Kaluna tertawa kecil saat merasakan kecupan-kecupan kecil di bahu dan tengkuknya, rasa geli dengan cepat menjalar dari leher hingga sekujur tubuhnya hingga membuat ia gemetar. "Geli, Jo," bisik Kaluna sambil menangkap tangan Jonathan yang menggerayangi tubuhnya dari tadi dan terhenti di payudaranya. Tangan Jonathan yang hangat itu membelai puting payudaranya lalu mencengkeramnya seolah payudaranya adalah benda paling menggemaskan yang pernah ia pegang."Aku nggak abis pikir kenapa kamu bisa ada di dalam kamar," bisik Jonathan sambil mengecup bagian belakang rambut Kaluna, seketika itu juga ia mencium wangi shampoo Kaluna yang lembut, "wangi ... aku suka wangi rambut kamu dari dulu, Yang," bisik Jonathan."Kamu tuh, mau aku wangi atau bau dapur sekali pun tetep lengket kaya permen karet, nempel mulu susah buat lepas," kekeh Kaluna sambil mengambil tangan Jonathan dan mengecupnya pelan."Karena wangi kamu itu khas dan bikin aku candu, mau badan kamu abis lari sekali pun wangi badan kam
"Udah mandinya?" tanya Jonathan yang saat ini sedang duduk dan melihat Kaluna baru saja keluar dari kamar mandi. Kaluna mengangguk sambil berjalan ke arah Jonathan dan mengecup bibir Jonathan, "Udah, kamu nggak mandi?" tanya Kaluna sambil melepaskan handuk yang membungkus kepalanya."Nanti, sebentar lagi. Aku lagi ngerjain ini," ucap Jonathan sambil menunjukkan layar ipad-nya, "Aku lagi baca surat perjanjian yang dikirim ke email aku.""Perjanjian apa lagi? Kamu mau ditawarin jadi BA apa lagi?" tanya Kaluna sambil berdiri di depan kaca besar lalu mulai mengambil skincare miliknya. "Nggak tau, ini kaya cream soup gitu. Jadi, merek koyco mau mengeluarkan cream soup varian truffle dan dia mau aku yang jadi bintang iklannya. Jadi, aku lagi baca ini perjanjiannya," terang Jonathan sambil menggaruk kepalanya."Kamu mau ambil?" tanya Kaluna."Nggak tau, pusing aku. Awal aku kerja jadi chef nggak pernah kepikiran bisa jadi bintang iklan atau jadi Brand Ambassador perlengkapan dapur atau pun
Bibir Kaluna saling memanggut dengan Jonathan, ia mengalungkan tangannya ke leher Jonathan dan terus menekan kepala kekasihnya itu agar bisa terus mengecupi dan saling membalas ciumannya panasnya.Kaluna mendesah saat merasakan kedua tangan Jonathan yang mengelus garis tubuh Kaluna hingga membuat wanita itu bergerak tak tentu arah seolah menikmati dan meminta lebih dari Jonathan.Kaki Kaluna terus bergerak menggesek kejantanan Jonathan hingga membuat pria itu menggemeretakkan giginya dan mencengkeram pinggul Kaluna.“Yang, bisa nggak di gesek terus?” tanya Jonathan di sela-sela ciumannya, kepalanya pusing bukan main karena menahan gairahnya sendiri. Jonathan takut bila Kaluna menggesek terus meneruh kejantanan miliknya, ia tidak bisa menahan pelepasannya. Dia tidak mau kalah dari Kaluna apa pun yang terjadi.“Kenapa? Nggak suka?” bisik Kaluna sambil mengecup bibir Jonathan beberapa kali dan mencondongkan dadanya hingga menggenai dada Jonathan. Tanpa sadar Kaluna mendesah karena merasa
Kaluna memicingkan matanya saat menerima cahaya matahari pagi yang mengenai wajahnya, sesekali ia mengucek salah satu matanya pelan. Ia berusaha untuk menutupi wajahnya dengan tangan kanannya.Sret ...."Ah, silau," pekik Kaluna keras sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, mencoba untuk menghalau sinar matahari pagi. Kaluna bukan orang yang suka bangun pagi, menurutnya bangun pagi hanya harus dilakukan bila ada yang harus ia lakukan di pagi hari, namun, bila tidak ada sesuatu yang penting rasanya tidak berguna bila Kaluna bangun pagi. Ngantuk!"Bangun, Yang ... udah pagi ini, malu sama ayam," ajak Jonathan sambil menarik badan Kaluna agar kekasihnya itu bisa banguna tau setidaknya mengubah posisi dari rebahan menjadi duduk."Ngapain malu sama ayam? Mana sini ayamnya! Aku jadiin opor," maki Kaluna sambil terus menutup matanya yang terasa seperti di tempeli lem sehingga sulit untuk di buka."Aku yakin opor buatan kamu enak, tapi, aku minta kamu bangun dan temenin aku buat ke t
"Cakra!""Iya, wangi badan kamu setelah mandi itu selalu sama, dan kamu selalu pakai kemeja ...." Lelaki itu melirik ke arah dada Kaluna yang terlihat dengan jelas karena Kaluna lebih pendek dari dirinya.Tiba-tiba saja ada rasa ngilu yang ia rasakan saat melihat dada Kaluna yang penuh dengan bukti kepemilikan. Ia kembali ingat dulu dialah yang menorehkan bukti kepemilikan disekujur tubuh Kaluna dan selalu kemeja miliknya yang Kaluna kenakan bila wanita itu sudah menginap dengan dirinya.Sekarang ... Cakra menelan ludahnya membayangkan Jonathan yang sudah menorehkan bukti kepemilikan di sana dan Cakra yakin seratus persen kalau kemeja yang Kaluna pakai saat ini adalah kemeja milik Jonathan."Kamu ngapain di sini?" tanya Kaluna kaget sambil bergerak ke samping, memberikan jarak antara dirinya dan Cakra."Turun ke bawah, Lun ... ini kan, lift dan fungsinya buat membawa penumpang naik dan turun," ucap Cakra sambil menunjuk sekeliling lift dengan santai."Iya, tahu ... ampun, deh kamu Cak
"Sialnya nggak bisa, Lun."Kaluna spontan memundurkan badannya lebih jauh dari Cakra, dia tidak menyangka Cakra mengatakan kalimat itu. Sebuah kalimat yang tidak Kaluna sukai karena akan membuat ia kesal. Kaluna langsung mengubah posisinya menjadi menghadap pintu lift, matanya memandang lurus ke depan dan seolah tidak mempedulikan keadaan Cakra. Cakra menghela napas keras seolah mencari perhatian dari Kaluna, "Kenapa? Kamu nggak suka aku nggak bisa lupain kamu?""Kamu suami orang, Cakra ... kamu harusnya malu ngomong kaya gitu," ucap Kaluna ketus sambil menyilangkan kedua tangan di dada dan terus melihat ke depan. Kaluna mamaki di dalam hati karena lift yang ia tumpangi terasa sangat lambat. Ia sudah tidak nyaman berada di sana, ia ingin pergi secepatnya dari sana meninggalkan Cakra. "Iya, harusnya aku malu. Aku harusnya malu masih ingat sama kamu padahal aku sudah menikah." Tanpa sadar Cakra melihat cincin pernihakan miliknya yang melingkar di jari manis tangannya. Cincin itu sang
"Satu chicken parmigiana, tiga barbeque lamb chop, dua caecar salad dan tiga cream chiken soup," teriak Kaluna sambil menempelkan kertas pesanan di papan khusu menu."Yes, chef!" teriakkan rekan sejawat Kaluna menggema di penjuru dapur.Panas kompor dengan cepat terasa menyengat ke wajah Kaluna, dentingan suara alat dapur saat memasak, memotong dan bahkan terjatuh dari tangan para koki membuat riuh suara di dapur.Dengan cekatan Kaluna memantau kualitas makanan yang keluar dan juga masuk. Sesekali ia mencicipi saus yang ditambahkan karena stoknya sudah habis. Kaluna juga beberapa kali melap ujung-ujung piring agar terlihat lebih bersih dan cantik.Tring ....Suara bel terdengar nyaring saat Kaluna menekannya, tak berapa lama datang salah satu waitres masuk ke jendela dapur. Satu-satunya jendela yang menghubungkan antara dapur dan ruangan makan restoran Moon. "Meja 24 dan meja 35, tolong jangan sampai salah karena meja 24 menggunkan kacang dan meja 35 tanpa kacang. Aku nggak mau kala
Tok ... tok ... tok ....Suara ketukan terdengar pelan dari pintu ruangan Raka. Raka spontan mengalihkan pandangannya dari berkas yang ada di meja ke arah pintu."Masuk," ucap Raka yang langsung melihat pintu ruanganny terbuka. Sepersekian detik kemudian Kaluna masuk ke dalam ruangannya."Maaf Pak, tadi rada lama karena ada beberapa hal yang harus saya bersihkan?" Dusta Kaluna karena ia tidak mungkin mengatakan kalau ia beradu argumen dengan Okhe perkara hubungan personalnya dengan Jonathan."Oke, masuk Kaluna ... sini duduk," pinta Raka sambil menunjuk kursi yang ada di depannya.Kaluna dengan patuh duduk di kursi itu dan melihat Raka yang sedang tersenyum pada dirinya, "Bapak manggil saya ada apa yah?" "Nggak ada apa-apa, saya cuman mau memastikan lagi, kamu yakin setelah kamu menikah dengan Jonathan kamu mau resign?" tanya Raka basa basi karena memang rencananya memang ia akan meminta Kaluna untuk mengundurkan diri dari Moon. Kaluna mengangguk, "Dari pada Bapak capek-capek nyuruh