"Aku mau ke kamar mandi," pekik Kaluna kalut sambil menarik-narik gaun pengantinnya panik."Nggak ... mana ada kamu mau ke kamar mandi, kamu itu tadi udah pipis berapa kali, Nak. Tolong lah jangan bikin riasan dan gaun pengantin kamu porak poranda," ucap Emma sambil memperbaiki gaun pengantin Kaluna supaya terlihat kembali rapi."Sama saya aja, Tante," ucap Joya sambil membantu Emma memperbaiki gaun pengantin Kaluna."Aduh, makasih yah, Nak Joya. Maaf juga tiba-tiba diminta jadi bridesmaid." Emma menepuk bahu Joya, "maklum anak Ibu introvert jadi jarang punya temen, temennya Jonathan doang." Joya hanya bisa tersenyum manis, "Nggak papa, bukannya suami itu calon teman kita seumur hidup, Tante. Jadi, wajar kalau Kaluna temenannya ama Jonathan.""Ya ampun, kamu ramah, cantik dan baik pula. Kenapa nggak dari dulu sih kamu deket sama Kaluna," ucap Emma sambil sekali lagi menepuk bahu Joya, "Ibu permisi dulu yah, mau panggil Papa Wisnu," lanjut Emma sambil undur diri dari sana."Joy, makas
Suara tepuk tangan terdengar bergemuruh saat Kaluna dan Jonathan memasuki ballroom pernikahan, semua orang seolah memberikan berkat dan juga restu untuk pernikahan Kaluna dan Jonathan. Mereka berdua hanya bisa tersenyum sambil sesekali melambaikan tangannya pada beberapa orang kolega yang mereka kenal dan hampir semua orang yang Kaluna kenal ada di sana. Baik yang Kaluna kenal secara personal maupun yang hanya bisa Kaluna kenal lewat layar kaca, Kaluna yakin itu adalah teman-teman Jonathan."Astaga, Jo," bisik Kaluna saat ekor matanya melihat satu sosok yang ia kenal dan mungkin idolalan."Kenapa Sayang?" "Kok bisa ada Chef Hordon Hamsey di sini? Dia kan eksekutif Chef Moon pusat? Dan lagi dia kan terkenal banget, dia jarang banget mau datang ke acara-acara pernikahan atau apa pun juga," cerocos Kaluna dengan mata berbinar. Jujur dia mengidolakan Chef Hordon tapi, dia malu untuk mengakuinya di depan Jonathan."Yah gimana yang nikah sih, kamu nikahnya sama aku anak kesayangan dia pas
Gendis menegak gelas martininya dengan kesal dan membantingnya di meja. Napasnya memburu dan rasa kesal dengan cepat menjalar disekujur tubuhnya bila mengingat omongan Kaluna!Sumpah demi apa pun itu kali pertama Kaluna menyerangnya dengan cara mirroring. Kaluna benar-benar lihai mengikuti prilaku yang biasanya Gendis lakukan pada Kaluna saat Gendis akan memanipulasi sahabatnya itu. Sial! Tujuh tahun tidak bertemu dengan Kaluna membuat, Gendis tidak tahu perkembangan mental dari sahabatnya itu."Ampun! Stop, Ndis ...."Gendis langsung menoleh untuk melihat ke sumber suara setelah menegak gelas martininya."Karin?" tanya Gendis bingung kenapa wanita itu ada di sana, "kamu ngapain di sini? Please jangan bilang kamu diundang Kaluna."Karin mengangguk sambil menghela napas dan menyilangkan tangangnya di dada dan melihat ke arah suaminya yang saat ini sedang menatap Kaluna seperti orang linglung. Rese!"Mau apa dia undang kamu?" tanya Gendis yang kembali meminum martini yang sudah diisi ke
"Kaluna ...."Sebuah suara menghentikan langkah Kaluna, "Dokter Fina, hai ... kalian akhirnya bisa ketemu juga," ucap Kaluna dengan mata berbinar saat melihat Andrea dan Marco, kedua anak Fina yang sangat menggemaskan. Andrea dan Marco langsung mencium tangan Kaluna dengan sopan, "Wow ... manis banget anak-anak Dokter," pekik Kaluna yang amazing melihat betapa sopan dan sangat menganut budaya ketimuran sikap juga prilaku Andrea dan Marco padahal wajah mereka terlihat sangat Italia."Kalian ke Daddy dulu yah, nanti Ibu nyusul. Ibu mau ngobrol sesuatu sama Tante Cantik," ucap Fina sambil menunjuk seorang pria tampan bertubuh tegap yang sedang tersenyum ke arah mereka."Bye Tante Cantik," ucap Andrea sambil melambaikan tangannya dan berlari menyusul Marco yang sudah berdiri di samping Aldo."Mereka semua sehat dan ...." Kaluna tersenyum tipis seolah paham keinginan Jonathan yang tidak mau memiliki keturunan sama sekali. Perih rasanya dihari bahagiannya dia harus sedikit kesal karena haru
“Yang … Ayang ….” Jonathan yang baru saja masuk ke dalam kamar hotel langsung memanggil Kaluna. Ia berjalan ke arah kamar melintasi ruangan yang dibuat seperti ruang duduk tamu, kamar dengan tipe sweet honeymoon ini memang dibuat seperti tipe studio sebuah apartemen kecil.Jonathan membuka jasnya dan mencoba melonggarkan dasinya, rasa sesak dan lelah langsung menerpa Jonathan. Rasanya kakinya rontok bukan main dan matanya mengantuk. Tanpa sadar Jonathan melihat ke arah jam di tangannya.“Jam 12 malam, astaga malem banget … Yang,” panggil Jonathan sambil masuk ke dalam kamar dan mendapati baju pengantin Kaluna di atas ranjang sedangkan dirinya tidak mendapati batang hidung Kaluna.Jonathan terlalu asik berbincang dengan beberapa rekan sejawatnya saat ia berada di New Zealand hingga lupa waktu dan akhirnya ia baru sampai kamar ditengah malam, itu pun setelah ia berkali-kali undur diri karena selalu dicegah oleh kawan-kawannya.“Ayang, di mana kamu? Kamar mandi?” tanya Jonathan berharap
“Mampus ... mampus,” maki Kaluna sambil memberikan uang kepada sopir taksi dan dengan cepat berlari seperti dikejar setan ke dalam restoran tempat ia bekerja.“Nah ... kan, mampus udah mulai pula acaranya,” bisik Kaluna sambil melirik ke arah pojok tempat parkir, “sepeda siapa pula itu? Tumben ada sepeda di sana? Udah soksoan pola hidup sehat kurasa karyawan di sini,” lanjut Kaluna sambil membuka pintu restoran secepat mungkin.Telinganya mendengar suara tepuk tangan di dalam ruangan yang menandakan dia sudah sangat terlambat, “Beneran mampus ini! Aku nggak ada waktu lagi buat naruh semua ini ke loker,” maki Kaluna dengan suara pelan karena takut ketahuan karyawan lain kalau dirinya terlambat.Matanya melihat sekelilingnya dan entah ide dari mana, Kaluna langsung memasukkan semua barangnya ke bawah meja kasir, “Masuk kamu, masuk ... nanti aku ambil, aku harus cepet. Si Raka pasti udah di sana. Duh ... Gusti selamatkanlah hambamu ini dari terpaan amukan Raka yang walau ganteng tapi kal
“Maaf, apa kita kenal?”Jleger ....Bagai petir disiang bolong pertanyaan Jonathan seolah menampar Kaluna dan mengempaskan rasa bahagia Kaluna yang sudah membumbung tinggi karena bisa bertemu kembali dengan lelaki yang pernah mencintai, melindungi dan menyayangi dirinya dulu."Hah?" Hanya ucapan itu yang keluar dari mulut Kaluna saking kagetnya."Apa kita kenal?" ulang Jonathan sambil menatap langsung ke mata Kaluna."Itu ...." Kaluna salah tingkah, ia ingin berkata kalau mereka kenal dan membeberkan bukti-bukti yang ada kalau mereka dulunya adalah sepasang kekasih.Kaluna melihat sekelilingnya, ruangan itu mungkin sudah lebih kosong tapi, masih ada beberapa orang yang membereskan kursi dan bila Kaluna ngotot berkata kalau dia mengenal Jonathan lalu berakhir dengan adu mulut dengan Jonathan, Kaluna bisa pastikan peristiwa itu bisa menyebar dengan cepat ke semua pegawai Moon. Kaluna belum siap menjadi buah bibir di sana.“Kalau ditanya itu dijawab, Mbak Kaluna,” ucap Jonathan sambil me
Kaluna hanya bisa meremas kain lapnya dengan gemas setelah keluar dari ruangan Raka, saat ini dia membayangkan kain itu adalah leher Jonathan, lelaki menyebalkan yang membuat dirinya hari ini uring-uringan. Dengan kesal ia berjalan hingga meja kasir, ia ingin pulang sesegera mungkin. Ia ingat kalau tadi pagi ia menyembunyikan semua barangnya di bawah meja kasir karena ia terlambat datang dan tak sempat menyimpan semuanya ke loker khusus miliknya. “Kok ....” Wajah Kaluna berubah pias karena tidak menemukan barang-barang miliknya. “Astaga ... ke mana tas aku?” tanya Kaluna sambil memasukkan kepalanya ke dalam lemari yang ada di bawah meja kasir dengan cemas. Ampun ... sial sekali ia hari ini! Dimulai harus bertemu dengan Jonathan hingga harus kehilangan semua barang miliknya. “Kema ....” “Kamu ngapain di sana?” Kaluna terdiam saat sebuah suara maskulin yang sangat ia kenal memanggilnya, “Jonathan,” bisik Kaluna pelan sambil memutar tubuhnya dan berdiri menghadapi pria tampang yang