Berita tentang ada harta Karun di Gunung Fenghuang sudah menyebar ke seluruh penjuru Da Liang. Tak heran jika malam ini ada begitu banyak orang yang berkumpul di tempat ini.Ada begitu banyak orang yang datang berkumpul, mana mungkin Tetua Perguruan Gunung Fenghuang tidak datang menyambut. Itu akan merusak reputasi Gunung Fenghuang di dunia persilatan.Kendati dia merasa kesal setengah mati karena harta karunnya terekspos, tetap harus memberi sambutan pada para tamu. Itu adalah tata krama yang tidak bisa dihindari, jika masih ingin hidup berdampingan dengan sekte lain di dunia persilatan.Pria tua berusia sekitar enam puluh tahun itu tersenyum dan berkata dengan suara lembut, "kami mengundang para tamu sekalian untuk masuk di aula utama Gunung Fenghuang." Ketika menyelesaikan kata ini, gerbang batu berbentuk dua kepala naga Perguruan Gunung Fenghuang yang tinggi dan kokoh mulai terbuka. Tenaga dalam macam apa yang bisa membuka gerbang sebesar itu. Hati Xin Qian bergetar. Orang-orang
"Umurku ini masih sangat panjang. Aku harus hidup seribu tahun lagi, mana mungkin bosan hidup. Apalagi, aku sudah menemukanmu. Kita masih harus menikah dan mempunyai sebelas anak. Aku tidak rela jika harus mati sekarang." Ye Tian mulai menggoda Xin Qian.Gadis cantik itu hanya memutar bola mata malas. Ye Tian ini benar-benar tidak bermoral. Dia teringat dengan pria yang tadi siang mencuri ciuman pertamanya di Paviliun Xing He. Seketika Xin Qian merinding saat mengingat Xuan Yuan.Malam ini, dia mengendap-endap keluar dari Istana, jika dia pulang dan ketahuan olehnya. Bukankah dia akan menerima hukuman?Hatinya berdenyut saat membayangkan ancaman pria itu tadi siang. Dia ingat telah membuat kesepakatan dengannya untuk tidak pergi meninggalkannya. "Ada apa? Apa kamu sudah tidak sabar menikah denganku?" goda Ye Tian senang."Omong kosong, suamiku akan membunuhmu jika tahu kamu berniat buruk padaku!" Bibirnya ini benar-benar tidak bisa dipercaya. Bagaimana bisa dia berkata demikian. Seny
Kuda hitam milik Xin Qian melesat bagaikan anak panah meninggalkan Gunung Fenghuang. Seperti kesetanan, gadis cantik itu memacu kudanya melintasi jalanan di sepanjang malam tanpa istirahat sama sekali."Hiyaaa! Hiyyaaa!""Xiao Shan, merepotkanmu untuk terus berlari. Kita tidak boleh terlambat sampai Ibukota!" Wajah cantik Xin Qian terlihat serius. Ye Tian meliriknya dan hanya bisa mendengus."Apa kamu berniat membuat kaki Xiao Shan patah?" keluhnya. Xiao Shan memuat beban dua orang, bukannya memberi toleransi, Xin Qian malah memintanya berlari lebih cepat. Bukankah Xin Qian berniat mencelakai kudanya?Tadinya dia mengira Xin Qian tidak mahir menunggang kuda. Ternyata, kemampuannya tidak bisa dianggap remeh. "Xiao Shan adalah kuda yang kuat. Jika tidak, dia sudah akan mati saat berangkat tadi.""Huh!" Ye Tian mendengus."Seharusnya tidak perlu begitu terburu-buru!" Ye Tian berkata dengan tenang.Xin Qian tidak menanggapi. Dia tetap memacu kudanya dengan cepat. Pria ini mana tahu, kala
"A Yuan, kamu ... kenapa kamu di sini?" Xin Qian tidak tahu harus berkata apa untuk membuat alasan. Pria tampan ini jelas-jelas sangat marah. Melihat wajah dinginnya, seketika bulu kuduk Xin Qian meremang. Rasa bersalah dan takut menghinggapi hatinya. Ini ... sedikit konyol jika dipikirkan. Xin Qian adalah Dewa Kematian di zaman modern. Banyak orang takut padanya, begitu tiba di zaman kuno Xin Qian malah takut dengan orang ini."Sepertinya aku terlalu memanjakanmu, hingga kamu berani bersikap seenaknya sendiri, hmm?" Begitu ungkapan ini jatuh, Xin Qian semakin tak mampu berkata-kata. "Kenapa diam saja? Kamu mau dihukum dengan cara bagaimana? Hukuman yang kejam atau yang sadis?" Xin Qian, "..."'Kenapa tidak ada pilihan hukuman ringan? Kenapa pilihannya hanya kejam dan sadis? Ini sangat tidak adil....' Meski dia merasa tidak puas, tapi Xin Qian tidak berani bersuara. Dominasi pria ini sangat mengerikan."A Yuan, tadi aku tidak bisa tidur, jadi aku ... aku ingin jalan-jalan," cicitn
Hari ini, Pangeran Ketiga Da Liang itu akan mengajak Xin Qian berkeliling Ibukota. Semalam, gadis ini berkata bahwa dirinya bosan. Jadi, hari ini Xuan Yuan akan mengajaknya pergi jalan-jalan.Murong Xuan Yuan ingin menghapus kenangan di dalam benak Xin Qian tentang Ye Tian. Pria brengsek itu harus dipukuli sampai mati, karena berani menggoda wanitanya.Pangeran tampan yang tubuhnya terbungkus dengan jubah hitam bermotif Qilin itu berdiri di sisi Xin Qian dan menatapnya penuh perhatian."A Yuan, aku ... lapar." Xin Qian memasang wajah memelas. Gadis itu baru saja selesai mandi dan berhias, belum sempat mengisi perut yang keroncongan. Pria ini tidak sabaran mau mengajaknya pergi. Apakah dia berniat menyiksa Xin Qian dengan rasa lapar ini?Wajah antusias pria itu seketika berubah lembut. Hari ini dia berniat akan mengajak Xin Qian untuk mencari pria bernama Ye Tian dan membuat perhitungan dengannya. Tidak disangka wanita ini memang tidak bisa menahan sedikit rasa laparnya.Namun, menging
Pria ini jika mempunyai kekuasaan absolut akan sangat mengerikan. Pikir Xin Qian dalam hati. Jadi dia tidak boleh menyinggung Xuan Yuan."Ini ... A Yuan, sudahlah, kita lanjutkan makan dulu." Xin Qian menjepit sayuran dan beberapa potong daging di letakkan di mangkuk Xuan Yuan. Pria ini dari tadi hanya makan begitu sedikit. Dia bahkan begitu sibuk membuat perintah ini dan itu."Kamu makan begitu sedikit, bagaimana bisa mempunyai kekuatan begitu besar saat sedang marah?" keluh Xin Qian membuat Xuan Yuan mengetuk kepala gadis itu dengan kesal."Aaww, sakit." Xin Qian mengaduh."Jangan membelanya, aku tidak suka!" dengusnya dengan wajah dingin."A Yuan, mana mungkin aku membelanya! Dia itu menindasku. Dia memaksa menumpang tanpa memedulikan tubuh Xiao Shan yang lemah. Aku benar-benar membencinya!" keluh Xin Qian mencari muka.Xuan Yuan masih bergeming. Lalu, Xin Qian kembali menyuapkan daging dengan sumpitnya. "A Yuan, buka mulutmu!" bujuknya. Pangeran Ketiga Da Liang itu melembut setel
Putra Mahkota Da Liang, Murong Huantian mengibaskan jubahnya ketika keluar dari kereta kuda. Pangeran Pertama itu saat ini sudah berada di depan aula utama Istana Selir Zhou. Beliau adalah Ibunda selir dari Pangeran Kedua. Hatinya masih begitu kesal dengan kejadian tempo hari di Paviliun Xing He. Xuan Yuan mengusirnya begitu saja hanya karena seorang gadis. Meski hubungan mereka memang tidak hangat, setidaknya Xuan Yuan masih harus menghormati dirinya. Untuk meredakan rasa kesal yang tidak bisa hilang begitu saja, hari ini dia ingin mengunjungi Pangeran Kedua, Murong Ying Lan.Begitu melihat kedatangan putra mahkota, salah satu pelayan pribadi Selir Zhou segera pergi melapor.Di dalam Aula, Selir Zhou yang terlihat kurang sehat. Wajahnya tidak bersemangat dan sedikit pucat. Dia sedang duduk di Aula bersama beberapa pelayan."Biarkan Putra Mahkota masuk!" titah Selir Zhou lemah begitu mendengar laporan.Pelayan tadi pergi untuk mempersilakan putra mahkota masuk, sedangkan Selir Zhou d
"Apakah Adik Ketiga sudah kembali? Aku belum mendengarnya." Bukannya menjawab, Ying Lan malah balik bertanya. Huantian mendengus kasar."Aah, ternyata dia begitu tidak berbakti. Bahkan belum menyempatkan datang mengunjungimu," dengusnya.Ying Lan tersenyum lembut. "Adik Ketiga mempunyai tugas yang begitu besar di Perbatasan. Aku merasa begitu bersalah padanya, karena sudah menjadi seorang Kakak yang sangat tidak berguna. Jika kesehatanku ini baik, kalian berdua tidak akan bekerja sekeras ini." Ying Lan menghela napas panjang. Ada jejak penyesalan yang tampak di wajahnya."Haiyaaa, bukan salahmu, karena kamu terlahir dengan keterbatasan seperti ini. Aku juga mengemban tugas di Ibukota sebagai Putra Mahkota. Jika kamu sehat, seharusnya kamu juga akan diberikan tanggung jawab oleh Ayahanda Kaisar." Huantian sudah mulai berceloteh. Menurutnya, Adik Keduanya terlalu berhati lembut dan memiliki kasih sayang yang besar pada Xuan Yuan. Dia selalu membela adik Ketiga. Itu membuatnya kesal."