Wajah Abraham seketika memerah. Bhakn pria itu mendapat tatapan yang sangat luar biasa dari semua tamu undangan hang hadir dalam.pertemuan itu. "Mike! Jaga mulut kamu. Kamu tebar fitnah!" Tawa sinis itu terdengar dari bibir Mike. Seolah pria itu sudah tak peduli akan apa yang sedang terjadi. Bahkan Mike baru kali ini tidak mempedulikan semua orang yang juga menatapnya tak percaya. Sudah tak heran dan lazim bagi keluarga Abraham tentang perseteruan sosok Mike dengan Abraham. Saudara sekandung satu ayah itu memang digadang sedang memperebutkan hak waris dari oria tua hang saat ini sedang koma dj rumah sakit. "Alex! Atasi manusia satu itu!" Teriakan Abraham's disambut kegaduhan seluruh tamu undangan. Mereka menyayangkan sikap Abraham yang tidak bisa mengendalikan diri. Rasanya semua tamu undangan itu ingin menendang Abraham kalau saja tidak mengingat papanya adalah Presiden Direktur di perusahaan benefit tersebut. "Abraham! Jaga sikap kamu di pertemuan ini. Setidaknya kamu menghorma
Rindu berjalan dengan tergesa bahkan wajahnya menunduk karena memerah marah. Dia tidak suka dengan cara Tantrama sepeti ini. Kedatangannya disertai dengan niat baik untuk tawar menawar proses pemngembalian hak miliknya. Yaitu perusahaan yang sudah diwariskan oleh papanya ke pada dirinya. Perusahaan yang sekarang ini ternyata berpindah tangan ke pada Tantrama dengan alasan bahwa semua hak waris sudah jatub kembali ke tangan Sahira dan wanita itu melimpahkan perusahaan tersebut kepada suaminya. “Manusia licik, serakah, jahat!” gerutunya sambil terus saja berjalan tanpa mendongak. Namun sekian detik terdengar jeritan melengking darinya dan itu sampai terdengar pada sosok pria yang sedari tadi sudah menunggunya di atas mobil pelatnya. “Rindu! Apa yang terjadi?” Pria itu berlari sekencang mungkin ke arah suara jeritan wanita berstatus janda tersebut. Sayangnya sudah terlambat. Tubuh Rindu terlihat sudah didorong ke sebuah mobil pribadi yang juga berwarna hitam pekat. Tak lama kemudi
“Kamu!” Rindu tertegun bahkan keterkejutannya beberapa menit yang lalu sirna dengan sendirinya saat melihat sosok itu berjalan masuk dan menutup pintu tuangan tersebut. “Kenapa? Kaget melihat aku yang melakukan ini?” Rindu menelan salivanya kiat-kuat. Tak dipungkiri olehnya bahwa dia memang merasa kaget. Namun keterkejutan dan rasa kagetnya itu sudah hilang seketika manakal mengetahui siapa yang menjadi dalang penculikan terhadap dirinya. “Kaget mungkin iya, namun sekarang malah terkesan kamu aneh dan langka. Aku tidak pernah mempunyai utusan apapun dengan kamu namun bisa-bisanya menculikku seperti aku ini pernah melakukan kesalahan fatal dan besar padamu.” Ada tawa kecil namun terdengar sinis dan sangat seolah sosok yang ada di hadapan Rindu itu merasakan kekecewaan yang begitu besar. “Kamu memang tidak melakukan kesalahan terhadapku. Namun kesalahan fatal kamu adalah menjadi teman kencan dari sosok Mike. Apa kamu tidak yang siapa Mike?” Sepertinya itak Rindu berjalan deng
Mike yang saat ini sudah tidak lagi bis berpura-pura akhirnya mengejar keberadaan Rindu. Wanita dewasa itu sekarang dengan leluasa bis alergi dati cengkeraman para penjahat yang menculiknya. Rindu sendiri tidak menyangka kalau Abraham akan tega melakukan ini. Padahal dia tak mengenal sosoknya sama sekali. Kenapa dia bisa tahu tentang dirinya yang saat dengan Mike. Hari ini juga Rindu seolah melihat kebenaran tentang Mike. “Akh! Memang nggak ada satu pun yang sayang sama aku. Aku kira sosok seperti Mike itu tidak akan pernah tega membohongi orang yang sudah sangat simpati kepada dirinya.” Dalam keadaan berjalan Rindu berkata-kata sendiri. “Rindu!” Alangkah terkejutnya sosok Rindu tiba-tiba ditarik oleh seseorang. “Tantrama! Apa yang kamu lakukan ini!” “Tenanglah, Rindu. Aku tidak akan menyakitimu. Hanya ingin berbicara empat mata denganmu dan itu pun aku lakukan untuk membicarakan tentang surat-surat perusahaan tersebut.”Rindu mengerutkan dahinya kuat-kuat. Wanita itu dud
“Aku mau min__ “Mike! Semua itu bukan urusanku. Aku tidak mau terlibat terlalu jauh dengan utusanmu. Sampai harus berbohong itu artinya kamu mempunyai masalah yang tidak mudah diatasi.” Mike terhenyak. Bahkan pria tampan yang awalnya diduga buta itu tersentak ketika mendengar suara Rindu yang memotong ucapannya. “Tapi, aku akan mengakui semua, Rindu. Semua yang sudah terjadi denganku.” “Itu bukan urusanku, Mike. Sekali lagi itu bukan urusanku. Jadi aku tidak mau terlibat dengan apapun yang menyangkut dirimu. Tentang kerja sama perusahaan kita, akan lebih baik lagi kita diskusikan. Tapi bukan sekarang.” Kembali Mike terhenyak mendengar kalimat pahit yang disampaikan oleh Rindu. “Semua ada sangkut pautnya dengan kamu, Rindu.” Wanita itu mengerutkan dahi mulusnya. Bahkan kedua alisnya seketika terangkat ke atas. “Maaf, Mike. Sepertinya halusinasimu terlalu tinggi. Apa boleh kalau sekarang kamu pulang ke apartemenmu dan beristirahat. Aku rasa kamu sakit.” Seketika Mike tert
“Silakan, Bu Rindu.” Rindu sedikit tersentak saat sekertaris cantik itu memanggilnya dengan sebutan Bu. Ini pertama kalinya dia dipanggil seperti itu. Namun sosok Rindu segera mengikuti langkah kaki Valencia, sekertaris pribadi sekaligus asisten Mike hanya Eliana ini sedang cuti dan baru kali ini masuk kerja. “Apa Tuan Jeje juga ada di dalam?” Oh, Tuan Jeje sedang melakukan perjalanan dinas ke luar negeri, Bu.” Lagi-lagi Rindu kaget namun kepala wanita dewasa itu mengangguk Pelan. “Berapa lama penyembuhan Tuan Mike mengalami kebutaan?” “Buta?” Tampak jelas gadis bernama Valencia itu tampak kaget saat Rindu menanyakan tentang kebutaan Mike. “Apa kamu tidak tahu kalau Mike mengalami kebutaan? Mungkin sebuah kecelakaan sudah terjadi sehingga Mike mengali kebutaan permanen. Tapi syukurlah semua kini sudah baik-baik saja.” Valencia sempat berhenti mendengar kalimat panjang Tindu. Tak menyangka kalau wanita dewasa itu banyak tahu tentang kehidupan bos besarnya itu. Apalagi in
Rindu menatap wajah Mike dengan menelan salivanya yang terasa sangat kering. Tak menyangka tiba-tiba dia mendengar kalimat yang tak mudah untuk dia jawab. Perempuan dewasa itu kembali terlhat panik namun sebisa mungkin dia tenang. “Kamu masih meragukan aku. Hilang ingatanmu itu ternyata sangat mengganggu hubungan kita. Aku membiarkan mi dahulu kala untuk memilihnya sebagai suami kamu. Dah bahkan kamu menangis di pundakku saat kamu tahu Akh sangat mencintaimu. Namun semua harus berakhir saat kamu memilihnya.” Semakin salivanya Rindu susah tertelan setelah panjang lebar sosok Mike yang di kiranya buta itu malah banyak ngomong. “Aku akan membantumu mengembalikan ingatan itu, Rindu. Penyakit mematikan yang waktu itu bersarang di dalam tubuhmu lah yang merenggut semua ingatan min tentang aku.” Kedua alis Rindu terangkat kuat saat kembali dia mendengar sosok Mike ngoceh. “Maksudnya bagaimana, Mike? Aku kurang paham dan mengerti.” Mike hanya menatap Rindu dalam. Bahkan tatapan itu
“Sampai kapan kita akan bersembunyi di sini, Mike?” “Sampai keadaan di luar benar-benar aman. Akan lebih baik kamu ada di hotel ini, Rindu. Lagi pula hotel ini tidak terlalu besar. Jadi orang tudak banyak yang tahu dan terjamin ke selamatanmu di sini.” Hah! Rindu menghela napas panjang. Wanita itu mengedarkan pandangannya ke seluruh tuangan. Memang hotel itu terlihat kecil tapi sangat mewah. Ada satu pembaringan yang sepertinya memang untuk hotel menengah ke atas. Di rancang sedemikian rupa kayaknya penginapan yang berfasilitas bagus. “Tidurlah. Kamu sangat lelah dan aku harap tudak trauma dengan kejadian tadi.” “Siapa mereka?” “Aku yakin kamu mengenalnya. Anggap saja kamu dijadikan umpan untuk memancingku agar cepat bertindak.” Rindu mengerutkan dahinya kiat tanda dia tudak paham apa yang dimaksud oleh Mike. “Ini artinya kaku sangat mengenalnya dan yang sesungguhnya diinginkan urang itu adalah kamu.” Mike mengangguk diiringi senyum tipis namun samar. Dapat terlihat dari