"Oni? Oni enggak ada di sini, Sayang." Rendra hendak meraih tekuk leher Tessa. Namun, dengan sigap perempuan itu menepisnya.
"Maaf, Mas, aku enggak bisa." Bayang-bayang tentang Rendra yang selingkuh dengan Kresna malah menghampiri pikiran Tessa, membuatnya enggan melayani sang suami.
"Lho, kenapa, Sayang?"
"Enggak, Mas, enggak apa-apa. Aku mau mandi, gerah," jelas Tessa lalu beranjak dari tempat tidur.
Sang suami dibuat menyatukan dua alis oleh tingkah Kresna. Sungguh, dia tidak mengerti ada apa dengan Tessa. Dengan perasaan acuh tak acuh, laki-laki itu memilih duduk sambil mengamati kamar bernuansa warna putih biru.
Sementara itu, Tessa menatap dirinya di cermin, betapa mimpi yang buruk. Semalam Tessa memeluk siapa? Apa benar yang terjadi semalam adalah mimpi?
Sungguh seperti nyata. Apalagi ingatan tentang Rendra yang berselingkuh. Laki-laki itu berbohong tengah dalam bahaya. Iya, bahaya kalau sampai Tess
"Turunin Aski!" teriak Tessa histeris. Kalau saja Oni tidak menahan perempuan itu, sudah pasti Tessa mendekati Marwan yang sedang menggendong Aski.Bayi itu menangis histeris karena sedang berada di ambang kematian. Bagaimana tidak, Aski digendong dengan dua tangan laki-laki tersebut hendak menjatuhkan Aski dari ketinggian."Enggak! Turunin Aski!" Tessa semakin histeris melihat anak satu-satunya itu terus menangis karena pasti sangat ketakutan.Kini, Oni dan Tessa sudah berada di sebuah rumah gedong. Rumah tua yang tidak ada penghuni. Entah rumah siapa itu, laki-laki yang menculik Aski membawa ke duanya ke tempat ini.Memang tidak setinggi gedung. Namun, tetap saja dari ketinggian seperti ini sanggup melenyapkan nyawa bayi kecil seperti Aski."Please!" Tessa menangis. "Kamu tega Mas sama anak sendiri." Tessa masih merasa laki-laki di depannya adalah Rendra. "Kamu mau bunuh Aski? Kamu enggak saya sama dia? Tolong
"Kamu lelah dengan perasaan kamu sendiri. Mas minta maaf," ucap Rendra ketika sudah mendengar penjelasan Kanti.Satu bulan berlalu setelah kejadian itu. Kanti menjelaskan semuanya. Dirinya memang terlibat dalam kasus Marwan. Kanti merasa nyaman dengan laki-laki itu, kemudian mengikuti semua yang Marwan mau, termasuk membongkar semua rahasia Rendra.Kanti tahu dirinya salah. Dia mungkin akan bisa bahagia bersama Marwan, tapi di sisi lain dirinya sudah melukai banyak orang. Kanti menyesal melakukan semuanya, setelah mengetahui Marwan ingin menggantikan posisi Rendra dan membunuh suaminya itu."Iya, Mas. Aku tahu, aku salah. Semuanya juga percuma, kalau pun aku menolong Marwan, aku akan tetap merasakan sakit hati, karena dia ingin mengantikan posisi Mas. Egois, ya?" Kanti mengusap air mata. "Aku salah karena langsung percaya sama dia, menaruh hati sama dia, yang ternyata sama aja, mendahulukan hawa nafsu, menginginkan lebih dari satu wanita.
"Kita mau ke mana, Mbak?" tanya Oni yang sedang menyetir.Ibu Aski itu tadi pagi menelepon Oni dan meminta laki-laki itu untuk mengantarnya ke suatu tempat."Pulang, On. Aku mau pulang ke rumah emak," jawab Tessa sambil memakai sabuk pengaman, sementara Aski sudah lebih dahulu duduk di sampingnya. Tentunya menggunakan kursi khusus."Kenapa, Mbak?""Suara kamu kenapa, On?" Tessa heran mendengar suara Oni yang seperti dibekam."Saya pakai masker, Mbak, lagi pilek." Oni mengatakan yang sejujurnya, karena memang dia sedang memakai masker."Ooh." Tessa menghela napas sebentar. "Udah, On. Ayo berangkat!""Baik, Mbak.""Oh, ya, On, koper saya udah masuk ke mobil?""Sudah, Mbak," jawab Oni lalu mulai melajukan mobil.Tessa diam, sepanjang perjalanan tidak ada percakapan. Tessa jadi pendiam sejak mengetahui fakta perasaan Rendra."Mbak, baik-bai
Keheningan masih menjadi teman dua insan yang kini sedang duduk di bangku teras. Tessa tidak bisa langsung bicara dengan Rendra tadi, karena Emak ada di depan rumah.Terpaksa Tessa pun membawa Rendra masuk dan Emak menyiapkan makan untuk mereka. Kini, Tessa hanya bisa diam sambil mengamati pemandangan di depannya. Masih indah karena banyak pohon hijau dan hanya ada sedikit rumah. Tenang, tapi tidak setenang perasaan Tessa."Apa kamu masih menginginkan perpisahan, Sayang? Mas enggak punya siapa-siapa kalau kamu pergi." Rendra membuka pembicaraan.Sepolos itu, ya Tessa, sampai bisa dikelabui Rendra. Tessa sampai tidak tahu laki-laki yang membawa mobil adalah Rendra bukan Oni. Sepertinya, semrawut pikiran Tessa membuatnya tidak fokus."Tessa? Sayang, kamu dengar Mas, kan?" Rendra mencoba menyentuh tangan Tessa.Tessa menepis tangan tersebut. Punggung Aski lebih menarik dibanding tangan Rendra. Dia mengelus-elus lemb
Setelah membawa Wanda ke rumah sakit, Rendra duduk di samping istri pertamanya yang sedang berbaring itu. Perlahan Rendra meraih tangan Wanda."Mas, minta maaf, selama ini bersikap egois," lirih Rendra. Perasaan sesal tiba-tiba menghampiri Rendra. Namun, penyesalan pun tidak akan mengubah apa-apa.Kata dokter, Wanda mengalami depresi, dia juga sakit karena belum mengisi perutnya. Tampak perempuan itu lebih kurus, meski baru beberapa bulan di sel tahanan.Pasti Wanda merasa tidak tahan. Selama hidup di luar penjara, kehidupan Wanda bisa dibilang enak. Apa pun yang dia inginkan selalu ada. Meski, ada satu hal yang mungkin Rendra tidak tahu, hati perempuan itu berantakan karena harus memendam cemburu.Awalnya Wanda tidak masalah perihal pernikahan suaminya. Namun, lama-lama Wanda merasa Rendra tidak adil, apalagi sejak kehadiran Kresna. Wanda merasa Rendra terlalu memberi lebih pada perempuan itu apalagi tentang perasaan. Sebagai pere
"Bagaimana keadaan Mbak Wanda?" Tessa memulai percakapan karena merasa Rendra hanya diam saja sedari tadi."Wanda sepertinya depresi," sahut Rendra menatap ke depan.Tessa ikut diam. Suasana hati suaminya pasti sedang tidak baik-baik saja. Wajah Rendra benar-benar murung.Tatapan laki-laki di sampingnya itu membuat Tessa penasaran. Tessa mengikuti pandangan sang suami. Ada sepasang suami istri, suaminya sedang menggendong bayi perempuan, dengan si ibu yang memainkan tangan si mungil tersebut.Tessa tiba-tiba meneteskan air mata. Meski tidak dibicarakan, sedikitnya Tessa mengerti apa yang Rendra rasakan. Pelan Tessa memberanikan diri meraih tangan Rendra."Mas," lirih Tessa membuat Rendra menoleh. Tessa menghela napas terlebih dahulu sebelum bicara. "Mas enggak perlu maksa untuk milih antara aku sama Mbak Wanda."Rendra diam masih berusaha mencerna ucapan Tessa."Mas bisa jujur sama aku?
Kresna menatap lampu-lampu indah yang berasal dari rumah-rumah di bawah bukit ini. Aroma sejuk yang menyegarkan pernapasan. Dia merasa tenang di tempat yang jauh dari bising kendaraan dan asap polusi."Indah," gumam Kresna, "oh, ya, terima kasih karena sudah menolong aku." Entah benar atau tidak yang dilakukannya sekarang. Kresna hanya menuruti keinginan seseorang untuk pergi ke sini. Dia juga memang mau mengucapkan terima kasih kepada orang tersebut."Untuk apa?""Karena sudah menuruti kemauan aku untuk berpisah. Aku minta maaf kalau selama ini enggak bisa menjadi yang terbaik." Kresna diam sebentar masih menikmati pemandangan di bawah sana."Jadi apa yang mau--" Ucapan Kresna berhenti saat tiba-tiba dua tangan menelusup pinggang, seseorang di belakang Kresna ternyata langsung memeluknya tanpa izin.Kresna sontak memberontak dan melepaskan diri. "Maaf, tapi kita bukan mahram. Aku ke sini karena mau mendengarkan apa ya
"Mas Rendra?" Tessa yang bersuara saat menatap laki-laki yang langsung menghampiri mobil Kresna.Laki-laki itu mengetuk pintu kaca mobil. Kresna membuka perlahan dengan dahi yang berkerut. "Mas bikin kaget kenapa harus motong jalan gitu?" tanya Kresna."Kamu menculik istri Mas, ya?" Rendra menatap Tessa sambil melukis senyum.Tessa memalingkan muka tidak bernafsu membalas senyum sang suami.Kresna yang menyadari ketegangan yang terjadi, segera berdehem. "Iya, nih, aku nyulik istri orang yang katanya mau kabur, mau cari suami baru lagi kayaknya," kata Kresna membuat Tessa cemberut."Apa sih, Kak?" Tessa memukul paha Kresna. "Enggak kok. Aku enggak mau kabur."Kresna sedikit terkekeh, kemudian tanpa Tessa sadari Kresna melirik Rendra penuh arti. "Em, kalau gitu ikut gih, pulang sama suaminya.""Enggak mau," tolak Tessa."Katanya enggak kabur. Nanti suaminya diambil orang lho,"