"Pagi," sapa Jonathan sambil duduk di hadapan Raka dan menyodorkan beberapa lembar kertas ke hadapan pria yang selalu memeras tenaganya itu."Siang," jawab Raka sambil mengalihkan pandangannya dari kerta ke arah Jonathan, "ini jam 11 siang bukan jam 11 pagi," ucap Raka ketus."Aku masuk shift siang, wajar aku datang jam segini, Raka," ucap Jonathan santai sambil menumpangkan salah satu kakinya ke kaki yang lain. "Ngeles terus," ucap Raka sambil mengambil kertas yang disodorkan Jonathan yang ternyata adalah bahan-bahan yang Jonathan inginkan untuk bulan depan, "bahan-bahannya nggak ada yang beda?" tanya Raka."Nggak, paling gue minta iga sapi yang baru. Gue butuh iga yang lebih juicy dari pada yang udah ada," pinta Jonathan, "biar kematangannya pas.""Emang nggak bisa pake yang kemarin aja?" tanya Raka."Nope, take it or leave it," sahut Jonathan santai, "tenang cost-nya masih sama kok, nggak bakal jauh beda ama yang sebelumnya dan bahkan bakal bikin lo untung gede." Jonathan menekank
“Okhe ini nggak salah?” tanya Kaluna sambil memotong daging yang ada di depannya.Okhe yang sedang asik memanggang daging wagyu A5 menoleh ke arah Kaluna dan berdecakkesal karena ia sadar sudah melakukan kesalahan saat melihat warna daging yang Kaluna belah.“Ini order nya medium well kenapa kamu kasih saya well done! Jauh Okhe, jauh bedanya!” teriak Kaluna sambil melempar pisau dengan kesal ke sembarang tempat. Okhe menyeret kakinya untuk bergerak mendekati Kaluna yang ngamuk, ini kesalahannya yang ke tiga hari ini dan ia merasa pantas mendapatkan amukkan dari Kaluna. Lebih baik daripada amukkan dari Jonathan yang mungkin bisa membuat dirinya terkena mental. “Ini kamu kenapa sih?!” teriak Kaluna sambil menunjuk Okhe bingung karena hampir semenjak tadi Okhe melakukan kesalah minor yang biasanya hanya dilakukan oleh chef junior. “Kamu bukan chef baru loh! Kamu udah lama dan seandainya aku keluar dari sini atau cuti pasti kamu yang ambil alih, Khe!”Okhe mengangguk dan mengambil dagi
"Sini ... Bram, sini," panggil Okhe sesaat setelah melihat Ibram keluar dari dapur karena sudah jam istirahatnya."Apa? Gue mau keluar nih, mau ngerokok asem mulut gue," sahut Ibram sambil berjalan ke arah Okhe dan mengeluarkan sebungkus rokok putih beserta koreknya."Ish, rokok mulu lo, kena paru-paru baru lo, nangis," ucap Okhe sambil meminta Ibram mengikutinya."Alah, mau ngerokok kagak ngerokok kalau udah waktunya mati, yah, mati aja," jawab Ibram cuek sambil terus mengikuti Okhe hingga ke salah satu tempat di mana mereka sering berkumpul untuk merokok atau sekedar ngobrol ngolor ngidul menghilangkan penat dan lelah bekerja."Sini, duduk," pinta Okhe sambil menepuk kursi yang ada di sampingnya. Sesekali dia memanjangkan lehernya untuk melihat situasi, takut ada Jonathan atau Kaluna yang datang ke sana. Tidak asik rasanya mengosipi orang di depan orangnya langsung, lebih enak mengosip dari belakang biar lebih menusuk!"Apa? Mau apa?" tanya Ibram mulai penasaran dan mengikuti perint
"Dapet kabar dari mana?" tanya Kaluna."Noh." Ibram menunjuk Okhe dengan bibirnya dan langsung saja membuat Okhe salah tingkah.Kaluna mengalihkan pandangannya ke arah Okhe, "Dari mana?" ulang Kaluna sambil berkacak pinggang, entah kenapa tiba-tiba saja dia merasa sakit pinggang mengurusi permasalahan percintaannya. Memang tidak nyambung tapi, itu yang ia rasakan."Gue liat lo, pelukan tadi sama Chef Jonathan manggil lo Yang, dan setahu aku hanya orang yang sedang berpacaran yang bakal manggil seseorang Yang." Okhe memberanikan diri melihat Kaluna.Kaluna mengelus keningnya pelan, dengan pasrah ia berjalan dan duduk di antara Ibram dan Okhe, mungkin ini saatnya ia mengakui hubungan spesialnya bersama Jonathan."Bener?" tanya Ibram sambil mengambil kembali rokok dari saku celananya."Jangan ngerokok dulu, pala gue pusing nyium bau rokok," pinta Kaluna sambil mendorong sejauh mungkin tangan Ibram agar menjauh dari dirinya. Bau rokok membuat Kaluna pusing."Jadi, bener?" tanya Okhe tidak
"Kan aku udah bilang, aku nggak papa kok, Jo," ucap Kaluna sambil berjalan masuk ke dalam rumah Jonathan. "Nggak papa gimana? Aku yang apa-apa," sahut Jonathan sambil menyimpan semua barang-barang miliknya di atas meja ruang tengah. Ia kemudian melihat sekelilingnya untuk memastikan keberadaan Bi Denok. "Tapi, sumpah aku nggak papa kalau seandainya kita nikah aku yang mundur dari kerjaan, aku nggak papa," ulang Kaluna lagi sambil menghempaskan bokongnya ke sofa empuk ruang tv Jonathan."Bahkan aku ngerasa itu lebih baik daripada kuping aku merah dan panas dengerin omongan Okhe, Ibram atau pun orang lain yang kerja di Moon, aku mending mundur dan cari kerja yang lain. Aku yakin kok, skill aku nggak ancur-ancur amat sampai kesulitan cari kerjaan," lanjut Kaluna sambil melihat ke arah Jonathan yang saat ini sedang berjalan ke arah Bi Denok.Entah apa yang Jonathan ucapkan ke Bi Denok sampai akhirnya membuat pembantu itu pergi keluar rumah, Kaluna tidak mau mengambil pusing dengan urusa
Jonathan menggemeretakan giginya saat kejantanannya menggesek ceruk kenikmatan Kaluna yang masih berbalut celana. Jemarinya ia benamkan ke bokong Kaluna yang terasa sangat lembut dan nyaman di tangannya."Yang, jangan bikin perkara stok kondom aku habis," bisik Jonathan sambil berusaha menekan birahinya tapi, percuma gerakan liar Kaluna di atas tubuhnya dan kecupan-kecupan sensual di lehernya membuat Jonathan hanya ingin merobek pakaian Kaluna lalu membenamkan wajahnya di ceruk kehangatan payudara Kaluna.Kaluna terus mengecupi garis leher Jonathan dan bahkan beberapa kali ia meliukan lidahnya di sana dengan gerakan sensual yang membuat Jonatan membelai punggungnya dan berakhir di bagian belakang kepala Kaluna."Yang, kondom aku abis," bisik Jonathan sambil memilin rambut bagian belakang Kaluna dan menariknya pelan hingga membuat wanita itu mendongah. Jonathan seketika itu mengutuki perbuatannya yang menarik kepala Kaluna karena itu membuat ia melihah wajah sendu Kaluna yang penuh den
"Jo!" seru Kaluna kaget dan spontan meletakkan ponselnya di atas ranjang dalam keadaan layar menghadap bawah, "kamu kok bangun?" tanya Kaluna kaget."Kok bangun?" tanya Jonathan, "emang aku nggak boleh bangun? Harus tidur aja gitu, biar kamu bisa chatingan dengan entah siapa ampe cekikikan kaya orang kerasukan?" tanya Jonathan ketus sambil mengambil ponsel Kaluna."Apa sih, Jo," ucap Kaluna kaget karena Jonathan mengambil ponselnya, "balikin sini," pinta Kaluna sambil berusaha mengambil ponselnya namun Jonathan menghalanginya."Chatingan sama siapa sih?" tanya Jonathan kesal seraya beranjak dari posisi tidur ke posisi duduk lalu membuka kunci ponsel Kaluna. Sialnya ponsel Kaluna terkunci dan dengan cepat ia menekan kode kunci ponsel Kaluna yang ia tahu namun salah, "kamu ganti kode ponselnya?" tanya Jonathan makin emosi. Apa-apaan ini? Kenapa tiba-tiba Kaluna menyembunyikan sesuatu dari dirinya padahal biasanya kekasihnya itu sangat terbuka."Iya, aku ganti, kan kamu yang suruh buat g
"Kamu di mana? Nggak bakal ke Moon?" tanya Kaluna melalui sambungan telepon."Aku masuk sekitar jam 11 siang, Yang, aku mau ke rumah sakit dulu," ucap Jonathan sambil mengalihkan ponselnya dari kuping kiri ke kuping kanan dan berjalan ke arah rumah sakit."Kamu mau cek up?" tanya Kaluna."Iya, sekalian ambil obat karena obat aku abis dan lagi ini sekalian aku mau masukin tes DNA kamu," ungkap Jonathan santai sambil terus berjalan ke arah meja informasi rumah sakit. "Ah, pantes tadi pagi kamu potong rambut aku sedikit," kenang Kaluna."Iya, pokoknya aku dateng ke Moon jam 11 siang, nanti langsung kita obrolin lagi masalah cara panggang daging pakai alat baru yang kemarin dateng," terang Jonathan yang baru saja membeli alat untuk memanggang daging dengan cara smoke yang baru. "Oke, aku tunggu kalau gitu," sahut Kaluna."Bilang Raka nggak udah nyari aku, aku bakal datang dalam keadaan sehat dan selamat di Moon," ungkap Jonathan yang baru ingat kalau dari tadi Raka meneleponi dirinya da