Ciuman itu begitu manis, ahli dan panas, Kaluna bingung antara dia menikmatinya atau membuka matanya yang berat lalu melihat apakah ini mimpi atau kenyataan yang bisa melambungkan perasaannya. Sayangnya kelopak matanya saat ini menjadi musuh terbesar Kaluna, kelopaknya sulit untuk terbuka akibat tubuhnya terlalu lelah dan ia merasa sangat nyaman dengan kehangatan yang menguar dari tubuh Jonathan. "Jo," bisik Kaluna pelan dan saat itu juga Kaluna merasakan tubuhnya dihempas lembut ke sesuatu yang empuk. Ia dengan cepat meringkuk dan menikmati belaian hangat di bagian punggungnya, sebuah belaian yang menyeretnya pada sebuah memori. Memori terlarang yang selalu ia simpan ditempat paling manis di dalam ingatannya, memori saat dirinya dibelai dengan sangat panas oleh Jonathan. Memori yang sangat terlarang namun, tidak bisa ia sangkal kalau itu adalah sesuatu yang nikmat dan candu. "Jo ...," bisik Kaluna lagi saat merasakan kehangatan memercik di tengkuknya dan menyebar keseluruh tubuhnya
"Ngapain kamu di sini?" tanya Kaluna kesal saat melihat Jonathan berada di ruang tamunya, lelaki itu mengenakan kameja hawai berwarna biru dan celana pendek. Terlihat santai dengan kacamata hitamnya."Lama, yah." Jonathan melirik Kaluna dari balik kacamata hitamnya."Kamu ngapain di sini?" tanya Kaluna sambil berusaha mengalihkan tatapannya, bisa gila dia lama-lama melihat wajah Jonathan apalagi setelah dia bermimpi erotis bersama Jonathan tadi. Ampun ... tubuhnya masih merinding mengingat setiap sentuhan panas Jonathan. Walau mimpi namun terasa sangat nyata.Jonathan mengangkat lemper buatan Emma sambil menggigitnya, "Makan."Kaluna melipat tangan di dada dan melihat ke arah jam dinding rumahnya, seolah jam itu terlihat sangat menarik padahal pikirannya sudah tersesat dalam belantara pikiran erotis hanya karena melihat lidah Jonathan mengecupi ujung tangannya. "Ampun! Kaluna sadar! Otakmu ini harus dicuci pakai pencuci pakaian atau mungkin di rendam di sungai! Kenapa kotor sekali, Ya
"Garnisnya pake puree kacang polong," ucap Jonathan sambil mencicipi saus yang akan disajikan untuk acara ulang tahun, setelahnya ia melap sendok dan menyelipkannya di kaitan di samping lengan.Kaluna mulai sadar kalau Jonathan selalu memiliki sendok sendiri dan tidak pernah mau menggunakan sendok yang diberikan oleh orang lain, sebuah kebiasaan kecil yang mengusik pikiran Kaluna semenjak lelaki itu bilang kalau dirinya busuk.Entah kenapa ada sesuatu yang mengusiknya dari perkataan Jonathan tadi pagi hingga membuat Kaluna sedikit melunak dengan Jonathan, bahkan Kaluna sama sekali tidak mengonfrontasi omongan Jonathan sama sekali. Ia bahkan mengikuti semua keinginan Jonathan walaupun pria itu beberapa kali mengungkapkannya dengan sangat menyebalkan."Okhe, ingat steak-nya harus sesuai saat nanti kamu masak di depan guest, gue nggak mau ada kesalahan." Jonathan mengingatkan Okhe yang sedang memilah daging yang akan mereka olah hari ini untuk acara ulang tahun."Nanti kalian jangan samp
Suasana panas di dapur benar-benar membuat tenaga seolah tersedot tanpa ampun membuat semua orang di sana bekerja sebaik mungkin dan meminimalisir kesalahan demi menjaga ritme kerja. Kaluna terus berteriak mengingatkan apa yang harus dilakukan dan tidak dilakukan hingga akhirnya dia mendapatkan sebuah pesanan, "Pesanan terakhir dari acara ulang tahun," pekik Kaluna keras seolah mereka sudah berada di ujung garis akhir dan bersiap untuk selebrasi. "Dua grilled yellowfin tuna, tiga prime fillet mignon dan satu rib eye steak," teriak Kaluna. "Yes Chef." Saat Kaluna sedang membenarkan nota pesanan tiba-tiba ia merasakan tepukkan di bahunya, "Jonathan." "Kamu bisa ikut saya? Yang ulang tahun ingin ketemu katanya mau ngucapin terima kasih," bisik Jonathan. "Tapi, ini ...." Kaluna menunjuk sekelilingnya karena dia merasa pekerjaannya belum selesai. "Biar Okhe yang urus, Khe ... tolong," perintah Jonathan yang langsung diiyakan oleh Okhe. Kaluna pun berjalan mengikuti Jonathan sambil m
"Nggak pulang, Lun?" Okhe mengenakan jaketnya, "udah malem loh, ini. Mau bareng?" tanya Okhe.Kaluna melirik ke arah dapur yang masih menyala terang menandakan masih ada orang di dalam sana dan Kaluna tau siapa orang itu. "Di dapur masih ada Pak Jonathan, entah dia mau ngapain," ucap Okhe yang sadar kalau Kaluna dari tadi melihat ke arah dapur.Kaluna gamang, apakah dia harus ke dapur dan bertanya apa yang terjadi pada Jonathan atau dia harus pergi dari sana dan melupakan apa yang terjadi. Toh sebenarnya ia dan Jonathan sudah tidak ada hubungan apa pun lagi. Jonathan juga bersikap menyebalkan pada dirinya, kenapa ia harus mau berurusan lebih jauh dengan Jonathan? Lebih baik dia pulang bersama Okhe dan mendoakan yang terbaik untuk Jonathan, karena itu yang diinginkan oleh Jonathan."Lun ... mau pulang nggak? Ayo," ajak Okhe lagi yang memang rumahnya satu arah dengan Kaluna. Kaluna mengambil tasnya dan tanpa sadar menjatuhkan kotak makanan dari dalam tasnya. "Ini punya siapa?" Kaluna
"What!!!" teriak Kaluna sambil melempar serbetnya kesal. Ia bersumpah sudah melakukan sesuai dengan apa yang ia tahu, kenapa masih belum matang! Astaga apa ovennya rusak?Kaluna berjalan ke arah oven dan mengeceknya, mencoba mencari apakah ada yang salah dengan oven itu tapi, nihil semuanya baik-baik saja bahkan suhu oven tersebut sesuai, pas! Argh ... Kaluna mengambil harnet rambutnya dan melemparkan ke tempat sampah dengan kesal. "Gagal Kaluna, kamu nggak bisa tanya apa-apa," ucap Jonathan penuh syukur karena tidak usah menjawab pertanyaan apa pun dari Kaluna apalagi mengingat wanita itu ingin bertanya tentang Gendis membuat dirinya langsung diliputi perasaan benci. Kaluna mengetuk-ngetuk sepatunya di lantai seolah menyalurkan kekesalannya, ia berkacak pinggang sambil melihat sekelilingnya dan berhenti di wajah Jonathan yang saat ini terlihat sangat bahagia. Sialan! Dia nggak suka kalah, dia nggak suka Jonathan menyimpan rahasia dari dirinya!"Sekali lagi," ucap Kaluna sambil mend
"Kebakaran, Jo!" pekik Kaluna sambil berlari melesat keluar ruangan Jonathan. Kaluna berlari di belakang Jonathan yang sudah lebih dulu berlari. Jantung Kaluna memompa lebih cepat hingga memacu adrenalin-nya akibat perasaan kaget bercampur takut akibat suara alarm kebakaran yang terus berbunyi dengan keras."Astaga! Kaluna! Kamu lupa buka jendela ventilasi dapur!" teriak Jonathan kalut saat kakinya sudah sampai di depan pintu dapur yang sudah berasap tebal. Di depan mata Jonathan ia sudah melihat kobaran api kecil dari bagian oven yang lupa Kaluna tutup, genangan air sudah terlihat di lantai dan dapur dalam keadaan basah akibat sensor sprinkler (alat pemadam yang ada di atas langit-langit dan akan mengeluarkan air bila terasa adanya penambahan suhu ruangan) yang menyala mengeluarkan air. Beberapa alat dapur terlihat berasap dan basah karena terkena air yang banyak. Jonathan berjalan perlahan-lahan karena saat ini ia sudah melepaskan safety shoes (sepatu khusus di dapur) dengan sand
Kring ... kring ... kring ....Suara ponsel Kaluna mengusik waktu tidur Kaluna, dengan malas-malasan Kaluna mengambil ponselnya dari balik selimut. Ia melihat siapa yang meneleponnya dan tubuhnya bergetar saat melihat nama Okhe di layar ponselnya. "Ah ... tolong jangan kalian yang telepon, dong," pekik Kaluna tertahan dengan suara serak karena ia menangis semalaman.Kaluna menangis dari mulai ia keluar dari restoran, menaikki taksi online hingga tubuhnya menyentuh ranjang Kaluna tidak berhenti menangis seperti orang gila, untungnya supir taksi online tidak terlalu banyak bertanya dan Emma sudah tidur saat dirinya pulang. Kaluna menyelipkan ponselnya di bawah bantal berusaha untuk menghilangkan benda yang membuatnya stress. Kaluna kembali memejamkan matanya saat bunyi ponselnya itu lenyap.Sialnya saat ia memejamkan matanya pikiran Kaluna membawa ia kembali ke kejadian tadi malam, air matanya kembali mengalir saat ia mendengar teriakkan Jonathan, tatapan penuh kebencian lelaki itu dan