Ketika lawannya mendekat ke arahnya dengan cepat, Alex segera melakukan trik yang diajakan oleh Sean MacFilan. Dia merunduk ke sisi leher kudanya untuk menghindari tusukan lembing kayu. Tindakan itu dibarengi dengan serangan mendadak dari jarak dekat, lembing kayu yang dipegang kuat-kuat oleh Alex mendorong bahu Lord Stefan O'Brien, lawannya dari Drakenville."CRAKKK!" Bunyi lembing kayu yang pecah menubruk lempengan besi baju zirah terdengar mengerikan disusul bunyi tubuh yang terjatuh dari punggung kuda, "BRUUKKKK!""Waaaaahhh!" seru para penonton di tribun amphitheater itu ketika mengetahui pemenang lomba bertarung lembing berkuda adalah Alex.Willy berdiri dari tempat duduknya lalu bertepuk tangan sendirian karena para penonton lainnya belum pulih dari keterkejutan mereka. "Plok ... plok ...plok!" Tepuk tangan lainnya menyusul dengan membahana bersama siulan yang meriah mengapresiasi keberhasilan Alex mengalahkan lawannya yang diunggulkan sebelumnya.Dia memeluk pemuda kerempeng i
Siang itu seperti biasa Pangeran Ares yang masih hilang ingatan membaca buku di kamar tamu. Dia duduk bersandar di kepala ranjang sembari asik membalik lembar demi lembar buku tebal di tangannya."TOK TOK TOK." "Permisi, Kak Ares. Kubawakan makan siang untukmu, semoga kau suka dengan masakan buatanku ini," ucap Queenta sambil membawa nampan berisi makanan beraroma lezat menggoda lalu meletakkannya di nakas samping tempat tidur.Pemuda itu tersenyum memandangi Queenta yang sibuk menyiapkan makan siang untuknya ke sebuah piring kosong. "Kau terlalu memanjakanku, Adik Kecil yang Manis!" ujar sang pangeran."Apa badanmu sudah tidak terasa sakit sekarang?" tanya Queenta sembari duduk di kursi samping tempat tidur Pangeran Ares. Dia mulai menyuapi pria besar itu."Sudah sangat baik. Mungkin karena kau yang rajin merawat semua luka-luka di tubuhku dan membuatku minum obat tepat waktu," jawab sang pangeran sambil mengunyah makanan yang disuapi oleh Queenta Larson. "Syukurlah kalau begitu. M
"Jenderal Jason bertahanlah ...," pinta Sersan Yuna Almeira yang menemani jenderal muda dari Drakenville di kamar tamu istana raja.Badan besar pria itu mulai turun suhunya seiring dengan kehilangan banyak darah. Wajahnya mulai pucat membiru di pangkuan sersan wanita yang menjadi satu-satunya teman di masa kritisnya. "Yu—Yuna ... sebelum aku mati, sebaiknya ... aku ... mengatakannya," ucap Jenderal Jason dengan napas pendek-pendek karena dadanya terasa sesak."Kenapa Anda malah banyak bicara? Nanti saja, tunggu dokter istana datang. Saya takut terjadi hal yang tidak-tidak terhadap Anda!" omel wanita berpakaian serba hitam dalam operasi militer rahasia itu sembari menyeka keringat yang bercucuran di wajah sang jenderal."Ini ... ini penting! Aku menyukaimu—kalau aku ... masih hidup ... nanti, maukah kau menikah denganku?" Perkataan Jenderal Jason Oliviera membuat Sersan Yuna terperangah. Dia tidak pernah memikirkan hal tersebut barang sekali pun. Pria di dalam dekapannya itu memiliki s
"Lindungi Pangeran!" seru Jenderal Raymond Summerset ketika melihat para pemberontak mengeroyok calon raja Wisteria dengan pedang tajam.Tentu saja luka tak terelakkan di tubuh Pangeran William Lancester, dia mendapat serangan bertubi-tubi dari segala arah. Sementara dia bertarung di tengah sepuluh musuh yang garang sendirian dengan pedang.Ketika Lady Arleena Eberdeen melihat keponakannya kepayahan bersimbah darah, dia tertawa bahagia dengan suara menyeramkan. "Hahaha ... teruskan serangan kalian. Habisi dia, jangan sampai dia selamat!" ujarnya kejam.Namun, pasukan militer Wisteria dengan segera membantu mengamankan Pangeran William dengan berdiri sembari bertarung di sekelilingnya. Nyawa sang pangeran pun aman sekalipun lukanya berdarah-darah. Akhirnya Jenderal Sebastian Dalio dan Letnan Dapal tiba di kamar peristirahatan baginda raja. Mereka melihat pertempuran sengit di sana, tetapi Jenderal Raymond Summerset mencegah kedua perwira kepercayaannya untuk ikut dalam kemelut itu. "K
Sore itu Pangeran Ares yang telah pulih mengajak Queenta Larson berkuda tandem bersamanya ke dataran rendah di bawah Camelia Summit. Sinar hangat matahari senja menyentuh kulit mereka berdua memang lokasi tempat Queenta tinggal bersama keluarga Larson terletak di sisi barat mata angin."Kak Ares sepertinya sudah sehat sekali. Aku turut senang!" ujar Queenta yang duduk di depan sang pangeran yang memegang tali kekang kuda."Berkat perawatanmu juga, Gadis Kecil. Aku berutang budi kepadamu," sahut Pangeran Ares dengan tulus.Namun, ketika dia melayangkan pandangannya ke lereng perbukitan Camelia Summit mendadak kepalanya pening seolah berputar-putar. Kudanya pun ikut gelisah merasakan penunggangnya tidak stabil di atas punggungnya."Ehh—Kak Ares, ada apa?!" seru Queenta panik dan segera mengambil alih tali kekang kuda agar makhluk sensitif itu tenang kembali. Dia menarik tali kekang untuk menghentikan langkah kudanya."Aarrgghh! Queenta, kepalaku mendadak pusing sekali seperti dipukul de
Ketika fajar menyingsing di Wisteria Kingdom, Pangeran Ares yang telah beristirahat semalam di kamar tamu kediaman Larson pun mulai menemukan kepingan-kepingan memorinya dan merangkainya menjadi pikiran yang sebagian utuh. Dia berbicara kepada Queenta dan orang tuanya ketika sarapan pagi bersama keluarga besar Larson."Terima kasih atas kebaikan kalian semua yang telah menampungku di rumah ini. Kini tiba waktunya bagiku kembali ke tempatku yang seharusnya yaitu di Istana Drakenville. Hadiah ucapan terima kasihku akan dikirimkan ke mari oleh pegawai istana secepatnya," tutur Pangeran Ares Kincaid dengan penuh wibawa selayaknya seorang pangeran mahkota.Ayah Queenta yaitu Robert Larson pun menjawab sang pangeran, "Ohh ... itu tidak perlu, Pangeran Ares. Kami tulus memberikan tumpangan hingga Anda pulih. Wisteria dan Drakenville telah lama bersahabat, kami sebagai warga negara yang baik tentunya harus menolong Anda.""Tuan Robert sangat mulia hatinya. Namun, itu adalah rasa terima kasih
Di Istana Drakenville, Pangeran Ares yang telah kembali sejak menghilang pasca mengikuti turnamen ketangkasan 5 tahunan babak ketiga lalu harus menghadapi kemarahan adik perempuannya, Puteri Alea Brigitta Kincaid."Kakak, kau harus segera melamar puteri perdana menteri Wisteria itu. Aku tak ingin menerima alasan apa pun!" desak puteri manja itu sembari bersedekap dengan wajah masam.Pangeran Ares yang duduk di kursi kebesarannya di Pavilliun Naga Api pun memijit pelipisnya. Suara bernada tinggi adik perempuannya membuat kepalanya pening dengan telinga berdenging. Dia sudah kehilangan rasa tertariknya kepada Lady Amelia Stormside. Gadis itu berbeda dengan Queenta Larson dalam memperlakukannya. Semakin dia membandingkan semakin dia yakin bahwa Lady Amelia tidak memiliki perasaan sama sekali selain terpaksa menerima perjodohan dengannya."Alea—dengar, aku sepertinya tak bisa memenuhi keinginanmu kali ini!" jawab Pangeran Ares jujur. Namun, jawabannya justru membuat Puteri Alea naik pit
Pagi itu ketika fajar pagi merekah di langit Drakenville dan Wisteria, kedua pangeran yang memiliki kepentingan yang belum selesai terkait pernikahan mereka masing-masing akan bertemu di Pavilliun Phoenix. Namun, perbedaannya ada di hati Pangeran Ares Kincaid telah berpaling dari Lady Amelia Stormside, sedangkan hati Pangeran William Lancester tetap menuju ke gadis yang telah dicintainya sejak semula. Dan sang pangeran Wisteria belum mengetahui perubahan itu."Jenderal Sebastian, apa yang sebaiknya aku jadikan alasan tentang lamaranku untuk Lady Amelia?" tanya Pangeran William gundah. Dia kuatir kakak dari Puteri Alea tersebut akan mengamuk dan membuat situasi damai kedua kerajaan menjadi berselisih.Maka jenderal muda Wisteria tersebut memberikan nasihatnya, "Your Grace, ada baiknya bila Anda pura-pura tidak mengetahui alasan kedatangan Pangeran Ares dan menyambutnya dengan tangan terbuka. Kita dengarkan dahulu apa saja yang beliau kehendaki dari pertemuan ini.""Ahh ... itu saran y