Waktu libur kali ini, digunakan Selly untuk belajar memasak. Berharap Regan akan bangga jika memiliki istri yang pandai memasak.
Dibantu dengan asisten rumah tangga, Selly membuat kue. Walaupun sudah sesuai dengan resep, tetap saja membuat Selly kesulitan.Setelah bersusah payah membuat, akhirnya brownis buatannya jadi juga. Membawanya ke meja makan Selly begitu penasaran dengan rasa kue yang dibuatnya. Memotong kue, dia memindahkan pada piring kecil. Namun, belum sempat dia memakannya, suara Regan terdengar dan mengalihkannya.“Kamu sedang apa?”“Kamu sudah pulang,” ucap Selly yang melihat Regan datang.Regan mengangguk dan menghampiri Selly. Dilihatnya kue brownis di atas meja. Tampilannya tak secantik di toko kue, tapi aroma manisnya begitu menggugah selera.“Aku buat kue, apa kamu mau coba?”Regan menatap tak percaya dengan kue yang dibuat Selly, tetapi merasa tidak enak jika menolak.Tak terasa waktu bergulir dengan cepatnya. Sebulan Regan dan Selly menikah. Regan yang sibuk dengan proyek pembangunan apartemen, membuat mereka jarang sekali bertemu. Mereka bertemu hanya ketika pagi. Karena ketika Regan pulang, selalu saja Selly sudah tidur. Beberapa kali Selly menunggu Regan, tetapi hasilnya paginya dia pusing karena kurang tidur. Akhirnya, dia memilih tak menunggu lagi. Namun, ada yang beda dengan hari ini. Walaupun semalam tidak menunggu Regan, kepalanya terasa begitu sakit. Kepalanya berdenyut dan membuatnya begitu kesakitan. “Kamu tidak bersiap untuk ke kantor?”“Kepalaku pusing,” ucapnya seraya memegangi kepala. “Apa semalam kamu menungguku?” “Tidak. Aku tidur di jam sembilan.” Regan menghampiri Selly. Duduk di tepi ranjang dan mengarahkan tangannya menuju ke dahi istrinya. Mengecek suhu tubuh Selly. “Tidak demam.” “Aku memang hanya pusing saja.” “Aku akan ambilkan paracetamol.” Regan berdiri mengambil ob
Penampakan apartemen kini sudah mulai kelihatan berdiri kokoh di lahan seluas empat ratus ribu persegi. Rencananya apartemen akan didirikan dengan tiga puluh enam lantai dan mal akan berdiri dengan tujuh lantai. Akan ada toko-toko dan tenant yang akan mengisi mal. Setahun sudah berlalu sejak pembangunan dimulai. Beberapa apartemen juga sudah mulai ditawarkan dan dijanjikan akan ditempati dua tahun lagi. Promo pemesanan diberikan dengan segala kemudahan cicilan. Dengan hadiah-hadiah menarik yang membuat konsumen tertarik.Waktu yang bergulir dengan cepatnya membuat Regan sudah banyak menghabiskan pikiran dan tenaganya untuk pembangunan itu. Semuanya di bawah pengawasannya. Hingga tak banyak terjadi masalah sama sekali.Namun, berbeda dengan kantor yang tak pernah ada masalah berat. Masalah justru muncul di dalam pernikahan Regan dan Selly. Regan yang begitu sibuk, tak punya waktu untuk istrinya. Setahun belakangan ini dia sibuk menyiapkan proyek-proyek lain sel
Dua hari lalu Selly datang ke kantor untuk memberitahu papanya jika dia memilih berhenti bekerja. Awalnya papanya tidak terima karena Selly harus belajar meneruskan perusahaan. Dengan penuh keyakinan Selly menjelaskan, jika aku tetap bekerja, hanya sedikit waktuku bersama Regan. Hal itu mengganggu keharmonisan rumah tanggaku, Pa. Aku ingin punya waktu lebih banyak dengan Regan. Karena jika dua-duanya sibuk, tak akan pernah kami bisa menemukan waktu.Mendengar penjelasan Selly, papanya akhirnya paham dan setuju. Lagi pula karier menantunya sedang menanjak, dan jika sampai anaknya juga sibuk justru akan berdampak buruk untuk rumah tangga anaknya. Kini kegiatan Selly berkutat di rumah saja. Hari pertama kemarin sudah membuatnya sangat senang. Bagaimana tidak, pagi-pagi dia sudah sibuk menyiapkan sarapan. Kemudian menyiapkan keperluan Regan dan membantu Regan bersiap.Setelah Regan berangkat, Selly memilih untuk menyiapkan makan siang. Dengan penuh sema
Pagi-pagi sekali Selly sudah tidak menemukan Regan di sisi tempat tidur. Matahari belum menampakkan sinarnya, tetapi pria itu sudah tidak ada. Menyibak selimutnya, Selly bangkit dari tempat tidur. Tempat yang dicarinya pertama kali adalah kamar mandi. Dia ingin mengecek apakah Regan ada di sana. Walaupun dalam keadaan kesal, rasa penasarannya lebih kuat, hingga dia memilih untuk mengetuk pintu. Sayangnya beberapa ketukan dia lakukan, tidak ada jawaban dari dalam. Hingga akhirnya dia memilih untuk membuka pintu kamar mandi. Tampak kamar mandi kosong, tetapi terlihat basah-tanda jika baru saja kamar mandi dipakai. Pertanyaan di mana Regan menghantui pikirannya. Ingin segera menemukan jawaban, dia memilih keluar dari kamar mandi. Langkahnya dia ayunkan ke lantai bawah, mencari keberadaan Regan. Sayangnya tidak ada juga Regan di sana. Sampai Selly mencari asisten rumah tangganya. “Apa Bibi lihat Regan?” tanyanya ketika menemukan asisten rumah
Mobil terus melaju membelah kemacetan siang itu. Mobil terus melaju dengan cepatnya dan berhenti di sebuah kampus. Satu tempat yang menjadi tujuan Selly adalah kampus Bryan. Selly menghubungi adiknya untuk datang ke tempat parkir menemui dirinya. Ada banyak pesan yang harus dia sampaikan sebelum pergi. Bryan yang kebetulan ada kelas, merasa kesal sekali kakaknya datang tanpa tahu waktu. Mau tak mau Bryan harus berpura-pura ke toilet untuk bertemu dengan kakaknya. “Apa kamu tidak punya pekerjaan hingga Kakak ke sini?” tanya Bryan saat masuk ke dalam mobil. Saat menoleh untuk menatap Selly dia melihat kakaknya sedang menangis. “Kak, apa yang terjadi?” Tangan Bryan menarik tubuh kakaknya ke pelukannya. Isak tangis Selly terdengar ketika adiknya dengan lembut memeluknya. “Ada apa sebenarnya?” tanyanya kembali. “Aku bertengkar dengan Regan,” jawab Selly seraya menjauhkan tubuhnya. “Apa Kak Regan selingkuh?” tany
“Pembeli apartemen sudah mendapatkan kembali dana mereka,” ucap Regan pada papanya. “Kerja bagus. Untung semua bisa kamu selesaikan dengan cepat.” “Iya, Pa. Kalau begitu aku kembali dulu ke ruanganku.” Regan berpamitan dan kembali ke ruangannya. Sudah tiga hari ini Regan menyelesaikan kasus penipuan yang mengatas namakan perusahaannya. Mengakibatkan beberapa pembeli apartemen rugi. Namun, beruntung Regan mengetahui lebih cepat sehingga dia bisa bertindak. Di hari, di mana Selly datang membawa makanan, dia sedang pergi ke kantor polisi. Penyelidikan memakan waktu hingga malam hari sehingga akhirnya Regan tak dapat menemani Selly makan malam. Pagi harinya, Regan sengaja berangkat pagi untuk menyelesaikan mendata pembeli apartemen yang sudah dirugikan dari kasus penipuan, karena tak mau orang menilai Maxton tak bertanggung jawab. Selama mengerjakan semua pekerjaannya itu, dia berpesan pada sekretarisnya untuk tidak ada yang mengganggu
Usai makan malam dengan keluarga Adion, Regan pulang ke rumah. Sepanjang makan, pikirannya kembali pada istrinya. Menyesali kenapa bisa istrinya pergi sejauh itu tanpa dia tahu. Masuk ke dalam rumah, pandangannya tertuju pada sofa di ruang keluarga. Biasanya, jika malam sudah larut, Selly akan menunggunya pulang dan tertidur di sana. Walaupun itu baru beberapa hari, tetapi baginya itu sangat berarti. Melihat wajah cantik Selly selalu membuatnya senang. Apalagi saat tertidur pulas. Karena tak tega, akhirnya terkadang Regan meminta Selly untuk tidur di kamar dan tak perlu menunggu. “Apa Pak Regan mau makan?” tanya asisten rumah tangga membuat Regan yang sedang memikirkan Selly, tersadar. “Tidak, Bi, terima kasih,” jawab Regan. Dia tersenyum kecut. Biasanya Selly akan mengajaknya makan ketika pulang, tetapi kini tak ada. Dengan langkah gontai, Regan menuju kamarnya. Saat pertama kali membuka pintu kamar, ingatannya kembali pada kejadian dia
Mendapatkan sebuah foto lengangnya kota London, akhirnya Selly dan Ryan memutuskan untuk pulang. Ryan mengantarkan Selly pulang lebih dulu sebelum pulang ke apartemennya. Dengan mengendarai bis mereka menuju ke rumah Selly. “Apa kamu akan langsung bekerja nanti?” tanya Selly.“Iya.” “Baiklah, nanti fotonya akan aku kirim setelah aku edit.” Selly memang bekerja sebagai fotografer lepas yang direkrut Ryan. Dia tak mau terikat dengan perusahaan majalah karena takut tidak tahu akan seberapa lama di London. Jadi pekerjaan ada jika kantor membutuhkan. Ryan mengangguk dan meninggalkan rumah Selly. Selly yang begitu lelah langsung masuk ke rumah. Hal pertama yang akan dia lakukan adalah mandi dan mengedit foto untuk segera dikirim. Setelah itu barulah dia akan beristirahat. Dengan langkah gontai, Selly menuju ke kamarnya. Namun, baru saja dia membuka pintu, tampak ada seseorang di kamarny