Kuda hitam milik Xin Qian melesat bagaikan anak panah meninggalkan Gunung Fenghuang. Seperti kesetanan, gadis cantik itu memacu kudanya melintasi jalanan di sepanjang malam tanpa istirahat sama sekali."Hiyaaa! Hiyyaaa!""Xiao Shan, merepotkanmu untuk terus berlari. Kita tidak boleh terlambat sampai Ibukota!" Wajah cantik Xin Qian terlihat serius. Ye Tian meliriknya dan hanya bisa mendengus."Apa kamu berniat membuat kaki Xiao Shan patah?" keluhnya. Xiao Shan memuat beban dua orang, bukannya memberi toleransi, Xin Qian malah memintanya berlari lebih cepat. Bukankah Xin Qian berniat mencelakai kudanya?Tadinya dia mengira Xin Qian tidak mahir menunggang kuda. Ternyata, kemampuannya tidak bisa dianggap remeh. "Xiao Shan adalah kuda yang kuat. Jika tidak, dia sudah akan mati saat berangkat tadi.""Huh!" Ye Tian mendengus."Seharusnya tidak perlu begitu terburu-buru!" Ye Tian berkata dengan tenang.Xin Qian tidak menanggapi. Dia tetap memacu kudanya dengan cepat. Pria ini mana tahu, kala
"A Yuan, kamu ... kenapa kamu di sini?" Xin Qian tidak tahu harus berkata apa untuk membuat alasan. Pria tampan ini jelas-jelas sangat marah. Melihat wajah dinginnya, seketika bulu kuduk Xin Qian meremang. Rasa bersalah dan takut menghinggapi hatinya. Ini ... sedikit konyol jika dipikirkan. Xin Qian adalah Dewa Kematian di zaman modern. Banyak orang takut padanya, begitu tiba di zaman kuno Xin Qian malah takut dengan orang ini."Sepertinya aku terlalu memanjakanmu, hingga kamu berani bersikap seenaknya sendiri, hmm?" Begitu ungkapan ini jatuh, Xin Qian semakin tak mampu berkata-kata. "Kenapa diam saja? Kamu mau dihukum dengan cara bagaimana? Hukuman yang kejam atau yang sadis?" Xin Qian, "..."'Kenapa tidak ada pilihan hukuman ringan? Kenapa pilihannya hanya kejam dan sadis? Ini sangat tidak adil....' Meski dia merasa tidak puas, tapi Xin Qian tidak berani bersuara. Dominasi pria ini sangat mengerikan."A Yuan, tadi aku tidak bisa tidur, jadi aku ... aku ingin jalan-jalan," cicitn
Hari ini, Pangeran Ketiga Da Liang itu akan mengajak Xin Qian berkeliling Ibukota. Semalam, gadis ini berkata bahwa dirinya bosan. Jadi, hari ini Xuan Yuan akan mengajaknya pergi jalan-jalan.Murong Xuan Yuan ingin menghapus kenangan di dalam benak Xin Qian tentang Ye Tian. Pria brengsek itu harus dipukuli sampai mati, karena berani menggoda wanitanya.Pangeran tampan yang tubuhnya terbungkus dengan jubah hitam bermotif Qilin itu berdiri di sisi Xin Qian dan menatapnya penuh perhatian."A Yuan, aku ... lapar." Xin Qian memasang wajah memelas. Gadis itu baru saja selesai mandi dan berhias, belum sempat mengisi perut yang keroncongan. Pria ini tidak sabaran mau mengajaknya pergi. Apakah dia berniat menyiksa Xin Qian dengan rasa lapar ini?Wajah antusias pria itu seketika berubah lembut. Hari ini dia berniat akan mengajak Xin Qian untuk mencari pria bernama Ye Tian dan membuat perhitungan dengannya. Tidak disangka wanita ini memang tidak bisa menahan sedikit rasa laparnya.Namun, menging
Pria ini jika mempunyai kekuasaan absolut akan sangat mengerikan. Pikir Xin Qian dalam hati. Jadi dia tidak boleh menyinggung Xuan Yuan."Ini ... A Yuan, sudahlah, kita lanjutkan makan dulu." Xin Qian menjepit sayuran dan beberapa potong daging di letakkan di mangkuk Xuan Yuan. Pria ini dari tadi hanya makan begitu sedikit. Dia bahkan begitu sibuk membuat perintah ini dan itu."Kamu makan begitu sedikit, bagaimana bisa mempunyai kekuatan begitu besar saat sedang marah?" keluh Xin Qian membuat Xuan Yuan mengetuk kepala gadis itu dengan kesal."Aaww, sakit." Xin Qian mengaduh."Jangan membelanya, aku tidak suka!" dengusnya dengan wajah dingin."A Yuan, mana mungkin aku membelanya! Dia itu menindasku. Dia memaksa menumpang tanpa memedulikan tubuh Xiao Shan yang lemah. Aku benar-benar membencinya!" keluh Xin Qian mencari muka.Xuan Yuan masih bergeming. Lalu, Xin Qian kembali menyuapkan daging dengan sumpitnya. "A Yuan, buka mulutmu!" bujuknya. Pangeran Ketiga Da Liang itu melembut setel
Putra Mahkota Da Liang, Murong Huantian mengibaskan jubahnya ketika keluar dari kereta kuda. Pangeran Pertama itu saat ini sudah berada di depan aula utama Istana Selir Zhou. Beliau adalah Ibunda selir dari Pangeran Kedua. Hatinya masih begitu kesal dengan kejadian tempo hari di Paviliun Xing He. Xuan Yuan mengusirnya begitu saja hanya karena seorang gadis. Meski hubungan mereka memang tidak hangat, setidaknya Xuan Yuan masih harus menghormati dirinya. Untuk meredakan rasa kesal yang tidak bisa hilang begitu saja, hari ini dia ingin mengunjungi Pangeran Kedua, Murong Ying Lan.Begitu melihat kedatangan putra mahkota, salah satu pelayan pribadi Selir Zhou segera pergi melapor.Di dalam Aula, Selir Zhou yang terlihat kurang sehat. Wajahnya tidak bersemangat dan sedikit pucat. Dia sedang duduk di Aula bersama beberapa pelayan."Biarkan Putra Mahkota masuk!" titah Selir Zhou lemah begitu mendengar laporan.Pelayan tadi pergi untuk mempersilakan putra mahkota masuk, sedangkan Selir Zhou d
"Apakah Adik Ketiga sudah kembali? Aku belum mendengarnya." Bukannya menjawab, Ying Lan malah balik bertanya. Huantian mendengus kasar."Aah, ternyata dia begitu tidak berbakti. Bahkan belum menyempatkan datang mengunjungimu," dengusnya.Ying Lan tersenyum lembut. "Adik Ketiga mempunyai tugas yang begitu besar di Perbatasan. Aku merasa begitu bersalah padanya, karena sudah menjadi seorang Kakak yang sangat tidak berguna. Jika kesehatanku ini baik, kalian berdua tidak akan bekerja sekeras ini." Ying Lan menghela napas panjang. Ada jejak penyesalan yang tampak di wajahnya."Haiyaaa, bukan salahmu, karena kamu terlahir dengan keterbatasan seperti ini. Aku juga mengemban tugas di Ibukota sebagai Putra Mahkota. Jika kamu sehat, seharusnya kamu juga akan diberikan tanggung jawab oleh Ayahanda Kaisar." Huantian sudah mulai berceloteh. Menurutnya, Adik Keduanya terlalu berhati lembut dan memiliki kasih sayang yang besar pada Xuan Yuan. Dia selalu membela adik Ketiga. Itu membuatnya kesal."
Suasana sedikit canggung. Tiga bersaudara ini sudah lama tidak minum teh bersama. Huantian yang bersikap paling berterus-terang di antara mereka bertiga. Jelas-jelas dia menyimpan rasa tidak senang dan banyak keluhan di hatinya pada Xuan Yuan, di setiap kesempatan dia akan mengkritik adik ketiganya itu. Apalagi melihat Ying Lan begitu perhatian pada Xuan Yuan, dia merasa tidak rela. Kenapa Pangeran Ketiga selalu merebut perhatian semua orang? Huh....Ying Lan berusaha keras supaya tiga bersaudara tetap hangat. Pria yang wajahnya terlihat pucat itu menginginkan mereka bisa hidup berdampingan dengan tenang tanpa konflik apapun. "Haiyaaa, Kakak Pertama, kamu jangan diam saja. Tadi kamu mengajakku keluar, sekarang kita tiga bersaudara sudah berkumpul di tempat ini, kenapa semua orang diam saja?" keluh Ying Lan tidak nyaman. Pangeran Kedua hanya bisa mendengus kesal. Dua saudaranya ini benar-benar menyebalkan.Ying Lan duduk di antara Huantian dan Xuan Yuan. Beberapa kali dia melirik ke
"Kakak, sudah begitu lama aku meninggalkan Istana. Ada banyak hal yang harus diurus begitu aku kembali. Maaf karena belum sempat mengunjungimu." Xuan Yuan menuangkan teh untuk Ying Lan dan mengulurkan padanya."Jangan terlalu segan, aku baik-baik saja." Dia meneguk teh yang dituangkan Xuan Yuan hingga tandas."Kakak Pertama, minumlah." Xuan Yuan bersikap pantas pada Huantian."Kamu bersikap baik, kakakmu ini sangat tersentuh." Xin Qian merasa tidak berdaya. Sebenarnya mereka ini kenapa? Hubungan mereka benar-benar rumit. Sebentar bertengkar, sebentar perhatian. Benar-benar membuat sakit kepala.Setelah berbincang beberapa saat, akhirnya Xuan Yuan berpamitan."Kakak, QianQian sudah lelah. Aku akan mengantarnya pulang lebih dahulu." Xuan Yuan berpamitan.Xin Qian, "..."'Aku tidak mengatakan kalau aku lelah. Kenapa kamu bilang seperti itu?' Xin Qian mengeluh di dalam hati. Namun, Xin Qian tidak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti apa yang dikatakan Xuan Yuan. "Kakak, kami pergi dah