#MPS Part 53 Kesempatan dari SandiBu Joko sepertinya tak mengenaliku sebab aku menggunakan masker penutup wajah yang disarankan Sandi. Katanya aku akan menjadi kejutan di akhir perjalanan kami menuju suatu tempat yang kami peruntukkan untuk bu Joko. Namun dari sorot matanya yang sepintas ku lihat dari kaca spion depan, bu Joko seperti menaruh curiga padaku. Duh, semoga saja ia tak menyadari bahwa orang yang berada di depannya adalah aku. Syukurlah, saat hampir sampai di tempat tujuan bu Joko sama sekali tak mencurigaiku. Nyatanya selama perjalanan ia tak sekalipun bertanya tentangku. Mungkin ia tak berani lantaran pertanyaannya yang pertama tadi saja tak ada yang menjawab. Ditambah Sandi juga sudah memeringati agar tak banyak berbicara. "Loh, ini?" bu Joko terbelalak ketika mobil Sandi memasuki area kantor kepolisian. "Kenapa, Bu?" tanya Putri. Ia masih bersikap berpura-pura lembut agar bu Joko tak mencurigainya. "Kenapa kesini?" tanya bu Joko yang kini sangat terlihat ketakuta
#MPSPart 54 Kantor PolisiIngin sekali memarahi mas Abdullah dan abah karena mereka aku harus menghentikan aksiku. Aksi yang mana aku sangat suka dengan peran ini. Sebab sangat berbeda dengan kepribadianku. Tetapi mau tak mau aku harus mengurungkan niat untuk tidak memarahi dua lelaki yang berharga dalam hidupku ini. Jika tidak yang ada aku malah kena balik serangan dari mereka. Kan menyedihkan. Sandi ternyata sudah kembali dari kantor polisi dan meminta kami untuk segera membawa bu Joko masuk ikut dengannya. "Jangan dikasari," peringat Abah saat aku hendak membuka pintu mobil. Dengan wajah sedikit kecut aku pun menurut apa yang dikatakan abah. Biarpun sebenarnya malas juga jika harus bersikap baik pada orang yang sudah jelas berbuat kejahatan pada keluargaku. Ditambah kebohongannya yang memfitnah orang lain sehingga membuatku hampir ikut percaya pada ucapannya. "Keluar!" perintahku pada bu Joko yang kini terlihat sangat menyedihkan. Terdiam dengan raut wajah ketakutan juga kece
Part 55 Status Bu JokoSandi dan aku pun bergegas menyusul mas Abdullah ke dalam kantor. Sementara yang lain berada di luar sembari menunggu kedatangan Arif yang katanya akan membawa orang yang diduga ikut membantu aksi bu Joko. Ternyata hampir semua laporannya sudah selesai. Bu Joko telah resmi berstatus tersangka karena ada Sandi dan Putri yang bersaksi. Selain itu seseorang yang membantu bu Joko juga sudah berada bersama kami. Ia sendiri tak lain tak bukan adalah si pemilik warung makan tersebut yang juga teman dari bu Joko sendiri. ***"Terima kasih atas bantuan kalian semua," ujar mas Abdullah sesaat setelah kami keluar dari kantor polisi. Aku menoleh pada Arif. "Arif, terima kasih sudah membawa orang tadi tepat waktu. Maaf ya, karena kejadian ini ibu kamu jadi .... " Aku tak tega melanjutkan ucapanku. Sebab inilah sekarang pemuda di depanku ini akan dipastikan hidup sendiri. "Gak pa-pa, Mbak. Toh, ibu juga yang salah." Arif tersenyum pada kami meski sebenarnya hatinya sedan
#MPSPart 56 Beberapa Bulan Kemudian Beberapa bulan kemudian ... Hiudpku kembali normal. Alsa juga terlihat tumbuh dengan baik. Badannya yang kebanyakan kata orang gendut disertai pipi yang menggemaskan membuat setiap orang yang melihatnya ingin mencubitnya. Hubungan antara keluargaku dan Sandi juga Putri malah semakin baik lantaran mereka sering mengunjungi Alsa. Katanya, itung-itung sebagai pancingan untuk Putri agar segera menular. Karena sering bertemunya aku dengan Putri pada akhirnya aku mengerti mengapa ia dan suaminya begitu menginginkan kehadiran bayi diantara mereka. Mereka merasa begitu kesepian karena Putri sendiri anak yatim piatu. Semua saudaranya sudah berkeluarga dan mempunyai hidup masing-masing. Sementara orang yang tinggal bersamanya adalah ibu tiri Sandi yang menikah dengan ayahnya Sandi saat Sandi masih berusia sepuluh tahun. Namun, setelah kepergian ayahnya ibu tiri Sandi secara terang-terangan memperlihatkan sikap tak menyukainya. Entah apa alasannya. Dan
#MPSPart 57 Pengaduan Bu DarmiMas Arga terdiam. Ia menatapku dengan wajah sedihnya yang kemudian ia malah meletakkan bungkusan makanan tersebut di atas meja lalu meninggalkannya begitu saja. Lagi lagi aku dibuatnya heran. Baru kali ini aku melihat mas Arga dengan raut wajah sesedih itu. Tapi biarlah ia pergi daripada berlama-lama di sini malah membuatku risih. Ingin sekali aku membuang makanan itu, hanya saja jika ketahuan mas Abdullah pasti aku kena tegurannya. "Ah, kasih tetangga aja lah," kataku seraya mengangkat makanan dari mas Arga tersebut. Aku pun bergegas ke rumah salah satu tetanggaku sebelum Yusuf dan Sofia melihat makanan tersebut. Sebab kalau kedua anakku itu melihatnya pasti mereka akan menahannya karena mereka tahu betul jika makanan yang ku bawa dari mas Arga yang mereka panggil dengan sebutan om Arga. Entah sejak kapan aku tak tahu persis kedua anakku itu memanggil mas Arga dengan sebutan demikian. Aku sendiri agak merasa risih namun tidak dengan mas Abdullah.
#MPSPart 58 Menghubungi RosiEntah mengapa aku benar-benar tak menyukai kehadiran bu Darmi sekeluarga. Sikap mereka beberapa hari yang lalu saja masih belum ku terima meski itu sebuah kebaikan. Apa mungkin benar apa yang dikatakan mas Abdullah jika hati kecilku masih menaruh rasa dengki pada mereka? Dengan langkah berat aku membawa makanan yang sudah di pesan ke dalam rumah. Sengaja aku langsung membawanya ke dapur tanpa sepatah kata pun menawari bu Darmi walau sekedar basa-basi. Aku pun kembali ke ruang tamu untuk bergabung bersama mereka. "Gimana, Mas?" tanyaku pada mas Abdullah yang lebih dulu menerima jawaban dari bu Darmi tadi. Meski sebenarnya saat menerima pesanan samar-samar aku mendengar apa tujuan bu Darmi datang. Namun, akan lebih baik jika aku menanyakannya kembali agar lebih jelas. Mas Abdullah pun menjelaskan ulang padaku. Yang pada akhirnya suamiku itu akan membantu Rosi untuk kembali ke rumah. Setelah dirasa semuanya sudah selesai bu Darmi beserta anak-anaknya be
#MPSPart 59 Penyelidikan DimulaiSepertinya keputusannya untuk membantu Rosi kembali pulang ke rumah akan ia urungkan terlebih dahulu. Mas Abdullah juga memintaku untuk tidak bersikukuh membela Rosi dan menyatakan kalau pengaduan bu Darmi ada sebuah kebohongan. Semua ini dilakukan agar aku terhindar dari sifat berburuk sangka pada seseorang. Tak baik katanya. Aku pun menurut dan menyerahkan semuanya pada mas Abdullah. Biar begitu dalam hati kecilku masih berharap bahwa bu Darmi lah yang berbohong dan menginginkan sebuah tujuan tertentu dibalik kebohongannya tersebut. ***Tak ingin membuang banyak waktu, siang ini aku dan mas Abdullah akan menyelidiki masalah terkait Rosi dengan ibunya. Sedangkan Alsa sementara ku titipkan pada umi yang kebetulan tak ada jadwal pergi. Tujuan pertama kami tentu saja sekolah Rosi. Aku dan mas Abdullah ingin mengetahui bagaimana perilaku Rosi semasa di sekolah. Kami pun bergegas karena saat akan berangkat waktu mendekati jam pulang sekolah. Aku dan ma
#MPSPart 60 Tentang RosiBerjalan sebentar mas Abdullah pun menepikan mobilnya. Kami pun bergegas menuju segerombolan orang-orang tadi guna memastikan jika orang yang ku lihat adalah Rosi atau bukan. "Rosi!" teriakku yang kemudian menghentikan peleraian yang ada. Semua yang terlibat dalam perkelahian tersebut menoleh kearahku. Termasuk perempuan berseragam tersebut. Yang ternyata memang Rosi. Seketika aku tertegun melihat Rosi bersama para wanita yang jauh lebih tua dari dirinya. Penampilannya pun seperti bukan orang yang baik. Tampak dari pakaian yang mereka kenakan hampir semuanya terbuka. Makin ngeri saja aku takut jika nantinya Rosi akan ketularan cara berpakaian dan gayanya yang sangat urakan. "Mbak Fira." Rosi berjalan perlahan menghampiriku. Meninggalkan para gerombolan yang terlihat akrab pada Rosi. Mas Abdullah lantas mengajakku dan Rosi untuk masuk ke dalam mobilnya. Kami akan mencari tempat agar Rosi bisa diajak bicara dari hati ke hati. Sebelum pergi Rosi sempat ber