MULAI BERMAIN SOSIAL MEDIA!
-POV AUTHOR-Rio berjalan ke arah Sifa dan merangkulnya. Dia berusaha bersikap romantis kepada istrinya itu walaupun terpaksa. Karena dia tak ingin sifa curiga dan tahu apalagi sekarang di rumahnya sedang ada tamu tak mungkin dia bertengkar dengan istrinya itu. Cap sebagai seorang ustaz muda dan rumah tangga yang harmonis tetap ingin Rio pertahankan meskipun kenyataannya sangat berbeda.“Sudah Dek, Mas tak ingin kita berdebat untuk hal- hal sepele! Jangan berpikiran yang tidak tidak jangan turuti emosimu, Kau hanya salah lihat! Ingat Dek, emosimu masih sangat labil pasca operasi kemarin! Jika kau terus-terusan berpikiran buruk nanti tensimu akan naik, Mas tak ingin kau kenapa- kenapa,” ucap Rio sambil mengelus kepala istrinya,Sifa hanya mampu menganggukkan kepalanya sambil mencoba berpikir dan menelaah apa yang sebenarnya terjadi antara Rio dan Gendis. Mereka kembali ke ruang tamu, Rio duduk bersama Aam untuk membahas beberapa proyek mereILMU COCOKLOGI-POV AUTHOR-“Mbak nih udah di download. Mau pakek akun asli atau fake account?” tanya Nanda.“Hah? Apa itu Mbak?” tanya Sifa bengong dan terheran-heran karena baru pertama kali mendengar istilahnya.“Itu lo mau pakek nama Mbak Sifa sendiri sebagai pemilik sosial media atau nama samaran. Nih seperti ku Mbak, mulai nama dan foto- fotonya aku hanya memakai gambar pemandangan dan rangkaian kata- kata, selain menjaga ain ini juga lebih baik. Jadi tidak sembarang orang bisa tahu tentang aktifitas kita,” kata Nanda menjelaskan sabar melihat ekspresi Sifa yang kebingungan. Sifa tidak pernah berbohong selama ini yang mengatakan bahwa dirinya tidak bermain sosial media,“Oh sama seperti ini saja, Mbak,” kata sifat sambil menunjukkan sebuah fake account. Dia memilih itu agar lebih mudahNanda dengan telaten mulai mengajari Sifa menggunakan sosial media, agar Nanda tak curiga Sifa hanya meminta mengajarinya hal- hal dasar saja. Sama sekali tak menyinggung
IBU MERTUA SOLUSINYA LAGI!-POV AUTHOR-“Hallo, assalamualaikum!" sapa Sifa sesaat setelah telpon itu tersambung.“Waalaikumsalam, Nduk! Ada apa? Apa kau sakit lagi?” tanya suara di sebrang yang terdengar sedikit khawatir karena menantunya menelpon. Sangat jarang sekali Sifa menelpon kedua orang tua Rio jika memang tidak ada keperluan yang sangat penting. Apalagi setelah mendengar nasehat suaminya yang tak usah lagi untuk turut campur rumah tangga anaknya. Membuat Purwati juga menjaga jarak.“Mboten (tidak) Buk, lagi nopo njenengan (sedang apa kamu)? Repot mboten?” Sifa bertanya balik pada Ibu mertuanya yang sedang di telpon. Ingin langsung dia mengatakan semua kepada mertuanya tetapi rasanya tidak ilok juga dia sedikit berbasa-basi sebelum mencurahkan isi hati.“Ndak, Nduk! Ini lagi buat gorengan untuk Bapakmu. Kenapa Nduk? Kau ada masalah?” tanya Ibu Rio. Tentulah jika menantunya itu menelpon ada masalah atau hal penting yang ingin diucapkan. Mengingat Purwati
WARNING 21++ PERADUAN DI ATAS SOFA-POV AUTHOR-"Pulanglah, aku lelah!" usir Gendhis kepada Rio yang terus menciumnya.Rio seakan tak peduli dengan ucapan gadis itu. Iya terus memeluknya dengan erat, aroma sabun tercium di hidung Rio. Tubuh Gendhis bergetar hebat karena mendapatkan rangsangan seperti itu. Memang dia sudah lama tidak melakukannya dengan Rio, sehingga dia sangat sensitif sekali.“Ahhhh.... Jangan begitu Mas,” ucapnya sambil berusaha melepaskan pelukan Rio.Rio seakan tak menghiraukan semua ucapan gadis itu, dia semakin menjilati inci demi inci tengkuk belakang Gendhis. Mulai meremas, mencium, dengan semua ketrampilan tangan dan gerak bibir yang dia miliki. Ingin sekali rasanya menolak namun badannya tak bisa lagi diajak kompromi. Tubuh Gendis seolah mengamini apa yang diperbuat oleh Rio. Membiarkan lelaki itu menikmati setiap jengkal tubuhnya.“Masss.... Ahhhh....” hanya suara desahan yang mampu keluar dari mulut Gendhis, dia mulai kehilangan k
MERAYU CALON MERTUA!-POV AUTHOR-"Jika memang begitu mengapa kau tak menceraikan istrimu sekarang juga? Katamu hanya aku yang di hatimu dan aku tempatmu kembali? Lalu untuk apa kau mempertahankan istrimu, Mas? menurutku itu hanya membuang waktumu saja! bukankah lebih baik itu kau tinggalkan dan memulai lembaran baru dengan hidup denganku?" ucap dengan mata sayu dan tatapan yang nanar. meminta permintaan itu langsung kepada Rio.Rio hanya terdiam tak bisa menanggapi ucapan gadis di bawahnya. Bukannya tak ingin menceraikan sifa tetapi dia memiliki banyak pertimbangan lain. Melihat Rio yang terus diam tak menanggapi ucapannya Gendis pun menyadari suatu hal lagi. Lelaki di depannya ini memanglah tidak bisa tegas dan memilih suatu keputusan. Itu akan merugikan untuk diri sendiri. Tapi bagaimanapun juga dia masih membutuhkan uang dari Rio. Untuk menyelesaikan pembangunan kos kali ini."Menyingkir lah, Mas aku akan mandi dulu," perintah Gendis.Rio bangkit, mengulurkan
SHOLATNYA SEORANG PEZINA!-POV AUTHOR-Rio cukup terkejut dan terhenyak mendengar pernyataa Gendhis. Tak menyangkan jika Gendhis cukup respek dengan keadaan ibunya. Rio kira Gendhis tak akan peduli dan acuh dengan masalah seperti ini. Rio mengecup bibir Gendhis gemas."Ah, kau sangat menggemaskan jika seperti ini! Mau Mas bantu?" Kata Rio yang menyetujui usul Gendis tak ada salahnya mendekatkan diri calon madunya itu kepada orang tuanya.Gendhis menggeleng kepalanya perlahan. Bukannya apa-apa dia sangat aku jika Rio membantunya karena itu nanti jadinya tak akan membantu malah merecokinya dalam memasak. Belum lagi jika dia meminta upah yang plus-plus itu akan merepotkannya nanti dia ingin konsen dan menikmati baking karena memasak adalah salah satu hobi Gendis."Bekerjalah di sini, aku tak akan membutuhkan waktu lama untuk memasaknya!" Perintah Gendis menolak usulan yang Rio berikan.Rio tersenyum, dia membiarkan Gendhis pergi ke belakang memasak sedangka
KERAMAS DI SIANG HARI!-POV AUTHOR-“Kau dari rumah simpananmu? Lalu keramas? Kau masih bisa melakukannya? Memuaskan nafsu mu? Tak ingatkah kamu Le, anak dan istrimu di rumah?” tanya Purwati yang memandangi penampilan anak lelakinya itu.“Aaa...apa maksud ibu?” tanya Rio tergagap."Mengapa rambutmu basah? keramas siang hari?" Ucap Purwati setengah mengejek dengan senyum sinis ke arah Riau."Apa... Maksud Ibu?" tanya Rio yang memang benar-benar tak tahu sambil menerbitkan keningnya heran. Perasaan dirinya tidak melakukan kesalahan apapun tapi mengapa ibunya bisa tahu dia pulang dari rumah Gendis. Apakah memang benar kata pepatah bawa insting seorang ibu itu kuat sampai dia bisa tahu hal apa saja yang Rio lakukan atau memang ini semuanya kebetulan saja."Kau jangan berpura- pura bodoh Le, kau pasti tahu maksud perkataan Ibu. Siapa sebenarnya wanita itu?" tanya ibu Rio sambil memegang sutil yang panas.Rio terdiam membisu, dia tak mampu mengatakan apapun di
DUA LELAKI!-POV AUTHOR-"Jujur saja Le, Bapak juga kecewa padamu. Harusnya kau tak mengambil langkah sejauh ini. Tapi mau di kata apa lagi, semua sudah terjadi. Kita hanya bisa memperbaiki apa yang sudah rusak, tidak usah menanyakan sebab rusaknya lagi. Karena tak akan menyelesaikan masalah. Bapak hanya menanyakan satu hal, bisakah kau tinggalkan wanita itu demi anak dan istrimu?" tanya Suhadi.Rio diam tak menjawab. Ibu Rio mencengkram bahunya, dia melakukan itu karena sangat gemas sekali melihat Rio yang tak kunjung bicara juga. Alih-alih Rio berbicara nyatanya masih sama juga dia tetap terdiam tanpa bersuara."Jawab Rio, Jawab! Kau punya mulut kan? gunakan mulutmu untuk mengatakan sesuatu? Jangan selalu menjadikan diammu sebagai alasan! Jawab!" teriak Bu Rio sambil mengguncang bahu anaknya. Dia sudah mulai kehilangan emosi dan kendali diri dalam jiwanya."Berat Pak, Rio mencintainya," ujar Rio lirih. Kau tak mau Rio memang harus mengatakannya karena ini kesem
PERTENGKARAN RIO DAN SIFA!-POV AUTHOR-Rio baru sampai rumahnya. Dia baru saja memarkirkan mobilnya. Dia berniat hendak masuk ke rumah. Namun tib- tiba Dimas mengkagetkannya dari belakang. Rio tersentak kaget dan menepuk bahu Dimas keras."Heheeh! Mas dari mana?" tanya Dimas yang tiba- tiba muncul di belakangnya itu."Dari rumah Ibu, kau besok berangkat ke Bali sendiri? Yakin?" tanya Rio mengingatkan Dimas jika besok dia wajib menemani rombongannya ke Bali."Aman lah! Sana masuk, tadi mertuamu sepertinya ke sini, Mas!" jelas Dimas.Sebenarnya Rio berniat untuk ikut, tetapi Dimas mengatakan kalau bisa menghandle semua. Sejujurnya Dimas merasa kasihan dengan Sifa, yang baru saja keguguran dan tentu saja sekarang mentalnya sedang tidak baik- baik saja. Dia tak tega jika Sifa di rumah sendiri. Biarlah dia menghandel semua sendiri dulu sementara waktu, tak masalah baginya. Setelah berbincang sekejap, Rio segera pamit masuk ke dalam."Assalamualaikum!" teriak