#Sepupu_dari_KampungBab 24Salah paham"Vivian, aku sengaja mengajakmu makan siang karena ada sesuatu yang ingin aku bicarakan padamu," Zian menatap perempuan yang duduk di depannya lurus. "Apa sayang, tiap hari kan kita bicara. Atau kamu mau ngajak aku nonton fashion show di Milan gitu?" Vivian mengerling manja. Bibir Zian tersenyum tipis. Lelaki itu menggeleng. Hampir dua tahun dekat dengan Vivian, mereka memang sering bepergian jalan -jalan ke luar negeri bersama. Tak sekali pun Zian berbuat yang sekiranya membuat teman wanitanya merasa dilecehkan atau direndahkan. Bukan apa-apa, Zian memang tak ingin melakukan hal itu, bila belum menikahinya. Meski kelakuan Zian juga jauh dari baik, tapi untuk urusan ranjang, Zian pilah pilih. Dia hanya akan melakukannya jika sudah halal. "Vi, ini mungkin pertemuan kita yang terakhir. Aku tidak bisa lagi meneruskan hubungan ini."Vivian menatap Zian. Tak percaya apa yang barusan dia dengar. Zian tidak ingin bertemu dirinya lagi? Itu tidak mun
#Sepupu_dari_KampungBab 25Pernikahan Neni (Riri dihina)Hari sudah malam saat Riri pulang dari rumah Budhenya. Penat rasa badannya, menyiapkan semua hidangan untuk perhelatan besok. Hanya dia dan bik Siti saja yang mengerjakan. Memang sih, tidak ada pesta besar-besaran, cuma keluarga besar pengantin dan tetangga dekat saja. Budhe Sania bilang, tamunya di bawah seratus orang. Masak sendiri bisa. Untungnya, Riri dan Bik Siti cekatan tadi. "Bapak sudah pulang?" Tanya Riri pada Dwi pembantunya. "Sudah, Non," jawabnya.Berlari kecil, Riri menaiki tangga rumahnya dan memasuki kamar. Bau harum parfum Zian menembus penciuman Riri. Zian menoleh, dilihatnya Riri, Istrinya memasuki kamar. Zian barusan selesai berpakaian. Hari ini, malam ini dia ada janji bertemu dan makan malam dengan salah satu client. Meletakkan botol parfum, Zian lalu merapikan rambutnya yang panjang. Riri berjalan pelan memasuki kamar. "Pasti dia mau keluar menemui kekasihnya," pikir Riri tak senang. Duduk pelan di r
#Sepupu_dari_KampungBab 26Istriku bukan pembantu Sontak semua mata mengalihkan pandangan ke pintu. Budhe Sania, dan kedua anaknya berhenti menganiaya Riri. Ceklek!Pintu terbuka, Pakdhe Pur rupanya yang datang. Riri segera merapikan bajunya yang tidak rapi lagi karena dikeroyok Budhe dan dua sepupunya. Riri bersyukur, kedatangan Pakdhe Pur menyelamatkan dia dan gelang miliknya. "Pakdhe!" Riri dengan cepat menghampiri Pakdhenya, orang yang dia anggap sebagai pengganti orang tuanya. Segera Riri meraih tangan Purwanto dan menciumnya takjim. Purwanto mengangguk. "Kamu di sini, Riri?" "Iya, Pakdhe, sudah dari tadi," jawab Riri. Pur mengamati penampilan Riri sejenak. Keponakannya ini sudah berubah penampilannya. Menyesuaikan dengan levelnya saat ini yang sudah menjadi menantu orang kaya. Pur melihat keponakannya itu semakin cantik dan anggun. Pakaian dan perhiasan yang dikenakan Riri menunjukkan kelasnya. Dalam hati Pur bersyukur Riri memperoleh kehidupan yang lebih baik dibandingk
#Sepupu_dari_KampungBab 27Teh ginseng Riri berlari kecil mengikuti langkah lebar suaminya meninggalkan rumah Pakdhe Pur. Batin Riri berkecamuk, apa yang akan terjadi nanti pada karir pakdhenya? Zian marah besar! Dia benar-benar tersinggung dengan perlakuan Purwanto dan keluarganya terhadap Riri istrinya. Tunas cinta yang telah tumbuh di hati Zian membuat lelaki itu merasa harus melindungi Riri, orang yang dikasihinya.Braak!Zian menutup pintu mobil dengan kuat. Riri mengawasi suaminya yang berjalan memutari depan mobil kemudian masuk ke pintu kemudi. Wajah Zian masih terlihat kesal. Riri terdiam."Kenapa kamu diam saja diperlakukan seperti itu?" Tanya Zian setelah mobil berjalan. "Aku cuma membantu ..." Suara Riri pelan. "Membantu apa? Seharusnya kamu itu jadi tamu di depan, bukan mencuci piring!" Toleh Zian pada istrinya. Riri terpekur, menunduk."Kamu sekarang adalah istriku, Zian Agastya! Bukan pembantu, tahu?!" Kembali Zian menoleh pada Riri yang duduk di sampingnya."Satu
#Sepupu_dari_KampungBab 28Istri Direktur yang tidak dikenali "Aku berangkat dulu," bisik Zian ke telinga Riri yang masih berbalut selimut di ranjang. "Uuhh." Gadis itu membuka mata, suaminya duduk di tepi ranjang sampingnya. Zian sudah rapi mau berangkat ke kantor. Sambil tertawa, Zian mengacak rambut Riri kemudian mencium keningnya. "Makasih ya, semalam ..." Kembali Zian berbisik dekat di telinga istrinya. "Jam berapa ini?" Tanya Riri dengan suara yang masih parau. "Jam setengah delapan lebih dikit," sahut Zian sambil berdiri. "Tidur aja lagi." Katanya sambil melangkah ke pintu. Pagi ini Zian bangun lebih awal. Sengaja dia tidak membangunkan Riri yang masih terlelap. Memandang sebentar wajah istrinya, Zian lalu bangun dan mandi. Tanpa ribut-ribut, Zian mempersiapkan sendiri baju dan celana buat ke kantor. "Biarlah Riri bangun siang, kasihan capek, semalam habis berolahraga hehehe," Menurunkan tangga, Zian tidak berbelok ke ruang makan tetapi melangkah menuju pintu keluar. Ti
#Sepupu_dari_KampungBab 29Surprise!Arman menatap Riri, otaknya berputar hingga dapat ide brilian. "Hmm, kebetulan ada Nyonya Zian, aku akan memberi pelajaran Vivian. Perempuan tidak tahu malu itu!""Ada apa, Arman?" Riri bingung ditatap begitu. "Gapapa, sebentar, ya?"Arman menutup pintu lagi, kemudian kembali menemui Dinar. "Din, Pak Zian akan datang terlambat sekitar tiga puluh menit. Aku bisa minta tolong kamu?" Arman berbicara setengah berbisik pada Dinar. Sekretaris cantik itu mengerutkan keningnya. "Dandanin Riri?" Dinar mengulang perintah Arman. "Iya!""Emang kenapa?""Sudah, jalankan saja perintahku. Aku akan menahan Vivian di ruang Zian.""Ok lah."Bergegas Dinar dan Zian berbagi tugas. Dinar membawa tasnya yang berisi peralatan make up ke ruang tunggu tamu. "Mbak Riri, sini aku dandanin.""Maksudnya?" Riri tak mengerti. "Dinar membimbing Riri yang masih kebingungan untuk duduk. Selanjutnya, Dinar mengeluarkan peralatan makeup miliknya. Sebagai sekretaris perusahaan
#Sepupu_dari_KampungBab 30Istri kesayangan "Makasih ya, sayang, kamu sudah memberi surprise hari ini dengan datang k acara kantor." Zian menarik tangan istrinya lalu menciumnya. Selanjutnya, Zian menggenggam erat jemari Riri. Dengan satu tangannya, Zian menyetir mobil. Riri pulang bersama suaminya. Kedua pembantu yaitu Dwi dan Tini, naik taksi online. Riri tersenyum manja. Diliriknya Zian yang duduk di kursi kemudi. Lega hati Riri mengetahui bahwa suaminya tidak berselingkuh. Bahkan tadi, Zian mencium pipinya di depan semua karyawan. Riri sampai malu sebab mereka bersorak saking hebohnya. Mengenai Vivian, Riri sangat puas dengan Arman dan Dinar. Kedua orang itu mengerjai Vivian habis-habisan. Vivian tadi tampak sangat kesal. Riri sampai tidak tahu, kapan Vivian menghilang. "Sikurin, perempuan tidak tahu malu." Batin Riri. Padahal dulu, Vivian juga hadir di pernikahan Zian dan Riri, tapi, perempuan itu tetap masih ingin memiliki Zian. Riri menyandarkan punggungnya di kursi. "Ter
#Sepupu_dari_KampungBab 31Mobil baru"Non Riri, Non Riri!"Tok tok tokRentetan bunyi pintu diketuk berkali-kali dengan tergesa, terdengar dari luar kamar Riri, membuat gadis itu melompat seketika dari ranjang. Takut ada suatu kejadian, Riri dengan cepat membuka pintu."Ada apa, Mbak?"Dilihatnya Dwi dan Tini berdiri di depan pintu. Ekspresi wajah mereka seperti sangat gembira. Mata yang berbinar dan senyum lebar hingga memperlihatkan giginya."Itu, Non, itu!"Dwi menunjuk ke lantai bawah. Riri mengerutkan kening dan melihat ke lantai bawah. "Nggak ada apa-apa." Pikirnya."Mobil, Non, mobil!""Iya! Mobil baru, Non!"Dwi berlari menuruni tangga, diikuti Tini. Mereka berdua heboh. Riri menutup pintu kamar lalu berjalan cepat menuruni tangga juga. "Ada apa sih?" Riri masih belum mengerti. Kedua pembantunya nggak jelas ngomongnya. "Mobil, mobil! Mobil apaan?" Gerutu Riri.Setelah selesai mengantar makanan catering tadi, Riri memang tidak keluar kamar. Dia sibuk mengedit beberapa gambar