatuh cinta yaaa."

Aku mengeringkan mata, di usia dua puluh tiga tahun ini aku memang tak pernah mengenal cinta, bahkan berteman dengan lelaki pun sangat terbatas.

"Sama siapa, Arvin?" Bunda menautkan sebelah alis.

"What? Arvin? ngaco, dia itu bestie aku, Bun, jangan ngarang deh."

"Ya ga apa-apa, Bunda lihat dia lelaki baik dan sopan, ganteng lagi, masa sih kamu ga suka, bukannya selama ini sering jalan bareng?"

Setelah melihat ayah selingkuh aku jadi takut menjalin hubungan dengan lelaki, jangankan menikah berpacaran pun rasanya ogah, terlebih katanya pacaran itu suatu perbuatan haram karena mendekati zina.

"Kalau kalian saling suka mending langsung nikah aja, jangan pacaran-pacaran, dosa!" tegas bunda lagi.

Aku menegak susu lalu bicara. "Siapa yang pacaran sih? siapa juga yang jatuh
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status