Banyak yang harus dia dan Ela lakukan setelah malam penuh lika-liku dalam mengungkap kebenaran salah satu pelaku penjebakan mereka berdua di kantor Mas Sultan waktu itu. Ela sudah mengungkapkan niatnya untuk membalas perbuatan para pelaku, dan ketika ditanya balasan seperti apa yang Ela inginkan, rupanya perempuan itu masih memperlihatkan kebaikan hatinya. Kekasihnya itu mengatakan kalau dia ingin Dhanu dijebloskan ke dalam penjara dan mempertanggungjawabkan perbuatannya. Tapi Mas Sultan yang berada di tengah-tengah diskusi mereka itu sontak menyampaikan ketidaksetujuannya. “Kok gitu doang, sih, beb?” tanya Mas Sultan dengan sok akrab yang membuat Dipta lantas memutar bola matanya. “Mas Sultan, please… mind your words!” tegurnya sedikit kesal. Iya, Dipta paham benar jika Mas Sultan hanya berkelakar saja demi menurunkan tensi dan membuat suasana menjadi lebih cair selepas memberitakan informasi mengenai keterlibatan Dhanu dalam penjebakan. Tapi tetap saja… ada rasa cemburu yang
ELARasanya cukup rumit untuk menjalani hari dan rutinitas seperti biasa ketika kita tahu ada kebenaran yang terkuak dan mengubah cara hidup serta cara berpikirnya.Setelah Ela menyadari siapa yang menjerumuskannya di malam penjebakan itu bersama Dipta, Ela kini semakin gigih untuk merampungkan rencana pernikahannya dengan Dipta.Tak hanya karena perasaan mereka yang saling berbalas penuh kasih, namun juga demi mengusahakan kebahagian dan ketenangan hidup yang dahulu sempat dirusak oleh Dhanu Trihadi.Beberapa hari setelah pengungkapan keterkaitan antara Grace Hariman dan Dhanu Trihadi–Ela sempat tidak bersemangat dalam menjalani hidup. Dia merasa seperti orang yang paling bodoh yang begitu mudah terperdaya oleh Dhanu. Merasa menjadi perempuan yang paling
Lagipula banyak hal yang mesti Dipta pikirkan dan selesaikan olehnya sendiri. Terutama tentang masalah pelaku penjebakan yang dipikirkan cara balas dendam terbaiknya bersama dengan Masl Sultan, lalu masalahnya dengan keluarga Rustam dan transisi pekerjaannya di bawah kepemimpinan kakaknya Dipta sendiri, Bang Hakim Rustam.Makanya Ela menjustifikasi semua kegiatan mandirinya ini sebelum akhirnya pada malam ini mereka berdua duduk bersama di restoran Ambience untuk makan malam dan mengecek persiapan yang dilakukan oleh EO dalam mempersiapkan venue dan hal lainnya.Saat Ela sibuk membalas pesan Riko yang menjadi PIC di EO tersebut, Dipta yang duduk di seberangnya penasaran dan akhirnya bertanya kepadanya dengan siapa Ela berkirim pesan saat ini.
“Kamu baru memberitahu Mama berita ini sekarang? Tiga hari menjelang acara pernikahanmu, Ela? What do you take me for? Kamu sudah durhaka ya tak anggap Mama sebagai orang tuamu lagi, ya!” Suara teriakan mama yang penuh drama terdengar nyaring di rumah kediaman keluarga Dharmawan membuat Ela memejamkan matanya sejenak.Dipta berada di sampingnya dan mengelus punggungnya, mencoba menenangkan Ela agar dirinya tetap tenang tidak terprovokasi.“Mama sendiri bukan, yang menolak seluruh panggilanku sejak aku angkat kaki dari rumah?” ujarnya membela diri.“Ya itu karena kamu sendiri yang bebal sekali tidak mau menuruti keinginan Mama!” balas sang mama tak kalah kerasnya dari ucapan per
DIPTA Memiliki seseorang yang bersedia mengikatkan diri dengannya dengan janji suci nan sakral di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa di hadapan keluarga dan kolega dekatnya merupakan satu mimpi jauh yang sempat Dipta kubur dalam-dalam dalam hidup. Tak ada kata pernikahan dalam kamus percintaannya mengingat bagaimana gilanya dulu dinamika antara mendiang ibu dan papanya, dan dampak serta trauma yang Dipta bawa dalam menjalani hidupnya. Semua membuatnya enggan untuk mengikatkan diri bersama seorang perempuan hingga sejauh dan sedalam ikatan pernikahan. Tapi di hadapannya kini, sesosok perempuan jelita tercantik di mata Dipta telah sah menjadi istrinya secara hukum dan agama. Tidak ada drama dalam prosesi pernikahan mereka sejak tadi di restoran
Dipta mengangguk, mengucapkan terima kasih atas ucapan politisi muda tersebut. “Saya pikir Anda sudah pernah bertemu dengan papa saya? Kudengar Papa memiliki koneksi juga dengan paman Anda, Tedjo Sutikno. Benar demikian?” Dipta hanya berbasa-basi singkat saja. Karena memang ini pertemuan pertamanya dengan Prabu Sutikno dan tak ada topik yang dapat mereka bicarakan bersama satu sama lain. “Ah, ya… Mungkin Om Tedjo sudah mengenal dekat Pak Jeremy Rustam. Namun saja belum berkenalan secara lanjut. Apalagi ada kakakmu yang kudengar sekarang sedang fokus dengan perusahaan sawitnya, ya?” Prabu menanggapinya. “Wah, kalau yang itu saya kurang paham. Prabu. Anda bisa berbincang dengan Bang Hakim dan saya yakin dia akan senang hati menceritakan bisnis yang saat ini sedang dikerjakan.” Dipta berkelakar sambil mengangkat kedua tangannya, peduli setan apa fokus kakaknya. Dia bahkan baru bekerja di bawah kakaknya dalam hitungan bulan. Dia tak tahu banyak soal bisnis keluarga Rustam. Pun dia
ELAEla terbangun dari tidurnya yang cukup lelap. Saat syaraf di otaknya sudah saling terkoneksi, barulah Ela sadar di mana dia sekarang, dan mengapa dia bisa tidur selelap ini semalaman.Kemarin Ela baru saja menikah dengan pria yang kini tengah memeluk tubuhnya erat. Kontak maksimal dada bidang Mas Dipta dengan punggungnya menciptakan kehangatan yang begitu membuatnya terasa nyaman dan terlindungi sempurna.Dia sontak tersenyum pelan saat mendapati tubuhnya berada dalam pelukan Dipta.Mas Dipta. Suaminya.Oh, betapa nama panggilan baru Dipta begitu indah di benak Ela yang sedang berbunga-bunga sekarang.Tak sadar
Ela tak lelahnya memandang Dipta yang terlihat begitu manly ketika merobek croissant hangat di hadapannya kini. Tangannya yang berurat dan kekar, lalu rahangnya yang tegas, dan… bibirnya yang tebal menggoda. Semuanya terlihat begitu indah di mata Ela, sampai-sampai dia tak sadar jika dia memandang sang suami tanpa kedip. Dipta yang akhirnya sadar hanya menggelengkan kepala dan terkekeh sejenak sebelum menggodanya kembali. “Yang, ngeliatnya biasa aja dong, kayak mupeng gitu,” tegur Dipta setelah berhasil melahap croissant yang disediakan di restoran The Opulent hotel The Royal Ruby ini. Ela diam-diam memeriksa jangan sampai dia air liurnya menetes sebelum mengubah suaranya menjadi malu-malu kucing. Entah apa yang merasukinya sejak pagi ini. Rasanya dia ingin terus berada dekat dengan Dipta, bermesra-mesraan, hingga bercengkrama dengan intim dengan pria yang sungguh baru Ela sadari begitu menawan. Mungkin ini yang orang-orang sebut sebagai pesona pria matang. “Tapi kamu eman