Myesha dan Finn menikmati makan siang terlebih dahulu sebelum diving. Mengisi perut mereka yang kosong sebelum bermain-main di pantai. Seusai makan, mereka memilih menunggu sesaat perut mereka kenyang, barulah mereka pergi diving bersama.
Di dalam air, mereka melihat ikan-ikan dan terumbu karang yang begitu indah. Hal itu membuat mereka benar-benar merasa senang sekali. Terutama Myesha. Karena ini kali pertama dia menyelam ke laut.Selama di dalam air, Finn terus memegangi tangan sang istri. Memastikan sang istri akan aman-aman saja.Puas menyelam, mereka berdua memutuskan keluar dari dalam air. Naik ke kapal yang membawa mereka. Saat alat-alat menyelam dilepas, Finn dan Myesha langsung mengambil napas panjang. Mereka berdua cukup kelelahan. Apalagi cukup lama mereka menyelam.“Apa kamu lihat ikan nemo di dalam? Aku serasa masuk ke dalam film.” Myesha tertawa ketika menceritakan apa yang dilihatnya tadi. JelFinn menarik tubuh sang istri. Membawanya ke dalam tubuhnya. Memeluk erat tubuh wanita yang menjadi istrinya itu.“Tidurlah.” Finn membelai lembut rambut sang istri.Myesha merasakan jelas tubuhnya di dada Finn. Aroma maskulin yang tercium membuat tubuhnya semakin bergetar, degup jantungnya berdebar kencang, dan tubuhnya merasa panas-dingin. Ini benar-benar perasaan yang sulit untuk dimengerti.Finn terus membelai lembut rambut sang istri. Berharap dia akan segera tidur. Myesha jelas merasakan kehangatan yang diberikan oleh Finn. Perhatian kecil itu membuatnya semakin bingung. Karena tiba-tiba perasaan aneh menelusup masuk ke dalam dirinya.Apa aku akan jatuh cinta jika dia seperti ini?Pertanyaan itu muncul di benak Myesha. Dia justru takut dengan dirinya sendiri yang justru akan terjebak dalam perasaan nyaman dengan Finn. Jika sudah seperti ini, lalu harus bagaimana lagi.
“Tenanglah, aku hanya akan memberikan nafkah lahir dulu. Untuk nafkah batin, aku akan menunggumu.” Finn mengedipkan matanya. Menggoda Myesha.Myesha semakin salah tingkah ketika melihat Finn. Walaupun Finn tidak melakukannya sekarang, tetapi Finn akan melakukannya nanti. Itu menjadi ketakutan terbesar Myesha saat ini.“Aku mandi dulu.” Myesha memilih untuk menghindar dari Finn. Dia malas jika harus membahas hal ini. Takut jadi panjang urusannya.Finn hanya tersenyum saja. Dia tahu sang istri masih begitu takut sekali ketika membahas hubungan suami istri.“Mungkin dia benar-benar belum siap.” Finn mengerti akan hal itu. Jadi tentu saja tidak akan mempermasalahkan.Seusai Myesha mandi, Finn bergantian mandi. Mereka keluar bersama-sama untuk makan malam dengan orang tua Finn. Ini kali pertama Myesha makan bersama. Jadi tentu saja ini membuat jantungnya berdebar-debar.“Maka
Myesha masuk lebih dalam ke rumah Nyonya Zoya. Dilihatnya rumah benar-benar berantakan. Namun, yang lebih aneh adalah barang-barang berharga seperti televisi, lemari pendingin, pendingin ruangan, dan barang elektronik lainnya, tidak ada. Tentu saja ini membuat Myesha bingung apa yang terjadi.“Mereka sudah membawa barang-barangku.” Nyonya Zoya menjelaskan sambil mendudukkan tubuhnya di sofa berwarna coklat miliknya. Embusan napas yang berat, menandakan rasa sesak yang dirasakannya.“Siapa?” Myesha merasa terkejut mendengar hal itu. Dia bingung dengan penjelasan yang diberikan oleh Nyonya Zoya. Mereka siapa yang dimaksud oleh Nyonya Zoya.“Debt collector. Mereka menagih aku untuk membayar hutang, tetapi aku tidak bisa membayar hutang tersebut. Akhirnya, mereka membawa semua yang ada di sini. Termasuk dengan mobil.” Nyonya Zoya mengusap wajahnya kasar. Dia benar-benar merasa lelah sekali dikejar-kejar oleh hutang.
“Tadi aku menyiapkan rencana wedding, Ma.” Terpaksa Myesha berbohong. Dia tidak mungkin datang hanya untuk merapikan rumah Nyonya Zoya.“Iya, kalian punya wedding organizer. Jadi pasti sangat sibuk.” Mama Risha tersenyum.“Iya, Ma. Sibuk jika ada wedding saja. Jika tidak, juga tidak terlalu.”Belakangan ini wedding organizer memang sedang sepi. Sudah mulai sedikit mereka menangani pernikahan. Apalagi kurangnya dana, mereka menjadi kurang promosi. Jadi hanya pelanggan lama saja yang biasa menggunakan jasa mereka.“Intinya Mama hanya berpesan. Agar kamu bisa mengatur waktu. Bekerja penting. Akan tetapi, keluarga jauh lebih penting.” Mama Risha tersenyum.“Iya, Ma.” Myesha mengangguk mengerti dengan apa yang dijelaskan sang mama. Myesha benar-benar merasakan punya mertua yang begitu baik sekali. Ditambah lagi ternyata Mama Risha begitu sayang padanya.“Rasanya mama senang a
Finn membuka pintu untuk melihat siapa gerangan yang datang dan mengetuk pintu. Pintu Membuatnya benar-benar merasa kesal karena kesenangannya telah terusik. Pintu tidak dibuka sempurna, takut-takut orang di luar melihat sang istri. Saat membuka pintu, ternyata mamanyalah yang berada di depan pintu.“Kamu sudah pulang, Finn?” Mama Risha terkejut ketika melihat anaknya sudah pulang. Dia yang tadi di kamar, jelas tidak bertemu dengan Finn.“Iya, aku sudah pulang. Mama ada apa ke sini?” Finn merasa kedatangan sang mama benar-benar tidak tepat sekali. Padahal dia sedang menikmati sentuhan kulit sang istri.“Mama mau ajak Zelda membuat es tadi. Jadi Mama ke sini.” Tadi Mama Risha dan Myesha memang berencana membuat es setelah mandi. Karena menantunya tak kunjung keluar, Mama Risha pun langsung bergegas untuk segera ke kamar untuk memanggil.“Iya, Ma. Ayo kita buat.” Suara Myesha tiba-tiba terdengar.
Finn menatap sang istri penuh damba. Dia benar-benar merasa semakin hari, dirinya semakin jatuh hati dengan sang istri. Entah sihir apa yang diberikan sang istri. Yang jelas itu membuatnya benar-benar merasa jika dia tidak bisa berpaling dari sang istri.“Sudah siang, nanti mama pasti mencari kita.” Myesha mencoba mencegah Finn ketika merasa Finn akan melakukan hal sesuatu padanya.Finn mengembuskan napasnya kasar. Dia tahu tinggal di rumah orang tuanya pasti tidak akan leluasa. Tentu saja dia akan lebih nyaman jika tinggal di rumahnya sendiri.“Aku akan minta kontraktor untuk lembur agar rumah segera jadi, dan kita bisa pindah. Setelah pindah. Aku tidak akan melepaskanmu.”Myesha tersenyum. Menutupi rasa gugupnya. Menutupi juga agar Finn tidak curiga jika dirinya selama ini hanya berdrama. “Kalau begitu tunggu sampai rumah jadi.” Dia pura-pura malu di depan Finn.Finn yang melihat wajah s
Myesha masuk ke mobil. Wajahnya tak ada senyum sama sekali. Hal itu menarik perhatian Finn. Karena baru kali ini melihat wajah masam sang istri.“Kamu kenapa?” Rasa ingin tahunya membuat Finn bertanya.Myesha mengalihkan pandangan pada Finn. “Aku merasa tidak cocok bergaul dengan ibu-ibu tadi.” Dengan polos dia menjelaskan alasannya.Finn tersenyum. Ternyata itu alasan sang istri terlihat muram. “Jika tidak suka, besok-besok tidak perlu ikut mama.”“Tapi, nanti mama kecewa.” Myesha menatap Finn yang duduk di sebelahnya.Finn semakin melebarkan senyumnya. Istrinya benar-benar mengemaskan sekali. Tentu saja itu membuatnya semakin lama semakin jatuh cinta.“Kita harus pikirkan perasaan kita terlebih dahulu. Jika kita tidak suka, jangan paksakan diri untuk melakukannya. Karena hati kita yang tahu. Yang bisa menjaga hati kita itu, kita sendiri.” Finn memberikan sedikit nasiha
Finn mengantarkan Myesha ke rumah mamanya. Karena belum bertemu mertuanya sejak pulang bulan madu, dia memilih untuk mengantarkan Myesha sampai ke dalam rumah. Myesha sebenarnya takut ketika melihat Finn ingin ikut masuk. Akan tetapi, dia tidak bisa melarang. Myesha hanya berharap jika Nyonya Zoya dalam keadaan baik-baik saja. Tidak seperti dua hari yang lalu.Myesha mengetuk pintu. Bersama dengan Finn dia menunggu di depan rumah. Menunggu Nyonya Zoya membuka pintu rumah.Sesaat kemudian Nyonya Zoya keluar. Beruntung keadaan Nyonya Zoya baik. Jadi apa yang dikhawatirkan Myesha tidak terjadi.“Hai, Sayang, akhirnya kamu datang juga.” Nyonya Zoya langsung memeluk Myesha. Saat melepaskan pelukan, dia mengalihkan pandangan pada Finn. “Hai Finn. Apa kabar?” Menyapa menantunya.“Baik, Ma.” Finn tersenyum.“Ayo masuk dulu.” Nyonya Zoya melebarkan pintu. Mempersilakan Finn untuk mampir terlebih dahulu. Sebelum akhirnya berangkat bekerja.“Maaf, Ma. Saya harus buru-buru ke kantor. Jadi lain ka