Estefan terdiam setelah mendengar jawaban Dewangga."Kamu kenal Fiona, Pak?" tanya Kaluna sambil memandang Estefan.Es krim di masing-masing tangan mereka mulai meleleh karena tidak segera mereka makan."Mana mungkin dia tidak mengenal adikku?" sela Dewangga dengan ekspresi diliputi kemarahan. "Dia yang bikin Fiona depresi sampai harus berhenti sekolah!"Kaluna memandang Estefan dengan penuh tanda tanya. "Pak, bisa jelaskan apa maksud Dewa ....""Nanti aku jelaskan," potong Estefan sambil menarik Kaluna pergi."Tunggu, di mana tanggung jawab kamu sebagai gurunya?" tanya Dewangga penuh emosi. "Kamu tidak pernah tahu bagaimana rasanya melihat Fiona menangis hampir setiap hari kan?"Estefan tidak menjawab dan tetap berjalan pergi bersama Kaluna."Kenapa kamu diam saja, Pak?" Kaluna melirik Estefan. "Dewa tidak akan berhenti sebelum mendapatkan apa yang dia inginkan.""Diamlah dulu," sahut Estefan tanpa menoleh."Aku bilang berhenti!" Dewangga terpaksa menarik lengan Kaluna untuk menghent
Fiona langsung menangis histeris ketika mendengar ucapan kakaknya.Dewangga memegang keningnya. Sudah hampir beberapa bulan ini Fiona jarang menangis, tapi kemunculan Estefan telah menghancurkan semuanya."Aku tidak percaya ini, Estefan tidak mau menemuiku!" raung Fiona dengan suara menyayat hati. "Apa salahku? Aku tulus menyukainya, aku tulus!""Aku tahu!" ucap Dewangga, hatinya tetap ikut tersakiti saat melihat Fiona sakit karena perasaannya terhadap Estefan tidak berbalas. "Aku akan paksa Estefan untuk menemui kamu!"Fiona masih menangis sesenggukan dengan Dewangga terus membelai punggungnya."Apa Tante masih yakin untuk menjodohkan aku sama Rey?" tanya Kaluna ketika bertemu Ola di meja makan. "Rey ternyata memiliki masa lalu yang rumit dengan adik Dewa."Ola memegang keningnya. Masalah menjadi semakin rumit, tapi dia merasa masih bisa memanfaatkan peluang yang tercipta karena permasalahan yang terjadi antara Kaluna, Dewa, dan juga Estefan."Kenapa Tante malah jadi terkesan sama De
Estefan mengepalkan tangannya."Dewa, stop! Aku akan lakukan apa pun untuk Yohan!" teriak Kaluna lagi.Dewangga tersenyum dan meminta temannya berhenti memukul Yohan."Kamu tunangan sama aku," kata Dewangga sambil menatap Kaluna. "Aku jamin semua pihak akan selamat tanpa perlu adanya pertumpahan darah, itu juga kalau dia mau kembali kepada Fiona."Kaluna terdiam dengan air mata yang masih menetes."Kamu tidak perlu melakukan itu, Luna ..." ucap Yohan dengan suara lirih. "Kamu harus benar-benar memilih ... orang yang kamu cintai ...."Kaluna menangis tersedu. "Aku tidak bisa membiarkan temanku dipukuli."Dewangga masih menatap Kaluna. "Kamu jawab sekarang atau ....""Aku mau tunangan sama kamu!" seru Kaluna. "Tapi lepaskan Yohan, Pak Reyvonda biar kembali sama adik kamu!"Estefan menatap Kaluna tidak percaya. "Jangan ngawur kamu!""Kita menikah pun, akan ada hati yang tersakiti!" kata Kaluna sedih. "Fiona juga harus mendapatkan kebahagiaan, sama seperti kita."Estefan mengepalkan tanga
Kaluna melangkah memasuki ruangan dan terpaku sejenak saat mendapati seorang pria muda dengan rambut hitam pendek dan kacamata berbingkai persegi sudah duduk menunggunya dengan pandangan seakan menghakimi.“Kaluna Demetria?” tanya si pria dengan nada dingin seperti es. Punggung pria muda yang lebar itu sedikit melengkung ketika dia duduk di kursinya dan kedua mata tajamnya seakan menghakimi Kaluna untuk sebuah kesalahan yang tidak pernah bisa dimaafkan.Kaluna sendiri kaget dengan atmosfer di ruangan yang terasa begitu berbeda, ditambah keberadaan pria muda yang dia kenali sebagai Estefan, seorang guru matematika sekaligus wali kelasnya di SMA Oasis. “Bapak ... memanggil saya?” lirih Kaluna, dengan tidak yakin kedua matanya menatap mata Estefan yang tersembunyi di balik lensa kacamatanya. “Ada apa ya, Pak?”“Duduk,” tunjuk Estefan dengan mata mengarah ke kursi yang ada di depannya.Tanpa perlu diperintah dua kali, Kaluna menurutinya dan segera duduk di kursi kosong itu.“Kamu siswi ti
Kaluna langsung meminta Tante Ola untuk mengurus kepindahannya ke sekolah karena dia tidak sudi lagi untuk bersekolah di tempat yang sama dengan Dewa dan Rara.Di sekolahnya yang baru, Kaluna yang sudah hilang kepercayaan terhadap orang-orang cenderung antisosial dan akan bereaksi berlebihan jika ada murid yang sengaja menyenggolnya. Sudah tak terhitung berapa kali Kaluna bermasalah dengan murid laki-laki baik senior maupun junior, membolos, tidak menyelesaikan tugas, dan mengerjakan soal ulangan dengan asal-asalan.Hebatnya, Kaluna selalu serius saat ujian tengah semester atau kenaikan kelas, meskipun dalam satu semester dia bisa pindah sekolah sedikitnya dua kali jika dia bosan.Bagaimana bisa segampang itu? Tante Ola adalah tipe orang yang tidak mau repot dan dia tinggal mendonorkan sekian juta ke sekolah baru Kaluna menggunakan uang peninggalan orang tua Kaluna yang sudah tiada.“Kaluna, saya sedang bicara sama kamu.” Suara Estefan terdengar lagi, membuat Kaluna tersentak dari lamu
Beberapa anak yang berada di sana langsung tersedot perhatiannya ketika melihat Kaluna dan Yohan yang tengah baku hantam di koridor kelas.“Ya ampun, pisahkan dong!”“Takut kena bogem nyasar!”Kaluna tidak gentar menghadapi Yohan meskipun dia cowok, sebaliknya Yohan sendiri juga membuktikan ucapannya bahwa dia tidak segan memukul perempuan.Beberapa kali Kaluna menyerang, meski luput karena jelas sekali jika Yohan pintar berkelahi. Dengan cepat dia membalikkan keadaan dan membuat Kaluna terpaksa mempertahankan diri dari serangannya.“Ini sih gaya berantem cewek alay!” ledek Yohan, tubuh proporsionalnya berkelit memutari Kaluna dan tahu-tahu satu lengan cewek itu sudah berada dalam kekuasaan Yohan. Sekali sentak, lengan Kaluna dipastikan terpelintir dengan mudahnya.“Kamu cowok jadi-jadian, ya?” komentar Kaluna dengan wajah pias yang menempel erat di bahu Yohan. “Berantem sama cewek harus pakai tenaga penuh ....”“Nggak usah bawa-bawa gender kalau urusan berantem,” potong Yohan sementar
"Kira-kira dong kalau bersin!" protes Yohan antara jijik dan marah sambil mengusap-usap wajahnya. 'Cantik-cantik tapi jorok,' batin Yohan dalam hati. "Sori, mungkin sedang ada yang membicarakan aku." Kaluna beralasan sembari mengusap hidungnya."Yang benar saja," sungut Yohan sambil pergi ke kelasnya sendiri. Kaluna mengangkat bahu dan membiarkan Yohan menyingkir dari hadapannya. Sulit dikatakan apakah mereka kini berteman atau tidak sejak peristiwa perkelahian yang terjadi beberapa hari yang lalu. "Kaluna, bel sudah berbunyi sejak lima belas menit yang lalu." Estefan yang kebetulan lewat seketika menegur salah satu muridnya yang masih santai duduk di luar kelas. "Iya Pak," sahut Kaluna sambil menoleh. "Saya menyusul saja nanti."Estefan geleng-geleng kepala dan berpikir bahwa Kaluna pantas mendapatkan bimbingan khusus terkait kelakuannya yang sesuka hati. Kaluna masuk kelas setelah bosan bermain ponsel di luar. Guru yang sedang mengajar memilih untuk membiarkan Kaluna lewat di de
"Kaluna sudah datang," lapor Estefan kepada Bu Sitq seolah tidak ada yang terjadi. "Kita bisa mulai pembinaannya, Bu."Estefan sengaja menyingkir dari pintu untuk memberi jalan kepada Bu Sita. "Kaluna?" panggil Bu Sita sembari duduk di kursi. "Mulai hari ini, kamu akan mendapatkan bimbingan khusus dari saya dan Pak Stefan."Kaluna menerima informasi ini dengan wajah yang biasa-biasa saja. "Saya harap kamu menyambut baik niat saya dan wali kelas kamu, Kaluna." Bu Sita meneruskan. "Kamu punya kecerdasan akademik yang bagus, jadi akan sangat bijak kalau kamu menggunakannya dengan sebaik mungkin."Kaluna hanya menganggukkan kepala tanpa antusias sedikitpun. Baginya akan jauh lebih baik jika sekolah memutuskan untuk langsung mengeluarkannya saja dan tidak perlu mengadakan bimbingan apa pun untuknya hingga seperti ini. Karena bagi Kaluna, itu percuma saja. "Kok manyun?" komentar Yohan ketika melihat Kaluna asyik main ponsel di depan kelas ketika seharusnya dia sudah pulang saat jam sekol