Share

275). Perasaan yang Terlambat

***

"Capek."

Arsya menghela napas sambil menyandarkan kepalanya di bahu Damar ketika mereka berjalan menyusuri koridor rumah sakit dengan tangan yang saling bertautan.

"Capek banget ya?" tanya Damar.

"Banget," kata Arsya. "Hari ini pasien banyak. Untungnya ada dokter baru yang bantu periksa pasien."

"Dokter baru?" tanya Damar.

"Iya, dia lulusan salah satu universitas Seoul," kata Arsya.

"Dokter kandungan juga?"

"Bukan, dia dokter umum," kata Arsya. "Umurnya juga masih muda. Kalau enggak salah dua lima."

"Oh, kirain," ujar Damar. "Dokternya cewek apa cowok?"

Mendengar pertanyaan Damar, Arsya berhenti melangkah—membuat sang kekasih pun melakukan hal serupa.

"Ngapain nanya itu?" tanya Arsya penuh selidik.

"Pengen tau aja sih," kata Damar. "Kalau dokter, aku mau kasih peringatan ke dia supaya jaga jarak sama kamu, soalnya kamu punya aku."

"Kalau cewek?" tanya Arsya.

"Mau minta nomor hpnya," celetuk Damar yang langsung membuat Arsya refleks memukul bahunya.

"Nakal kamu!"

"Sakit, Sya."

"Su
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status