Pagi-pagi sekali Selly sudah tidak menemukan Regan di sisi tempat tidur. Matahari belum menampakkan sinarnya, tetapi pria itu sudah tidak ada.
Menyibak selimutnya, Selly bangkit dari tempat tidur. Tempat yang dicarinya pertama kali adalah kamar mandi. Dia ingin mengecek apakah Regan ada di sana. Walaupun dalam keadaan kesal, rasa penasarannya lebih kuat, hingga dia memilih untuk mengetuk pintu. Sayangnya beberapa ketukan dia lakukan, tidak ada jawaban dari dalam. Hingga akhirnya dia memilih untuk membuka pintu kamar mandi.Tampak kamar mandi kosong, tetapi terlihat basah-tanda jika baru saja kamar mandi dipakai.Pertanyaan di mana Regan menghantui pikirannya. Ingin segera menemukan jawaban, dia memilih keluar dari kamar mandi.Langkahnya dia ayunkan ke lantai bawah, mencari keberadaan Regan. Sayangnya tidak ada juga Regan di sana. Sampai Selly mencari asisten rumah tangganya.“Apa Bibi lihat Regan?” tanyanya ketika menemukan asisten rumahMobil terus melaju membelah kemacetan siang itu. Mobil terus melaju dengan cepatnya dan berhenti di sebuah kampus. Satu tempat yang menjadi tujuan Selly adalah kampus Bryan. Selly menghubungi adiknya untuk datang ke tempat parkir menemui dirinya. Ada banyak pesan yang harus dia sampaikan sebelum pergi. Bryan yang kebetulan ada kelas, merasa kesal sekali kakaknya datang tanpa tahu waktu. Mau tak mau Bryan harus berpura-pura ke toilet untuk bertemu dengan kakaknya. “Apa kamu tidak punya pekerjaan hingga Kakak ke sini?” tanya Bryan saat masuk ke dalam mobil. Saat menoleh untuk menatap Selly dia melihat kakaknya sedang menangis. “Kak, apa yang terjadi?” Tangan Bryan menarik tubuh kakaknya ke pelukannya. Isak tangis Selly terdengar ketika adiknya dengan lembut memeluknya. “Ada apa sebenarnya?” tanyanya kembali. “Aku bertengkar dengan Regan,” jawab Selly seraya menjauhkan tubuhnya. “Apa Kak Regan selingkuh?” tany
“Pembeli apartemen sudah mendapatkan kembali dana mereka,” ucap Regan pada papanya. “Kerja bagus. Untung semua bisa kamu selesaikan dengan cepat.” “Iya, Pa. Kalau begitu aku kembali dulu ke ruanganku.” Regan berpamitan dan kembali ke ruangannya. Sudah tiga hari ini Regan menyelesaikan kasus penipuan yang mengatas namakan perusahaannya. Mengakibatkan beberapa pembeli apartemen rugi. Namun, beruntung Regan mengetahui lebih cepat sehingga dia bisa bertindak. Di hari, di mana Selly datang membawa makanan, dia sedang pergi ke kantor polisi. Penyelidikan memakan waktu hingga malam hari sehingga akhirnya Regan tak dapat menemani Selly makan malam. Pagi harinya, Regan sengaja berangkat pagi untuk menyelesaikan mendata pembeli apartemen yang sudah dirugikan dari kasus penipuan, karena tak mau orang menilai Maxton tak bertanggung jawab. Selama mengerjakan semua pekerjaannya itu, dia berpesan pada sekretarisnya untuk tidak ada yang mengganggu
Usai makan malam dengan keluarga Adion, Regan pulang ke rumah. Sepanjang makan, pikirannya kembali pada istrinya. Menyesali kenapa bisa istrinya pergi sejauh itu tanpa dia tahu. Masuk ke dalam rumah, pandangannya tertuju pada sofa di ruang keluarga. Biasanya, jika malam sudah larut, Selly akan menunggunya pulang dan tertidur di sana. Walaupun itu baru beberapa hari, tetapi baginya itu sangat berarti. Melihat wajah cantik Selly selalu membuatnya senang. Apalagi saat tertidur pulas. Karena tak tega, akhirnya terkadang Regan meminta Selly untuk tidur di kamar dan tak perlu menunggu. “Apa Pak Regan mau makan?” tanya asisten rumah tangga membuat Regan yang sedang memikirkan Selly, tersadar. “Tidak, Bi, terima kasih,” jawab Regan. Dia tersenyum kecut. Biasanya Selly akan mengajaknya makan ketika pulang, tetapi kini tak ada. Dengan langkah gontai, Regan menuju kamarnya. Saat pertama kali membuka pintu kamar, ingatannya kembali pada kejadian dia
Mendapatkan sebuah foto lengangnya kota London, akhirnya Selly dan Ryan memutuskan untuk pulang. Ryan mengantarkan Selly pulang lebih dulu sebelum pulang ke apartemennya. Dengan mengendarai bis mereka menuju ke rumah Selly. “Apa kamu akan langsung bekerja nanti?” tanya Selly.“Iya.” “Baiklah, nanti fotonya akan aku kirim setelah aku edit.” Selly memang bekerja sebagai fotografer lepas yang direkrut Ryan. Dia tak mau terikat dengan perusahaan majalah karena takut tidak tahu akan seberapa lama di London. Jadi pekerjaan ada jika kantor membutuhkan. Ryan mengangguk dan meninggalkan rumah Selly. Selly yang begitu lelah langsung masuk ke rumah. Hal pertama yang akan dia lakukan adalah mandi dan mengedit foto untuk segera dikirim. Setelah itu barulah dia akan beristirahat. Dengan langkah gontai, Selly menuju ke kamarnya. Namun, baru saja dia membuka pintu, tampak ada seseorang di kamarny
Orang tua Abigail menyambut Regan dan Selly. Regan dengan mesranya selalu menggandeng tangan Selly. Membuat Selly merasa aneh sekaligus tidak nyaman. Seolah mereka sedang bersandiwara.Sambil menunggu makan malam, mereka menikmati kudapan dan saling bercerita di ruang keluarga. Tampak Selly duduk di samping Regan. Sepanjang mengobrol, tangan Regan tak lepas menggenggam tangan Selly. “Kalian mesra sekali, seperti pengantin baru saja. Aku jadi iri,” ucap Abigail melihat Selly dan Regan yang sedari tadi menempel bak prangko.“Iya, karena kami saling mencintai.” Regan menarik tangan Selly dan mendaratkan kecupan di sana. Selly membelalak. Merasa heran karena Regan dengan percaya dirinya mengatakan hal itu. Padahal jelas-jelas kemarin Regan sangat dingin dengannya. Sandiwara apa yang sedang dibuatnya. Mencintai? Bukannya hanya aku yang mencintai?Selly memutar bola matanya malas. Apa yang dikatakan Regan tak sesuai dengan
Dari dalam bus, Selly melihat bangunan kuno yang dilewati sepanjang jalan. Deretan hotel, restoran dan toko berjajar sepanjang jalaan. Bangunan dengan arsitektur kuno begitu indah ketika dikelola dan dirawat dengan baik. Walaupun bangunan-bangunan itu sudah tua, tetapi memancarkan keindahan dengan khasnya sendiri. “Bangunan-bangunan itu memang terlihat kuno, jika dibiarkan akan menjadi bangunan tua saja. Mungkin ada beberapa orang yang bisa menerima dan memakainya begitu saja seperti yang terdapat di negara kita. Namun, beberapa lain, memolesnya untuk lebih baik lagi, agar bisa digunakan, tanpa meninggalkan aslinya.” Suara Regan terdengar mengomentari apa yang dilihat Selly. Selly hanya bisa melirik malas. Dia pikir setelah marah tadi, Regan tidak akan mengejarnya. Namun, yang dipikirnya salah. Regan masih mengikutinya dan justru ikut duduk di sampingnya. “Sama seperti manusia, yang memiliki pikiran kunonya, ada beberapa yang bisa menerimanya. Ada beber
“Pagi,” sapa Regan. Selly terkejut dengan sapaan Regan yang begitu hangat di pagi hari. Namun, lebih membuatnya kaget adalah tampilan Regan yang memakai apron. Aroma masakan menjelaskan jika suaminya itu sedang memasak. “Pagi.” Selly menarik kursi dan mendaratkan tubuhnya. Regan menghampiri Selly dengan dua piring makanan di tangannya. Meletakkan tepat di depan Selly.Roti, telur, daging dan tomat panggang begitu menggiurkan. Tambahan kacang dengan saus yang dipanggang pun menjadi sumber serat di antara makanan berlemak itu. “Kamu yang memasak?” tanya Selly yang sedikit tidak percaya. “Memang siapa lagi kamu pikir?” Selly tersenyum, tidak menyangka daftar yang diberikannya bisa mengubah Regan. Aroma daging panggang yang begitu menggelitik indra penciumannya, membuat Selly tak melewatkan makanan yang tersaji di depannya. Tangannya pun langsung bergerak memotong daging dan memasukkannya ke dalam mulut.
Musim panas belum berakhir hingga membuat langit kota London begitu cerah. Biasanya orang-orang memanfaatkan musim panas untuk berjalan-jalan. Selain waktu yang terasa lama. Perjalanan tidak akan terganggu dengan turunnya salju atau hujan. Secerah cuaca kota London, pagi ini wajah Regan juga begitu cerah. Dia begitu bersemangat untuk mengajak Selly pergi. Regan akan mengajak Selly untuk pergi ke satu tempat. Menggunakan bus, mereka sampai di tempat tujuan. ZSL London Zoo-kebun binatang yang menjadi tempat yang mereka kunjungi.Perjalanan dari rumah Selly di Princess Street, memakan waktu tiga puluh menit dengan menggunakan bus. Namun, terbayar saat sampai di sana. Karena wajah Selly begitu bahagia. Saat baru saja tiba di kebun binatang, ponsel Regan berbunyi. Merogoh kantung celananya, dia melihat siapa yang mengirimnya pesan. [Pergi jalan-jalan ke mana?] Pesan dari Bryan yang masuk ke ponsel Regan. [ZSL London Zoo]