Share

22. Patah Hati

Hari itu Silvi membawa pulang perasan sedihnya. Perasaan gadis labil yang cintanya baru saja tertolak.

Menjauhlah dariku!

Kalimat itu lagi-lagi begitu mengganggu pikirannya. Kalimat yang diucapkan Araska begitu menohok batinnya. Ia merasa kembali dianggap sampah oleh orang yang begitu ia cintai, menurut perasaannya.

Langkah Silvi gontai memasuki gang sempit tempat rumahnya berdiri tak kokoh. Ia berjalan melewati rumah demi rumah sebelum akhirnya sampai di gubuk miliknya. Gadis itu berdiri di depan pintu kayu yang telah lapuk, mengamati setiap bagian dari rumah itu.

'Ck!’ Silvi berdecak.

Gadis itu baru saja mengukur perbedaan Araska dan dirinya. Hal itu sukses membuatnya sadar diri, dan kembali merasa rendah.

Silvi melangkah ke dalam, langsung menuju kamar dan berdiri di depan cermin usang yang bayangnya tak lagi sempurna. Ia mengamati setiap inci wajahnya. Alis tebal, bibir tebal dan wajah berwarna kusam khas anak miskin yang suka bergelut dengan sampah. Mana mungkin wajah dalam cer
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status