Di pagi-pagi buta, Sebuah sosok yang tak tersorot sinaran matahari terlihat membelah arus tenang perairan, sosok hitam tersebut terus berjalan pelan mendekati pusat aliran yang semenjak dulu menarik perhatiannya, dan memang sudah menjadi tujuannya untuk datang kesana. Ketika dirinya hampir sampai, Kalung di lehernya kembali berkelap-kelip cepat, Lagi-lagi Arga merasakan sensasi tersedot, bahkan jauh lebih kuat dari sebelumnya. Seolah ada yang menghipnotis, sesuatu memaksanya masuk untuk mencari tahu lebih jauh. Dan entah sejak kapan, dasar air di bawah kakinya mulai retak dan menjatuhkannya ke dalam. Reruntuhannya membentuk lubang besar nan curam yang menjorok bagaikan Palung Mariana. Arga berusaha menggapai permukaan tapi Lagi-lagi dirinya ditahan oleh pusaran dasyat yang malah semakin membawanya jauh ke kedalaman air. Sesak. Arga merasakan nafasnya tercekat di dada. Reflek, Ia berusaha bernapas. Tapi bukan udara segar yang masuk melainkan limpahan air mengalir, mendinginkan pa
Tepat setelah Putaran memori terakhir melintasi benaknya. Tiba-tiba semua berubah, Arga bisa merasakan perlahan pernapasannya kembali membaik, seperti ada kumpulan oksigen yang masuk memenuhi paru-parunya. Tidak itu semua bukan oksigen, dirinya jelas-jelas masih berada di bawah air. Apakah semua ini adalah suatu kekuatan yang terwujud dari kekuatan tekadnya? Ataukah sebenarnya dia memang memiliki kelebihan untuk bisa bernapas di dalam air?Cahaya kedipan, kembali menyadarkan Arga akan lamunanya. Lantas pemuda itu segera menyelam lebih jauh ke kedalaman mengikuti tuntunan si kalung kepadanya. •°Kalung itu berhenti berkedip, ketika Arga sudah cukup lama menyelami air. Untungnya Arga masih bisa melihat lokasi sekitar, karena sinaran mentari masih bisa menembus kesana. Tak jauh dari tempatnya berpijak, Arga melihat ada sebuah dinding tebing tinggu dengan akses masuk melalui lubang. Sedari tadi, Arga merasakan dari depan mulut goa itu, ada bayangan hitam berwujud besar sedang mengama
|Arga| Matanya yang kuning kecokelatan dengan pupil biru tua memandangku di bawah alis hitam nan tebal. Bibirnya berwarna hitam dengan gigi-gigi seperti pahatan es mencuat dari gusinya yang berwarna keunguan. Tanduk di atas kepalanya yang berbentuk Mahkota memiliki warna kuning dengan hiasan spiral berwarna perak, batu-batu mutiara berwarna perunggu, dan kalung tembaga. Wajahnya berkerut dimakan usia, tapi fakta bahwa dia baru saja memperkuat diri, hingga menyebarkan medan yang amat luas dan mampu menggerogoti fondasi bawah goa raksasa untuk sarangnya itu membuatku harus lebih waspada. 'Anda tidak bisa membelah diri kan, Pararryon?.' ucapkan mencoba bertanya, berusaha menganalisis sejauh mana kekuatannya. Naga itu mengangguk. 'Tapi setidaknya aku bisa menciptakan prajuritku sendiri .' Mendadak Seberkas cahaya berbentuk meteor jatuh yang bersinar menyilaukan melesat tepat ke kepala Pararryon. Sesuai dugaanku, kekuatan Pararryon itu tertahan di semacam lapisan tameng tak kasat m
|Arga|Namun tiba-tiba instingku menyuruhku untuk berbalik melawannya, dan aku mengandalkan waktu yang tepat ini untuk mengenai titik lemah Pararryon yang tengah lengah. DRAAKK!Gerakanku itu jelas, terlalu cepat dan terlalu sekilas untuk bisa di lihat oleh mata berusia tiga juta tahun miliknya. Tangan kiriku yang bebas meninju mahkota di atas kepala Pararryon, meretakkannya dengan gampang.Si naga kembali beringsut ke belakang hingga karena terkejut, meskipun punggungnya sebenarnya sudah mepet ke dinding terowongan. Kepalanya bergetar beberapa kali seperti orang menggigil. "Boleh juga, manusia. Kekuatan yang mengerikan sekali. Aku tidak pernah jadi manusia, tapi menurut penilaianku kau terhitung manusia dengan kemampuan langka, pemuda yang sangat cerdik."Aku tak terlalu mendengarkan semua kata-kata semanis madu itu, karena pandanganku masih teralihkan. Aku kini mengamati fenomena menakjubkan yang baru pertama kali aku temui di kehidupanku ini, atau bahkan satu-satunya dan tak akan
|Flashback On||Pararryon|Sebagai Satu-satunya hewan yang diberikan karunia untuk bisa berbicara dan memahami bahasa manusia. Tak banyak yang bisa dilakukan oleh naga air seperti aku ini, hanya bisa sesekali berkeliling atau mungkin mendengarkan aktivitas ramai dari pedagang dan nelayan di atas sana. Aku yakin saat kalian membaca satu paragraf di atas. Di dalam benak, kalian pasti bertanya-tanya kemana keluarga dan koloniku?. Akan aku jawab, sebenarnya aku tak memiliki keluarga. Aku adalah satu-satunya naga air yang hidup di perairan ini, karena sejak kecil aku terpisah oleh rombongan koloniku yang bermigrasi, dan aku tertinggal disini. Hari demi hari, aku lalui seperti biasanya. Hingga di suatu hari yang cerah, "Shiela akan jaga disitu, dan kalian di bagian sana." Aku mengenali, suara cempreng itu berasal dari seorang anak manusia. "Jangan berbalik ya!." Setelah ucapan itu, aku mendengar ada suara menyerukan angka seperti sedang menghitung, juga ada yang berbicara singkat dengan
"Bisa nanti saja bertanya nya?, selamatkan aku terlebih dulu." Jawabku ketus. Walau begitu, sebenarnya di dalam diri, hatiku ini tengah was-was. Sebab Ini kali pertamaku bertatapan langsung dan berani meminta tolong kepada manusia."Kau bisa bicara?!." Tukas anak itu, seraya memandangiku dengan tatapan terkejut, bercampur takjub seakan tak percaya.Aku mendengus, "Tentu saja, aku ini binatang suci tahu." Ucapku menyombong. Kau pasti tambah terkejut kan?. Ya, teruslah kagum padaku.•°Setelah berhasil melepaskan tandukku dengan jerih payah dan sedikit bantuan darinya. Anak itu tak langsung pulang, dia malah duduk di tepian sembari menyerangku dengan banyak pertanyaan."Oh, jadi tak sembarangan binatang bisa berbicara sepertimu ya?." Tanya anak itu lagi, matanya masih menatapku dengan berbinar-binar, seakan baru saja di pertemukan dengan sebuah benda langka yang jika di perhitungkan akan bernilai jutaan berlia
Sejak dahulu kala, Tuhan sudah mengatur segalanya dengan penuh keseimbangan. Begitupun dengan makhluk-makhluk ciptaan-Nya. Tak ada yang berakhir sia-sia. Semuanya diberikan kelebihan, namun juga tak luput dari kekurangan. Itulah sebabnya, kita akan saling membutuhkan, saling berpasangan, saling bantu bahu- membahu, juga saling menguntungkan. Begitu juga dengan benda-benda yang tak bernyawa, masing-masing dari mereka yang memiliki manfaat, juga pasti memiliki kemudaratan. Itulah konsep keseimbangan. Hingga suatu masa, keseimbangan itu pernah hampir musnah. Pada zamannya, Alam semesta pernah berada di saat-saat tergelap dan tersuram.Semua hal itu semata-mata, disebabkan karena rasa keserakahan manusia. Awalnya semuanya berjalan dengan semestinya di dukung dengan ekosistem alam yang sempurna. Namun di antara sejuta keberadaan manusia berhati baik, pastilah ada satu manusia berhati licik. Perlahan Para manusia dengan kecerdasan mereka berlomba-lomba ingin mendominasi seisi dunia, bahk
|Pararryon| Aku pandangi seonggok tubuh tak berdaya yang tergeletak di depanku, sudah hampir seharian kondisi Asrai belum juga ada kemajuan. Aku sudah memberikannya perawatan terbaik semampuku. "Teman terbaik... sangat susah untuk ditemukan, sukar untuk di tinggalkan, dan sulit untuk dilupakan." Aku mengedarkan pandangan berusaha mencari dari mana asal suara itu berasal. Tapi tak kutemukan siapapun, yang aku dapat hanya kehampaan. Hingga kenyataan, kembali menyadarkanku. Suara itu hanyalah bekas kenangan yang merambat keluar dari memori lamaku. Entah kenapa, dalam keadaan seperti ini. aku malah teringat akan Kata-kata polos Asrai di waktu dulu. Hatiku bergejolak, aku merasakan seperti ada sesuatu mendorong untuk keluar dari kedua mataku yang mulai memanas. Mungkin beginilah rasa kesedihan yang biasanya muncul pada diri manusia yang putus asa dan kecewa. Aku baru tahu, jika rasa kesedihan itu bisa sampai membuat perasaanku semenderita ini. Andai saja, dengan penderitaan i