Nyonya Zoya dan orang tua Finn memutuskan pulang saat terlihat malam sudah menyapa. Myesha dan Finn kembali melanjutkan membersihkan rumah. Mereka berdua sedang begitu senang merapikan rumah. Jadi tidak mempermasalahkan ketika melakukan pekerjaan rumah. Finn membantu membereskan piring makanan ringan yang tadi tersaji di meja, sedangkan Myesha merapikan meja makan sisa makan malam mereka tadi. Walaupun ada asisten rumah tangga, mereka tetap tidak mau terlalu tergantung.Akhirnya, kegiatan itu selesai juga. Kini mereka punya waktu untuk beristirahat. Finn dan Myesha masuk ke kamar. Mengistirahatkan sejenak tubuh mereka.Sebelum beristirahat Myesha memilih untuk merapikan pakaian milik mereka. Koper-koper di kamar merusak pemandangan. Jadi dia gemas melihatnya.“Kenapa tidak bibi saja yang merapikan?” Finn merasa sang istri terlalu memaksakan diri. Padahal mereka merapikan ruang keluarga dan ruang makan, tetapi kini sang istri justru merapikan baju-baju mereka.“Aku mau rapi. Kalau bibi,
Myesha mengangguk ketika Finn memberikan pertanyaan tersebut. Tubuh Finn langsung lemas ketika harus mendapati kenyataan jika harus menunggu selama itu. Myesha hanya bisa tersenyum ketika mendapati Finn yang tampak kecewa.“Aku mau memasak. Ayo cepat lepaskan.” Myesha menatap Finn penuh harap.“Jika aku tidak mau melepaskan bagaimana?” Finn menyeringai. Dia justru mengeratkan pelukannya.“Kalau kamu tidak mau melepaskan. Aku ….” Myesha langsung menggelitik tubuh Finn. Agar pria itu dapat melepaskan dirinya.Finn yang merasa geli hanya bergerak-gerak. Dia tertawa karena merasa geli. Sayangnya, dia terus berusaha untuk memegangi sang istri.“Sayang, sudah hentikan.” Finn meminta Myesha untuk menghentikannya.“Lepaskan dulu maka aku akan menghentikannya.” Myesha terus menggelitik. Agar Finn mau melepaskan pelukannya.Terpaksa Finn melepaskan pelukannya agar sang istri berhenti. Myesha langsung tersenyum ketika melihat Finn melepaskan pelukannya. Dia pun segera berangsur bangun dari tempat
Mendapati pertanyaan dari Finn, membuat Myesha panik. Jika Finn tahu dirinya menghubungi orang tuanya, tentu saja itu akan membuat kebohongannya terbongkar. Untuk saat ini dia belum siap membongkar kebohongannya.“Teman aku baru saja bercerita tentang keluarganya yang sedang kesulitan. Jadi aku sedih. Tidak tega melihat keluarganya sedih.” Myesha terpaksa berbohong.Finn mencoba untuk percaya. Lagi pula tidak ada alasan sang istri untuk berbohong. Terharu dengan kisah orang lain, mungkin saja terjadi, dan mungkin kini terjadi pada istrinya juga.“Kamu sudah pulang?” Myesha berusaha mengalihkan pembicaraan, sambil dengan menghapus air mata yang masih tersisa di sudut matanya.“Iya.” Finn mengayunkan langkahnya menghampiri sang istri yang duduk di sofa. Kemudian mendudukkan tubuhnya di sofa. Bersebelahan dengan sang istri.Finn meraih tangan sang istri dan menggenggamnya. “Aku harus ke luar kota malam ini.” Dia menatap lekat wajah sang istri. Sulit memang ketika harus meninggalkan sang i
Myesha menunggu telepon dari Finn. Pria itu bilang akan menghubunginya. Jadi tentu saja dia akan menunggu. Dia akan tenang jika sang suami sudah sampai di hotel.Tepat jam sepuluh malam suara pesan singkat terdengar. Myesha yang memang sedang menunggu langsung membuka ponselnya. Melihat siapa yang mengirim pesan. Benar saja itu adalah pesan dari Finn.[Sayang, pasti kamu sudah tidur. Aku hanya ingin mengabari jika aku sudah sampai.]Mendapati pesan tersebut Myesha begitu berbinar. Dia malas jika harus membalas. Akhirnya, dia memilih untuk menghubungi langsung.“Kamu belum tidur?” Finn di seberang sana langsung mencecar pertanyaan pada sang istri.“Aku menunggumu. Jadi belum tidur.” Malu-malu Myesha menjelaskan.Tentu saja di seberang sana Finn begitu senang. Sang istri begitu mencintainya hingga menunggu kabar darinya.“Aku sudah sampai dengan selamat. Jadi sekarang kamu bisa tidur.”“Apa aku akan bisa tidur malam ini?” Myesha merasa ada yang hampa. Sudah dua minggu sudah Finn ada di s
“Angkat.” Ana-sang istri meminta Nathan.Dengan segera Nathan mengangkat sambungan telepon. Dia ingin tahu apa yang ingin temannya bicarakan.“Hai, Finn.” Nathan segera menyapa.“Kamu di mana?” Finn segera melempar pertanyaan itu saat sambungan telepon terhubung.“Aku sedang di rumahmu, dan kamu tidak sedang di rumah.” Nathan tersenyum ketika menjelaskan di mana dirinya berada.“Aku ada masalah di proyek. Jadi aku tidak di rumah. Tadi saat kamu mengirim pesan, aku sedang berada di proyek. Jadi tidak segera membalas.” Finn di seberang sana merasa tidak enak sama sekali dengan temannya itu.“Sudahlah tidak apa-apa. Justru akhirnya aku ke sini bertemu dengan istrimu.” Nathan memang waktu itu tidak datang ke pernikahan Finn, karena dia masih di luar negeri. Apalagi pernikahan Finn terbilang mendadak. Jadi dia tidak bisa segera hadir.“Awas jangan menggoda istriku.” Finn memberikan peringatan pada temannya.“Aku mau menggodanya. Mengatakan jika Finn dulu adalah orang yang suka menggoda para
Suara bel yang terdengar di tengah keheningan. Myesha yang sedang berada di ruang keluarga segera bergegas untuk membuka pintu. Mengecek siapa gerangan yang datang ke rumahnya pagi-pagi.Saat membuka pintu tampak Nyonya Zoya berada di balik pintu. Myesha tampak terkejut ketika Nyonya Zoya datang pagi-pagi seperti ini. Beberapa hari ini memang Myesha tidak ke rumah Nyonya Zoya. Selama Finn pergi, dia memilih merapikan rumah, dan sibuk di rumah saja.“Nyonya.” Myesha menyapa majikannya itu.“Kamu beberapa hari tidak ke rumah.” Nyonya Zoya langsung melemparkan sedikit protesnya.“Iya, saya sibuk merapikan rumah. Kebetulan Finn sedang tidak ada di rumah.” Myesha mencoba menjelaskan. Beberapa hari ini Myesha memang sedang semangat-semangatnya untuk mendekorasi rumahnya. Jadi tentu saja dia tidak bisa datang ke rumah.“Finn ke mana?” tanya Nyonya Zoya yang begitu penasaran.“Finn sedang ke luar kota.” Myesha menjelaskan.Nyonya Zoya mengangguk-anggukkan kepalanya.“Ayo, silakan masuk.” Myes
Finn sampai di lokasi. Beberapa orang dari badan nasional pencarian dan pertolongan berusaha untuk membantu orang-orang keluar dari reruntuhan. Finn dilarang masuk mengingat keadaan bahaya. Dia memilih untuk menunggu saja.Para korban di bawa ke rumah sakit. Finn pun ikut serta ke rumah sakit. Dia mengurus semuanya sendiri. Memastikan jika karyawannya mendapatkan perawatan yang benar.“Kami akan bertanggungjawab atas semua perawatan yang terjadi. Jadi ibu dan bapak tidak perlu khawatir.” Finn menatap keluarga korban. Banyaknya korban membuat Finn harus mengecek satu per satu dari mereka. Menenangkan keluarga mereka yang datang. Beruntung tidak ada korban meninggal. Yang ada hanya korban luka-luka. Jadi paling tidak Finn tidak harus bertanggung jawab atas kesalahan yang tidak dibuatnya.“Terima kasih, Pak. Ini adalah musibah. Pak Finn mau membantu anak-anak kami pun itu sudah sangat berarti.” Salah satu orang tua korban merasa apa yang dilakukan Finn sudah sangat membantu.“Sama-sama.
Finn langsung menghubungi Sean ketika selesai menghubungi mama dan papanya. Dia mengabari keadaan proyek saat ini. Finn sadar jika Sean pasti sudah mendengar berita. Jadi dia harus menjelaskan.Di dalam telepon, Finn menjelaskan bagaimana kejadian di proyek terjadi. Semua benar-benar di luar kendali Finn.Sean yang mendengar cerita tersebut pun tidak mempermasalahkan. Dia sadar betul jika pastinya Finn sudah berusaha yang terbaik. Dia pun menyerahkan semua pada Finn. Lagi pula kontrak kerja sama pembangunan itu masih cukup lama. Jadi Finn punya waktu untuk menyelesaikan.Setelah menghubungi Sean, Finn langsung menghubungi sang istri. Tadi dia belum puas berbicara dengan sang istri.“Kamu belum tidur?” Saat menghubungi sang istri, tak butuh waktu lama. Sambungan telepon langsung terhubung. Finn pikir akan butuh waktu lama mengingat ini sudah malam dan sang istri pasti sudah mengantuk.“Tentu saja aku belum tidur. Aku menunggumu.” Sedari tadi Myesha memang menunggu telepon dari Finn. Ja