Ditempat lain, Xue yang tadi melakukan penyelidikan telah mendarat di atas punggung Xiao Shan dengan begitu ringan."Pangeran Ketiga, seharusnya mereka ke arah sana. Hamba sudah menemukan petunjuk." Xue telah kembali beberapa saat ketika Xuan Yuan tiba. Keduanya sudah mempunyai keyakinan yang sama. Jejak kereta kuda yang diikuti Xue diam-diam, masuk ke arah hutan. Namun, di sana dia melihat ada sekelompok pria berpakaian hitam menyiapkan jebakan. Seakan mereka telah menunggu rombongan dari Tangluo yang mengejar mereka. Pakaian dan penampilan mereka sama persis dengan orang-orang yang menyergap dalam perjalanan dari Gunung Fenghuang dulu."Di arah sana, sekelompok orang sudah menunggu kehadiran kita dan menyiapkan jebakan." Xuan Yuan mendengarkan laporan dari Xue dengan wajah dingin. "Mereka adalah orang yang sama. Penampilannya sama dengan yang menyergap kita di perjalanan pulang dari Gunung Fenghuang, Yang Mulia." Xue semakin yakin bahwa penculik yang dipanggil dengan sebutan Tu
Murong Xuan Yuan duduk melamun di atas punggung Xiao Feng. Di hadapannya, ada pegunungan Baiyun yang membentang sebagai pembatas antara Negara Da Liang dengan Negara Zhou. Xue dan yang lainnya tak berani bersuara. Mereka hanya bisa diam menunggu perintah. Tak berani mengganggu majikannya yang sedang dalam suasana hati buruk. Angin berhembus menyegarkan, menerbangkan anak rambut pangeran tampan yang bibirnya terkatup sangat rapat tersebut. Rahangnya yang mengeras semakin menambah aura kekejaman pria ini. "Aku akan pergi sendiri, kalian kembalilah ke Tangluo!" titahnya setelah sekian lama berlalu.Setelah memikirkannya cukup lama, Xuan Yuan mengambil keputusan untuk mengejar wanitanya sendiri saja. Terlalu merepotkan membawa pasukan melintasi perbatasan. Jika situasinya dimanfaatkan oleh Tuan Pemimpin, Xuan Yuan akan disalahkan oleh Da Liang karena telah memicu peperangan dua negara. Situasi keuangan Da Liang saat ini tidak begitu baik. Mereka baru saja selesai berperang dengan Nega
"Lancang!" Tak perlu menunggu reaksi Xuan Yuan, Xue sudah lebih dahulu meraung penuh amarah. Dia tidak bisa melihat seseorang bersikap keterlaluan pada majikannya."Apakah Anda sudah lupa dengan hukuman pukulan papan 50 kali? Jika Anda lupa, saya akan mengingatkan Anda sekali lagi." Xue tidak tahan melihat wajah tidak tahu malu gadis ini.Yan Huaxin memiliki gelar gadis suci Perguruan Gunung Fenghuang, tapi sikapnya sangat tidak pantas dimiliki seorang gadis suci. Benar-benar sangat memalukan. Samar-samar, Xue membandingkannya dengan Xin Qian. Gadis berpakaian merah ini berkebalikan dengan karakter calon Permaisuri. Xin Qian tidak pernah menunjukkan sikap genit pada Xuan Yuan. Justru Pangeran Ketiga yang selalu bersikap manis dan mendominasi pada Xin Qian. "Nona Xin Qian memang yang terbaik!" dengusnya pelan. Di matanya, Xin Qian berkali-kali lipat lebih baik daripada gadis ini.Yan Huaxin mengabaikan Xue. Bisa bertemu dengan Pangeran Ketiga di tempat ini adalah sebuah berkah bagin
Derap langkah Xiao Feng dan Xiao Shan yang berlari kencang sangat bersemangat menapaki tanah Negara Zhou. Sepasang kuda hitam itu menempuh jarak beberapa mil dari gerbang perbatasan dengan penuh suka cita. Seakan keduanya sudah bisa mencium aroma Xin Qian di negara ini. Sesekali kaki Xuan Yuan menghentak untuk mengimbangi irama laju kuda yang melesat bagai anak panah yang lepas dari busurnya. Dua kuda itu saling berkejar-kejaran di tengah kegelapan malam. Hanya sinar rembulan yang menerangi dengan pijarnya yang berwarna keemasan di langit sebelah timur.Xiao Feng tidak ingin mendahului, dia selalu berada di posisi belakang Xiao Shan. Xiao Shan adalah jenis kuda hitam biasa, berbeda dengan Xiao Feng yang merupakan ras kuda ferghana. Kekuatan, ketangguhan dan kecepatan kuda ferghana sudah dikenal oleh seluruh dunia. Sosok kuda perang yang menakutkan, bahkan sering disebut sebagai kuda surgawi atau kuda berkeringat darah.Namun, kali ini dia memilih untuk berada di belakang Xiao Shan,
Di kediaman Raja Zhou Xiuhuan, Xin Qian sedang duduk di salah satu paviliun dengan nelangsa. Ada seseorang yang sedang dipikirkannya dengan hati yang berat. "A Yuan, apakah kita bisa berjumpa lagi?" gumamnya pelan.Xin Qian menghilang tanpa jejak, tanpa meninggalkan pesan apapun pada Xuan Yuan. Situasinya memang tidak memungkinkan untuk meninggalkan pesan apapun. "Mungkinkah kamu belum tahu kalau aku pergi dari Tangluo?" lanjutnya dalam resah.Bersama dengan pria itu selama beberapa bulan terakhir, ada begitu banyak hal yang telah dilewati bersama. Terlebih, ada begitu banyak jalan kematian dalam kebersamaan mereka. Situasi di medan perang dengan Negara Qing, Lembah Krisan Dewa, dan wabah di Kota Tangluo. Semua kebersamaan ini meninggalkan bekas yang begitu dalam. Tak mungkin jika Xin Qian tak merasakan sesuatu di dalam hatinya. Rasa nyaman dengan keberadaan Xuan Yuan samar-samar telah hadir di dalam hatinya. Semakin terperosok ke dalam, Xin Qian semakin merasa penasaran dengan pri
Berjumpa dengan jenius lain di zaman kuno memang sedikit merepotkan. Zhou Yuwen dengan kemampuan yang hebat bukan digunakan untuk kemakmuran Da Liang, tapi untuk menyulitkan seseorang yang dibencinya. Bagi Zhou Yuwen, ribuan nyawa manusia yang telah menjadi tumbal dari wabah maut hitam ini tidak berharga demi tercapainya tujuan. Samar-samar, Xin Qian sudah menangkap hubungan rahasia antara Zhou Yuwen dengan keluarga kerajaan Negara Zhou. Meski dia belum memverifikasi secara pasti. Namun, Raja Zhou Xiuhuan sebagai adik Kaisar memberi perlindungan di dalam rumahnya secara khusus. Bukankah ini menandakan adanya hubungan tersebut.Dosa bagi orang yang menyerang anggota keluarga Istana akan dijebloskan di dalam penjara surgawi."Kamu sebagai Dewa Perang Da Liang menerobos masuk perbatasan Negara Zhou tanpa izin resmi dari Kaisar, bukankah ini sebuah kejahatan?" Zhou Yuwen merasa kesal. Kenapa bisa secepat ini, Xuan Yuan mengetahui dirinya berada di kediaman Raja Zhou Xiuhuan?"Aku datang
Setelah menempuh perjalanan jauh selama beberapa hari, akhirnya tiga ekor kuda yang salah satunya adalah ras kuda ferghana sudah hampir sampai di gerbang Kota Tangluo. Xiao Shan berada di posisi terdepan. Kepalanya terangkat dengan penuh kebanggaan. Ternyata, Xin Qian adalah keberuntungan bagi Xiao Shan. Dengan adanya gadis cantik itu di atas punggungnya, Xiao Feng diizinkan mengiringi di belakang. Tuannya juga tidak mengeluh atau meminta Xiao Feng untuk memimpin di depan. Sepasang majikan merasa senang, sepasang kuda juga demikian. Hanya Xue dan kuda putihnya yang nelangsa. Kendati demikian, dia juga tidak berani mengeluh. Bisa melihat majikannya kembali dalam suasana hati yang sangat baik, Xue sudah bersyukur. Aura dingin yang mencekam sudah menghilang dari wajah Pangeran Ketiga."QianQian, kenapa kamu begitu bersemangat pulang ke Tangluo?" seru Xuan Yuan.Ketika menyebut tempat pulang, Xin Qian tidak membahas Istana Xi Wei sama sekali. Sepertinya Tangluo telah meninggalkan kesan
Seorang pria mengayunkan langkah terburu-buru penuh kemarahan. Dengan kasar, dia menghempaskan tubuh seorang gadis ke dipan kayu yang ada di sudut ruangan. Suara dengusan kasar merontokkan nyali. Yan Huaxin yang masih kesakitan tak kuasa menolak perlakuan kasar tersebut.Yan Huaxin mencoba duduk dengan stabil di atas dipan. Di depannya, Zhou Yuwen menatapnya dengan pandangan jijik."Kupikir ayahmu sudah memberitahu dengan jelas, kenapa aku memanggilmu kemari!?" raung Zhou Yuwen.Kobaran amarah yang tidak akan bisa padam begitu saja. Rencana yang telah disusun dengan sangat detail dan teliti sedemikian rupa bisa hancur sekejab. Zhou Yuwen merasa kesal setengah mati dengan kehadiran Yan Huaxin. "Tuan Pemimpin, Ayah meminta saya untuk melindungi Anda." Yan Huaxin bertemu satu kali dengan Tuan Pemimpin ini sebelumnya. Ayahnya dan Tuan Pemimpin sudah membuat sebuah aliansi untuk menyingkirkan Pangeran Ketiga, supaya memuluskan jalannya untuk menduduki tahta Da Liang."Sekarang, siapa me