Kaluna hanya bisa meremas kain lapnya dengan gemas setelah keluar dari ruangan Raka, saat ini dia membayangkan kain itu adalah leher Jonathan, lelaki menyebalkan yang membuat dirinya hari ini uring-uringan.
Dengan kesal ia berjalan hingga meja kasir, ia ingin pulang sesegera mungkin. Ia ingat kalau tadi pagi ia menyembunyikan semua barangnya di bawah meja kasir karena ia terlambat datang dan tak sempat menyimpan semuanya ke loker khusus miliknya.
“Kok ....” Wajah Kaluna berubah pias karena tidak menemukan barang-barang miliknya.
“Astaga ... ke mana tas aku?” tanya Kaluna sambil memasukkan kepalanya ke dalam lemari yang ada di bawah meja kasir dengan cemas. Ampun ... sial sekali ia hari ini! Dimulai harus bertemu dengan Jonathan hingga harus kehilangan semua barang miliknya.
“Kema ....”
“Kamu ngapain di sana?”
Kaluna terdiam saat sebuah suara maskulin yang sangat ia kenal memanggilnya, “Jonathan,” bisik Kaluna pelan sambil memutar tubuhnya dan berdiri menghadapi pria tampang yang tingginya 185 cm, hingga ia harus mendongakkan kepalanya.
“Kamu ngapain di sana?” ulang Jonathan sambil menunjuk lemari kasir, “nyari apa kamu?”
“Nyari pisau buat gorok leher kamu,” batin Kaluna sambil berusaha tersenyum manis, mencoba mengenyahkan emosi yang sudah hampir meledak akibat kekesalan yang menumpuk pada Jonathan. “Nyari barang saya, Chef.”
“Barang?” tanya Jonathan, “kamu apa nyari barang kamu di bawah kasir? Emang kamu nggak punya loker khusus?” tanya Jonathan lagi.
“Punya.” Kaluna berusaha mengenyahkan keinginannya untuk berlari sejauh mungkin dari Jonathan karena ia tahu, lima menit saja ia lebih lama bersama Jonathan emosinya akan meledak. “Saya simpan tas dan jaket saya di sini karena pas istirahat saya buru-buru,” dusta Kaluna, ia tahu kalau dia bilang dirinya telat, Jonathan akan bertanduk dan membombardirnya dengan amukkan.
“Oh ... ikut, saya,” ucap Jonathan sambil menggerakkan tangannya sebagai isyarat meminta Kaluna mengikuti dirinya yang berjalan ke arah ruangannya.
Kaluna yang hanya bisa pasrah akhirnya mengikuti Jonathan hingga masuk ke dalam ruangan pribadi khusus Head Chef. Di dalam Kaluna hanya bisa diam saat pria itu menutup pintu dan berjalan ke salah satu lemari. Jonathan mengambil sesuatu dari dalam lemari dan melemparkannya ke atas meja yang ada di depan Kaluna hingga menimbulkan suara yang keras.
Tubuh Kaluna melonjak mendengar suara keras di depannya, tapi, dengan cepat ia menyadari kalau benda di depannya itu adalah tas dan jaket miliknya, "Barang saya, kok bisa ada di lemari chef?"
"Sebelum saya masuk ruang pertemuan tadi pagi, saya bingung lihat bagian bawah meja kasir penuh dengan barang, ternyata itu tas dan jaket. Lalu saya lihat CCTV ternyata itu kamu yang datang ter-lam-bat." Jonathan menekannya kata terlambat hingga membuat Kaluna menyerngit.
"Maaf, Chef dan terima kasih sudah mengamankan barang-barang saya," sahut Kaluna.
"Iya, ambil barang-barang kamu dan besok datang jam 7 tepat untuk membawa surat dari saya." Jonathan menyilangkan kedua tangannya di dada sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Surat apa?" tanya Kaluna bingung, mau memberi surat apa lagi lelaki ini? Pikiran Kaluna pun berubah kalut.
"Surat SP1," ucap Jonathan dingin.
"What !!!" teriak Kaluna sambil melepaskan semua barang dari pegangan tangannya hingga terjatuh ke lantai.
"Kamu budek? Saya bilang kamu dapat SP1." Jonathan berkata dingin dan seolah tidak peduli dengan teriakan Kaluna.
"Kamu nggak ada hak buat kasih saya SP1!" pekik Kaluna kesal sambil menunjuk wajah Jonathan, sudahlah dia lelah dan saat ini kesabarannya sudah habis! Dia buka wanita menye-menye yang sabar menahan kelakuan Jonathan terhadap dirinya.
"Pak Raka yang berhak untuk mengeluarkan Sp di restoran ini!" sentak Kaluna sambil melangkah maju mendekati Jonathan dan dia kaget saat lelaki itu melangkah mundur menjauhi Kaluna.
"Nanti saya yang bilang Raka, saya yakin Raka paham kenapa saya ingin kamu kena SP1." Jonathan kembali mundur karena melihat Kaluna terus melangkah mendekati dirinya.
"Kalau sampai Pak Raka mengeluarkan SP1, saya akan mempertanyakan kewarasannya!"
"Lah ... kenapa?" tanya Jonathan yang sudah mulai merasa tidak nyaman karena Kaluna terus maju mendekati dirinya, wanita itu tingginya hanya 155 cm sedangkan dirinya 185 cm, akan sangat mudah untuk mengangkat tubuh wanita itu dan memindahkannya.
Masalahnya adalah bila sampai dia menyentuh wanita itu maka akan panjang urusannya! Dan Jonathan menyadarinya saat ia pertama kali melihat Kaluna berdiri di pojokkan dan memandangi dirinya dengan mata selembut puppy yang selalu ia ingat sampai detik ini!
"Kenapa? Kenapa, kamu bilang?" tanya Kaluna emosi, ia terus mendekati Jonathan sambil menunjuk dada Jonathan yang terasa kuat dan kokoh.
"Kamu terlambat dan saya tidak suka orang terlambat, tidak menghargai waktu," ucap Jonathan yang berjuang untuk mempertahankan tatapan dan intonasi suaranya sedingin mungkin padahal di dalam dirinya jantungnya sudah bertalu-talu karena jarak antara dirinya dan Kaluna mungkin setipis kertas.
"Oh ... Tuhan, jangan sampai Kaluna masih memiliki wangi tubuh yang sama," batin Jonathan sambil terus melangkah ke belakang. "Ah ... sial, wangi tubuhnya masih sama!" batin Jonathan mengutuki wangi tubuh Kaluna yang menggelitik indra penciumannya. Wangi kayu manis.
"Kamu ngambek karena aku terlambat atau ...." Kaluna memejamkan matanya seolah mengumpulkan semua emosi dan kutukan yang dari tadi pagi ia tahan.
"Atau kita ke--"
"Matamu nggak pernah kenal, Jonathan Bagaskoro!" potong Kaluna menyebutkan nama panjang Jonathan yang sudah Kaluna hafal di luar kepala. Jangankan nama panjangnya bahkan tanggal lahir dan golongan darah Jonathan, ia hapal.
"Kaluna," bisik Jonathan yang sudah tak bisa lagi mundur karena tubuhnya sudah terpojok di dinding.
"Bilang sekali lagi kita nggak kenal! Aku tendang kamu!" teriak Kaluna geram sambil mendorong dada Jonathan yang keras.
"Ini nggak ada hubungannya dengan masa lalu, kamu dapat SP1.” Jonathan mencoba beradu argumen dengan Kaluna, mempertahankan pendiriannya untuk tetap memberikan SP1 pada Kaluna sambil terus menatap manik mata Kaluna sambil berdoa di dalam hatinya agar jangan sampai mata yang ia tatap basah. Celaka.
"Kalau masalah SP1 oke ... aku terima, aku yang salah karena telat. Oke!" seru Kaluna sambil kembali menatap Jonathan yang saat ini sudah kembali memasang tatapan sedingin kutub utara.
"Tapi ... masalah kue tadi? Maksudnya apa? Apa maksudnya?" tanya Kaluna sambil berkacak pinggang seolah menantang Jonathan, "kuping aku nggak budek, Jonathan! Kamu bilang kue aku enak dan bahkan demi Tuhan! Kamu habiskan itu cheese cake! Tapi, saat tau itu buatan aku, kamu bilang itu nggak enak!" pekik Kaluna meluapkan amarahnya.
Terserah setelah ini ia dipecat karena tidak sopan pada Head Chef. Emosinya sudah di ubun-ubun.
"Masalah itu ...." Jonathan benar-benar kehabisan ide saat mendengar ledakan emosi Kaluna, wanita itu belum berubah. Mulutnya seperti petasan cabe bila marah.
"Kamu kenapa? Oh ... jangan bilang kamu nggak inget aku Jonathan!" pekik Kaluna sambil berjalan hilir mudik, "jangan bilang kamu lupa sama aku! Aku nggak bodoh, mohon maaf aku nggak bodoh!"
"Kaluna ...."
"Aku nggak bodoh, aku sadar kamu selalu mengalihkan pandangan kamu dari mata aku semenjak kamu melihatku di ruangan tadi," ucap Kaluna sambil menggerakkan tangannya saking kesalnya.
"Walau kamu pura-pura budek saat aku panggil nama kamu pakai nama panggilan kita saat kita dulu pacaran, aku tahu kamu sadar kalau aku panggil kamu, Jonathan Baskoro!" seru Kaluna.
"Kaluna ...." Jonathan berusaha memanggil Kaluna namun, nihil sepertinya Kaluna masih ingin meluapkan emosinya.
"Kamu nggak usah pura-pura nggak kenal sama aku, yah," ucap Kaluna sambil menunjuk Jonathan, "kita ini pacaran dulu! Kita pacaran saat kita SMA dan kamu ...." Kaluna menggerakkan tangannya dari atas ke bawah sambil mencoba menekan emosinya.
Kaluna tanpa sadar melihat manik mata Jonathan yang entah kenapa membuat dirinya kembali melayang pada semua kenangan manis yang Kaluna lalui bersama lelaki itu. "Hampir semuanya aku lakuin sama kamu untuk pertama kali, kamu pacar pertama aku, kamu ciuman pertama aku, kamu laki-laki yang meluk aku dan kamu juga ...."
Ah ... sudahlah, Kaluna tidak mau melanjutkan perkataannya, apalagi saat ini dia kesal bukan main karena Jonathan hanya menatapnya dingin seolah dirinya orang gila yang lepas dari rumah sakit jiwa.
"Udah ngomongnya?" tanya Jonathan sambil kembali mengusap dahinya. Jonathan sadar kalau Kaluna sudah kehabisan bahan amukkan, ia paham dan mengerti Kaluna luar dan dalam.
Kaluna mengalihkan tatapan dari lantai ke wajah tampan Jonathan yang rasanya ingin ia cakari saking kesalnya, "Udah, aku udah ngomongnya. Aku kesel sama kamu yang pura-pura nggak kenal sama aku. Salah aku apa?" tanya Kaluna sambil mengambil semua barang-barang yang berserakan dilantai sambil terus mengomel.
Kaluna memaki dan mengutuki Jonathan tanpa merasa takut, sudahlah nasi sudah menjadi bubur, dirinya sudah basah sekalian saja dia berenang dengan cara terus memaki Jonathan.
"Hei ... udah ngomel dan ngomongnya?" tanya Jonathan yang entah kenapa merasa lucu melihat Kaluna yang marah-marah.
Kaluna dengan cepat berdiri dan menggunakan jaketnya, tasnya ia selempangkan. "Udah, aku udah marah-marahnya dan aku butuh kejelasan dari kamu."
"Tentang?" tanya Jonathan.
"Tentang kenapa kamu pura-pura nggak kenal aku? Kamu Jonathan Baskoro, kan? Kamu pacar aku waktu SMA, kan?" tanya Kaluna sambil menunjuk tangan Jonathan yang terdapat luka.
Jonathan menarik lengan kemejanya kembali menjadi panjang agar luka dilengannya itu tertutup.
"Bilang nggak, aku lempar tas ini!" ancam Kaluna sambil mencengkeram tasnya bersiap untuk ia lemparkan.
"Iya, Kaluna ... aku pacar SMA kamu, iya aku ini Jojo," ucap Jonathan.
"Terus kenapa kamu pura-pura nggak kenal sama aku? Kenapa?" tanya Kaluna kesal.
"Kaluna ... kamu lupa kayanya," ucap Jonathan.
"Aku lupa? Hei ... yang lupa awal itu kamu! Kamu yang amnesia ringan, lupa kalau aku ini pacar SMA kamu." Kaluna tidak terima dengan ucapan Jonathan, siapa yang lupa? Jelas-jelas yang pura-pura tidak kenal itu Jonathan bukan dirinya.
"Aku cuman bingung aja, kamu yakin masih mau panggil aku pakai nama panggilan itu?" tanya Jonathan sambil membereskan barang-barangnya dan mendorong Kaluna agar keluar dari ruangannya.
"Yah, nggak, sih. Tapi ...."
"Aku di sini mau fokus kerja, bukan mau merajut kisah cinta tai kucing atau apa pun itu, aku mau kerja," ucap Jonathan dengan santai sambil mengunci pintu dan berbalik melihat wajah Kaluna yang sudah kembali tidak karu-karuan akibat ucapannya yang kasar.
Kaluna hanya bisa diam dan berusaha menahan rasa ngilu di dadanya, entah kenapa rasanya sakit sekali mendengar perkataan Jonathan. "Tapi, kenapa harus pura-pura nggak kenal? Salah aku apa?" tanya Kaluna.
Jonathan mengangkat satu alisnya lalu tersenyum simpul, "Kamu tanya apa salah kamu?"
Kaluna langsung mengangguk karena dia sangat penasaran dengan apa salahnya.
"Kamu lupa? Kamu yang tinggalin aku, bukan aku yang tinggalin kamu!"
••
"Aku nggak ningalin kamu!" sentak Kaluna tidak terima dengan perkataan Jonathan.Jonathan tersenyum sinis sambil terus berjalan meninggalkan Kaluna, sampai tangannya ditarik, "Apa?" tanya Jonathan kasar namun detik itu juga ia langsung merasa bersalah karena melihat mata Kaluna yang sedih."Apa?" ulang Jonathan dengan nada yang lebih lembut."Aku nggak ningalin kamu begitu aja, Jonathan." Kaluna meremas tangan Jonathan.Jonathan menghela napas sambil menepis tangan Kaluna, "Semua udah berlalu, percuma kita obrolin sekarang.""Tapi, aku nggak ninggalin kamu, aku nggak mungkin tega ninggalin kamu gitu aja," bisik Kaluna masih merasa tidak enak dengan tuduhan yang Jonathan berikan."Mau kamu ninggalin aku atau bukan, waktu udah berjalan dan sekarang kita udah nggak ada hubungan sama sekali. Semua yang terjadi dulu, lebih baik kita lupain aja, kita fokus ke masa saat ini," ucap Jonathan sambil berjalan meninggalkan Kaluna."Maksud kamu dilupain?" tanya Kaluna sambil berjalan mengikuti Jon
"Ya ampun, Jo," pekik Kaluna panik dengan cepat ia mendekati Jonathan yang sudah terduduk di trotoar di samping sepedanya. "Astaga ... Jojo maaf." Kaluna dengan cepat mengeluarkan botol minum dari tasnya."Gila kamu Kaluna! Argh ... apa ini, panas!" teriak Jonathan sambil mengipasi wajahnya yang terasa panas bukan main.Kaluna dengan cepat mengguyur wajah Jonathan dengan air lalu menyekanya dengan celemek yang selalu ia bawa di tasnya, sesekali dia meniup-niup wajah Jonathan entah untuk apa, berharap tiupannya bisa meredakan rasa panas yang Jonathan rasakan."Kaluna, ini apa?" tanya Jonathan lagi sambil mengambil celemek dari tangan Kaluna dan mengusap wajahnya, berusaha mengenyahkan rasa panas di wajahnya. "Kamu semprotin air apa?""Merica," bisik Kaluna pelan dengan wajah bersalah dan mengambil botol semprotannya lalu memasukkannya sedalam mungkin ke dalam tasnya, mencoba menghilangkan barang bukti."Bullshit!" seru Jonathan tidak percaya, "Kalau cuman merica nggak mungkin sepanas i
"Hah? Kapan? Kok bisa?" tanya Jonathan kaget, sebuah informasi baru membuat Jonathan keluar dari zona "Lelaki-Dingin-Tanpa-Hati". Kaluna menatap Jonathan sambil menahan tawanya, ia sekarang sadar kalau pria itu masih sama. Pria itu masih Jonathan yang hangat, perhatian dan sangat manis. "Ehem ...." Jonathan terbatuk lalu membenarkan posisi duduknya, "Kapan?" ulangnya dengan intonasi suara yang lebih kalem. Hampir saja Kaluna tertawa terbahak-bahak mendengar perubahan suara Jonathan, "Saat aku ninggalin kamu," bisik Kaluna sambil menatap langsung ke bola mata Jonathan, berusaha mencari sebuah pergerakan kecil yang menunjukkan kalau Jonathan masih mengingat apa yang telah mereka lakukan sehari sebelum Kaluna pergi meninggalkan Jonathan. Nihil, lelaki itu terlihat biasa saja. "Jadi, kamu ninggalin aku dulu itu karena ibu dan ayah cerai?" tanya Jonathan yang langsung dijawab anggukkan oleh Kaluna. "Ibu menggugat cerai ayah setelah kejadian itu, tapi, ayah ngamuk parah sampai harus dia
Brak!!!Kaluna menghempaskan tubuhnya ke ranjang, dia tidak peduli bila membangunkan Emma ibunya ataupun tetangganya sekalipun, ia lelah hari ini. Emosinya terkuras habis-habisan akibat bertemu dengan Jonathan mantan kekasihnya yang mampu membolak-balikkan perasaannya dengan sangat cepat hari ini.Sedetik dia bisa sangat berbahagia dan didetik berikutnya dia bisa sangat ingin menendang bokong Jonathan sangking emosinya. Sialan."Argh!!" teriak Kaluna sekencang mungkin dibalik bantal, "nyebelin banget kamu, Jo!"Kaluna menggerakkan seluruh tubuhnya seperti bayi tantrum, "Mau kamu apa? Bikin kesel terus bikin aku tersipu-sipu lalu bikin aku ngamuk!" Kring ... kring ....Kaluna mengambil tasnya dan menarik ponsel miliknya, keningnya berkerut karena mendapatkan panggilan tidak dikenal. Penasaran Kaluna mengangkat teleponnya."Halo.""Lama banget angkat teleponnya!"Mendengar suara lelaki di ujung sambungan telepon membuat Kaluna kesal, "Suka-suka lah, telepon-telepon aku. Mau aku angkat
"Jo ...." Kaluna tidak bisa melanjutkan perkataannya lagi karena mulutnya sudah dibekap oleh tangan Jonathan. Kaluna mengangguk saat melihat Jonathan menempelkan jari telunjuknya di bibir, meminta Kaluna untuk diam.Kaluna menoleh dan melihat ayahnya sedang mencari dirinya dengan tatapan membunuh sambil mengacung-ngacungkan tongkat kayu. Kuping Kaluna panas saat mendengar bahasa kebun binatang keluar dari mulut ayahnya. "Keluar nggak!" teriak Indra sambil membanting tongkatnya kesal, rasanya ia ingin mencabik anak gadisnya. "Keluar kau! Berani kamu sama Ayah! Kamu sangka kamu bisa sekolah dan makan itu karena uang siapa? Berani kau melawan, hah!"Air mata Kaluna detik itu juga meleleh dan membasahi tangan Jonathan, Jonathan yang sadar kalau kekasihnya itu menangis dan ketakutan spontan memeluk tubuh Kaluna lebih erat lagi, membenamkan wajah Kaluna ke dadanya berusaha melindunginya."Kamu masih kecil udah ngelawan! Didikan ibu kamu itu nggak ada yang benar! Masih untung kalian berdua
Kaluna berlari seperti orang kesetanan saat taksi online yang ia tumpangi berhenti di depan restoran. "Kenapa aku harus bangun kesiangan, sih!" maki Kaluna sambil melihat sekelilingnya memastikan tidak ada sepeda yang Jonathan gunakan kemarin."Nggak ada sepeda si Jonathan," bisik Kaluna sambil menghela napas lega, ia dengan cepat berjalan ke arah pos satpam untuk mengambil kunci restoran."Pak ... kunci restoran mana?" tanya Kaluna saat sudah sampai pos satpam dan melihat berbagai macam kunci yang tergantung di dinding."Wah ... tadi udah di ambil ....""Sama siapa?!" tanya Kaluna kaget bukan main, matilah dia kalau kunci restoran itu sudah diambil Jonathan. Habislah dia!"Sama Pak Raka," ucap satpam tersebut sedikit kaget karena Kaluna membentaknya."Pak Raka aja atau sama Pak Jonathan juga?" Kaluna waswas bukan main, ia benar-benar panik."Tadi, sih Pak Raka aja," ucap Satpam sambil keluar dari pos jaga dan menunjuk ke arah basement parkir restoran, "tuh mobilnya, baru kok ambilny
Seharian ini Kaluna sama sekali tidak fokus, perasaannya seolah-olah ingin terus menyeretnya pada masa lalu manis pada Jonathan padahal pikirannya sudah berkali-kali memaksanya untuk sadar kalau itu semua sudah tidak ada lagi. Kisah cintanya dengan Jonathan sudah berakhir, sudah hampa, hilang ditelan bumi! Bahkan Jonathan sama sekali tidak menunjukkan ketertarikan pada dirinya lagi, yang ada lelaki itu membuat dirinya malu atau menyulut emosinya hingga titik puncak."Mbak, maaf ini stok dagingnya benar minta sebanyak ini untuk di antarkan?" tanya pegawai supplayer makanan yang selalu memasukkan bahan makanan ke Moon."Oh ... iya," jawab Kaluna tidak fokus dan asal menjawab saja tanpa melihat kertas laporan yang ada di tangannya, pikirannya benar-benar kalut.Dengan cepat pegawai itu langsung menginstruksikan agar rekan sejawatnya menurunkan muatan daging untuk di masukkan ke dalam restoran. Kaluna terus melihat ke depan seolah jiwanya tidak ada di sana, jiwanya berkelana entah ke man
"Gue yang suruh."Raka yang awalnya berwajah marah sedikit demi sedikit melunak, "Lo yang suruh? Buat apa?" tanya Raka sambil menatap Jonathan bingung, "otak lo nggak lagi ketabrak meteor, kan, sampai-sampai mesen daging segitu banyak?"Jonathan mengangkat kedua bahunya, lalu melihat sekeliling, "Nggak ada yang perlu di tonton, semua balik kerja."Tanpa diminta dua kali semua orang di restoran kembali bekerja seperti biasa walapun ada beberapa yang masih berbisik-bisik menggosip di belakang. "Heh, lo masih waras, kan? Nggak sakit kan? Ini kelebihan 20 kilo, Jonathan, bukan satu atau dua," ucap Raka sambil mengacungkan kertas ke arah Jonathan.Jonathan menyerahkan kertas yang ia pegang ke Raka, "Itu tanda tangan aku, jadi, artinya aku yang suruh Kaluna buat beli sebanyak itu.""Buat apa?" tanya Raka bingung, "masalahnya ini hanya satu jenis daging, Jonathan, bukan berbagai macam daging.""Iya, nggak papa, emang kita butuh jenis daging itu," ucap Jonathan santai sambil berjalan dan berd